Pripta menarik nafasnya yang entah mengapa terasa sedikit sulit. Menelan ludah dengan susah payah ia menjulurkan tangannya pada pria itu. "Pripta Louvra."
Pria didepannya hanya melirik tangannya yang terjulur itu. Membiarkannya tergantung di udara. Tentu saja, hal itu membuat orang-orang ikut terdiam. Kecanggungan yang menyebar di udara membuatnya merasa ada tekanan yang tak kasat mata. Pripta mendecak hampir menarik tangannya kembali sambil mendongak ingin mendelik pada pria yang jauh lebih tinggi darinya.
Saat itu, tatapan mereka bertemu. Matanya bertemu dengan mata berwarna coklat terang itu. Mata yang ... yang sangat menggangu.
Tatapan mereka saling bertautan sebelum akhirnya pandangan pria itu sedikit menurun. Dengan perlahan tatapan yang awalnya berfokus di matanya, mulai menurun. Dari hidung, lalu semakin menurun. Bola matanya bergetar ketika tau kemana pandangan sang pria mengarah. Walau hanya beberapa saat, Pripta bisa merasakan bibirnya kebas ketika ditatap pria itu sedemikian rupa.
Udara di sekitar terasa semakin menipis hingga membuatnya sulit untuk menarik nafas. Hembusan nafas pria ini yang menerpa wajah Pripta terasa dingin. Namun, entah mengapa membuat wajahnya menghangat. Dia merasa sedikit meremang dan sulit mengalihkan tatapannya dari pria di depannya ini.
Pripta menelan ludahnya dengan tidak santai. Sialan, apa sebenarnya yang dilakukan pria itu? Dia mengerjap beberapa kali mengembalikan fokusnya yang sempat buyar. Lalu, melihat kembali tangannya yang diabaikan masih melayang di udara. Dia menarik kembali tangannya sebelum tiba-tiba sentuhan hangat menyapa kulit telapak tangannya.
Tangan besar yang kelihatan kokoh itu menggenggamnya erat, sangat kontras dengan tangan dan jari gadis itu yang kecil.
"Lucas Adam."
Pria itu menyeringai setelah menyebutkan namanya sendiri dengan suara berat dan seraknya. Tersenyum dengan tampan. Pripta meremang lagi ketika tatapannya bertemu lagi dengan mata itu. Pria itu semakin erat menggenggam tangannya. Bahkan, Pripta bisa merasakan ada sedikit remasan dari jari-jari pria itu.
Suara deheman seorang wanita kembali menyadarkan orang-orang dalam ruangan. Termasuk Pripta tentu saja. Dia segera menarik kembali tangannya walau dengan sedikit usaha. Apa-apaan pria ini? Apa dia tidak bisa melihat tatapan seisi ruangan menatap ke arah mereka? Pripta mendecak kesal dan mendelik menatap pria itu. Dan, akhirnya pria itu melepaskan genggamannya begitu saja.
Pripta tersenyum ketika dia berhadapan dengan Lexie. Pria gempal yang berpenampilan sangat modis setiap harinya itu benar-benar mengalahkan Leah hari ini. Lexie juga memperkenalkan wanita disampingnya yang ternyata manajer dua aktor besar ini. Julie juga merupakan istri dari Agensi yang menaungi keduanya. Star Entertainment. Tentu saja, nama agensi ini tidak asing di industri ini. Mereka melahirkan banyak artis dan aktor berbakat. Nama-nama besar yang memenangkan banyak penghargaan.
Dan setelahnya, mereka membahas tentang pemotretan dan segala persiapan nya. Tema, konsep, dan memilih peralatan yang sesuai dengan tema mereka kali ini. Tim dari 'LELLA' yang mengusulkan pemotretan dua pria dan satu wanita kali ini, dia juga baru tau dari Yana semalam.
"Miss Pripta, anda yang mengusung tema dan konsep kita kali ini. Apakah anda memiliki sesuatu yang ingin disampaikan lagi?" tanya salah seorang dari tim yang dibawa Tuan Ricky.
Pripta menatap pria itu dan mengalihkan tatapannya pada Yana. Mengisyaratkan untuk mendekat dan membisikkan sesuatu. Yana mengangguk paham.
"Maaf, karena Nona saya tidak nyaman untuk menjelaskan. Jadi, saya yang akan menjawab pertanyaan." Yana menjelaskan terlebih dulu situasi nya.
"Miss Pripta menyarankan, alih-alih pemotretan di studio. Bagaimana jika kita melakukan pemotretan di rumah bergaya eropa?" tanya Yana terlebih dulu.
Pripta menunduk sambil memainkan pena di jarinya. Awalnya, dia sudah sangat tidak nyaman harus menghadiri pertemuan. Sekarang, bertambah lagi dengan pandangan pria itu yang tak lepas menatapnya. Benar-benar membuatnya ingin memaki disini.
Tuan Ricky mengangguk mendengarnya dan mengizinkannya melanjutkan.
Yana menjelaskan tentang keinginan Pripta yang menginginkan konsep putri raja dengan segala kemewahan dan keanggunannya. Membangun suasana Classy yang menjadi tema mereka.
Bahkan, Lexie, Julie, Joshua dan Leah juga bertepuk tangan dan mengangguk puas. Ini benar-benar membuatnya lega.
Pripta tersenyum dan menunduk sekilas pada semua orang. Hingga matanya menangkap sebuah seringai kecil dari pria yang sejak tