19. Masalah Baru.

'Aku ingin mengutuk siapapun. Aku ingin memaki siapapun. Kenapa semua orang menyusahkan ku. Kenapa nenek tua menyuruh ku menghadiri perkumpulan sialan ini. Sayangnya malam weekend ku.'

Itu semua adalah suara-suara yang berputar-putar di kepalanya sejak tadi. Seharusnya, sekarang dia sedang dalam perjalanan pulang ke apartemennya. Atau, dia akan membeli makanan di luar sebagai teman yang mendampingi malamnya. Atau lagi, dia akan berjalan-jalan malam ini di mall, pergi ke bioskop dan makan malam di luar. Walaupun itu semua bukanlah hal yang dia senangi, dia tetap akan melakukannya! Daripada dia harus terjebak dalam pertemuan keluarga! Ya, seharusnya seperti itu!

Namun, apa yang dilakukannya sekarang? Mobilnya sedang berkendara di jalan raya menuju mansion neneknya. Mansion keluarga 'Payne' lebih tepatnya.

Sialan, Pripta! Apa kau manusia yang lemah seperti ini? Apa kau tidak bisa memutuskan keinginanmu sendiri? Kau tidak perlu datang jika kau tidak ingin! Ya, kau harus mengutamakan diri sendiri!

Dia baru saja akan memutar kemudinya berbalik arah, jika saja ibunya tak menelpon.

Ny. Paula is calling ....

SIAL!! SIAL!! SIAL!!

Dimana? Katakan pada Pripta dimana keberuntungannya? Kenapa dia tidak beruntung hari ini? Dimana Dewi keberuntungan itu? Dia akan membayar berapapun untuk membeli keberuntungan untuk hari ini.

Ny. Paula is calling....

Ponselnya yang berdering lagi membuatnya menarik nafas dan menghentikan dulu mobilnya. Dia tau jika dia mengangkat telpon ini dalam keadaan berkendara, dia bisa berakhir di rumah sakit dan bukan rumah neneknya. Seharusnya, dia bisa mencoba opsi itu jika saja dia tidak takut mati.

Lagipula, kematian tidak hanya karena kecelakaan. Kematian bisa datang dari mana saja dan kapan saja. Apakah kalian pernah ditawari untuk mati? Tentu saja Pripta pernah. Kalian mau tau kapan? Itu adalah sebentar lagi, saat Pripta akan mengangkat telepon ibunya.

"Hallo—"

"Hei kau, anak nakal. Kau mau mati? Tidak bisakah kau langsung mengangkat telepon saat Mama menghubungi mu?"

Ya, inilah dia. Malaikat penawar kematian pada Pripta.

"Ma, aku sedang berkendara—"

"Jangan membohongi ibumu. Apa kau mau mati mengenaskan? Aku tau jika kau sengaja membiarkan panggilan yang pertama itu tadi! Kenapa kau sangat durhaka?"

Kalian bisa menghitung berapa kali ibunya menawarkan kematian untuknya.

"Ma, aku benar-benar akan mati jika sembarangan mengangkat telepon saat sedang berkendara," jawab Pripta lelah dengan ibunya yang sangat dramatis. Ibunya benar-benar tidak perlu sekolah akting untuk menjadi sedramatis itu.

"Kenapa kau membicarakan kematian dengan Mama? Apakah kau pikir Mama bisa hidup jika kamu meninggalkan Mama lebih dulu?"

Astaga. Bukankah ibunya yang lebih dulu berkata seperti itu? Pripta memijit dahinya ketika merasa ibunya semakin tidak masuk akal. "Baiklah. Lupakan masalah mati. Kenapa Mama meneleponku?"

"Hei, anak nakal. Kenapa kau tidak mengatakan padaku jika ada majalah yang mengajakmu kerjasama? Kau tau, Mama sangat syok ketika grup keluarga membahas ini!"

Ah, ternyata karena itu juga. Sepertinya, keluarga itu menyadari dia masih hidup setelah sekian lama. Pripta mengernyitkan dahi. "Mereka tau darimana?" tanyanya. "Dan lagi, Mama sudah mengatakan akan membunuhku jika berani menganggu kelas yoga mu," ujar Pripta tak mau kalah.

"Mana aku tau! Tiba-tiba mereka sudah membahas hal itu. Sebentar, kapan itu?"

Pripta menggulirkan bola matanya ke atas, bagaimana ibunya bisa lupa jadwal yoganya sendiri. "Bulan yang lalu,"

"Dasar! Jika kau mengatakannya, Mama bahkan akan meninggalkan kelas yoga itu!"

Pripta mendecih dan sesaat kemudian tertawa mendengar ucapan ibunya. "Sudahlah, semuanya sudah selesai dibicarakan."

"Baiklah, Mama rasa Oma akan menghubungimu juga. Bersiaplah."

"Dia sudah menghubungiku tadi pagi." Sesaat setelah Pripta mengatakan itu, dia harus menjauhkan ponselnya dari telinga. Kenapa? Ibunya berteriak di ponsel.

"Maaa!" protesnya lantaran gendang telinganya terasa hampir pecah.

"Maaf, Mama hanya terkejut. Astaga, lalu apa yang dikatakannya?"

Setelah merasa aman untuk berkendara, Pripta kembali mengemudikan mobilnya. Dia menghubungkan ponsel dengan bluetooth di mobilnya. Bercerita pada ibunya tentang apa yang dikatakan nenek dan bagaimana kemungkinan neneknya bisa tau hal tersebut. Bagaimanapun, dia benar-benar merasa tidak nyaman jika neneknya menempatkan orang untuk memata-matainya.

*****

"Lucas, Lucas, Lucas! Lihatlah ini? Apa yang dikatakan mereka?"

Luke menatap iPad yang dilempar ke samping sofa yang didudukinya. Melihat artikel yang tertulis disana dengan judul besar "Aktor Tampan Ini Melakukan Pertemuan Rahasia dengan Seorang Pria. Berbicara Mesra di Balkon Restoran. Apakah keduanya tengah menjalin hubungan asmara?"

Lengkap dengan fotonya yang tengah berbicara dengan David saat makan siang di restoran tadi. Wah, sepertinya para paparazi ini benar-benar kekurangan pekerjaan. Apakah mereka mengikutinya sepanjang hari?

Luke menarik nafas ketika melihat fotonya yang dibidik dari jauh itu. Dia masih sangat tampan walau dengan wajah yang buram seperti ini.

Ck, bukankah ini hanya foto biasa? Bagaimana bisa menghakiminya seorang gay hanya dari foto dan artikel seperti ini. Namun, dia sangat terhibur membaca komentar fansnya yang bersikeras membela.

"Bagaimana? Bagaimana kita akan menangani ini?" tanya seorang pria dengan postur yang masih tegap walau wajahnya menunjukkan usianya yang hampir Lima Puluh.

Luke menatap pria itu dengan malas. "Apanya yang bagaimana? Tangani seperti biasa saja, Arthur."

"Tentu! Tentu aku akan menangani seperti biasanya jika saja gosip ini tidak merebak seperti air! Tentu aku akan menangani seperti biasanya jika saja netizen tidak mengaitkan artikel ini dengan artikel yang sudah lalu itu!" Julie segera mengusap punggung suaminya yang tengah kesal akibat artikel itu.

"Sayang, tenanglah! Media memang seperti itu. Kita akan mengatakan bahwa Luke sedang makan siang bersama Joshua," ujar Julie dengan tangan yang beralih memijit bahu suaminya.

Arthur memejamkan mata mencoba menenangkan diri dengan pijitan sang istri. Keadaan yang sempat hening membuat Luke menatap satu persatu tamu yang tiba-tiba datang ke apartemennya.

Sir Arthur, pemilik 'Star Entertainment' dan suami dari Julie, manajernya dan Joshua. Julie, Lexie yang tiba-tiba kembali dari liburnya, serta Joshua. Sore ini, mereka semua tiba-tiba datang tanpa pemberitahuan.

"Apa yang harus kita lakukan dengan ini?" tanya Arthur dengan mata yang masih terpejam.

"Pelan-pelan saja, kita akan menemui jalan keluarnya," jawab Julie lagi.

"Tentu saja aku tau. Hanya saja kita tidak bisa terus menerus seperti ini, bukan?"

Pertanyaan Arthur hanya dijawab dengan keterdiaman semua orang.

"Memangnya kenapa jika aku gay?" tanya Luke memecah keheningan.

"Kau gila?"

"Lucas!"

"Apa-apaan?"

"Jangan bercanda, sialan!"

Ya, jika sesuai urutannya, yang pertama adalah Sir Arthur, diikuti dengan Julie, Lexie dan terakhir, Joshua.

Mereka semua berteriak padanya membuat ia refleks memejamkan mata. Lalu, membuka mata kembali dan melihat ekspresi semua orang ini. Ekspresi Joshua benar-benar yang paling menghiburnya. Tentu saja, dia yang paling merasa takut saat ini.

"Jangan bercanda, Luke," tegur Julie pada pria itu.

Episodes
1 Leah? Kau kah itu?
2 2. Temani aku mabuk
3 3. Tak Ada Cara
4 4. Orang besar datang ke Club
5 5. Ternyata Salah Paham?
6 6. Pulang Bersama.
7 7. Nona Pripta? Owner ByP?
8 8. Skandal Baru
9 9. Persiapan Launching.
10 10. Tentang Pripta.
11 11. Biarkan Joshua ikut, please?
12 12. Berjumpa lagi
13 13. Luke dan Pripta
14 14. Kejadian lama.
15 15. Lokasi Pemotretan
16 16. Luke yang Aneh
17 17. Awal Mula
18 18. Oma
19 19. Masalah Baru.
20 20. Keputusan
21 21. Pripta VS semua orang
22 22. Bella Andrea Payne.
23 23. Sangat Sakit
24 24. Mimpi Indah
25 25. Pripta yang ganas
26 26. Masalah
27 27. Undangan Julie
28 28. masa lalu
29 29. Tawaran Kerjasama
30 30. Hasil Pemotretan bukan Pemilu
31 31. Rencana Rahasia
32 32. Sabrina
33 33. Dia Kekasihku
34 34. Hot News?!
35 35. Keputusan Julie
36 36. Pindahan
37 37. Pripta dan Luke
38 38. Mami?
39 39. Dia bukan kekasihku
40 40. Badai Media
41 41. Wedding Day
42 42. Flashback
43 43. Day-1
44 44. Kesempatan dalam kesempitan
45 45. Aksi Lucas
46 46. Mulailah Bekerja
47 47. Apa kau masih ingat?
48 48. Keciduk?!
49 49. Rencana Leah
50 50. Paparazi
51 51. membujuk bayi
52 52. makan malam
53 53. Pripta vs Bella
54 54. Pemenangnya sudah pulang
55 55. Nobar
56 56. Minivlog Leah
57 57. Iklan Ivana
58 58. Lady Mira
59 59. Arga
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Leah? Kau kah itu?
2
2. Temani aku mabuk
3
3. Tak Ada Cara
4
4. Orang besar datang ke Club
5
5. Ternyata Salah Paham?
6
6. Pulang Bersama.
7
7. Nona Pripta? Owner ByP?
8
8. Skandal Baru
9
9. Persiapan Launching.
10
10. Tentang Pripta.
11
11. Biarkan Joshua ikut, please?
12
12. Berjumpa lagi
13
13. Luke dan Pripta
14
14. Kejadian lama.
15
15. Lokasi Pemotretan
16
16. Luke yang Aneh
17
17. Awal Mula
18
18. Oma
19
19. Masalah Baru.
20
20. Keputusan
21
21. Pripta VS semua orang
22
22. Bella Andrea Payne.
23
23. Sangat Sakit
24
24. Mimpi Indah
25
25. Pripta yang ganas
26
26. Masalah
27
27. Undangan Julie
28
28. masa lalu
29
29. Tawaran Kerjasama
30
30. Hasil Pemotretan bukan Pemilu
31
31. Rencana Rahasia
32
32. Sabrina
33
33. Dia Kekasihku
34
34. Hot News?!
35
35. Keputusan Julie
36
36. Pindahan
37
37. Pripta dan Luke
38
38. Mami?
39
39. Dia bukan kekasihku
40
40. Badai Media
41
41. Wedding Day
42
42. Flashback
43
43. Day-1
44
44. Kesempatan dalam kesempitan
45
45. Aksi Lucas
46
46. Mulailah Bekerja
47
47. Apa kau masih ingat?
48
48. Keciduk?!
49
49. Rencana Leah
50
50. Paparazi
51
51. membujuk bayi
52
52. makan malam
53
53. Pripta vs Bella
54
54. Pemenangnya sudah pulang
55
55. Nobar
56
56. Minivlog Leah
57
57. Iklan Ivana
58
58. Lady Mira
59
59. Arga

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!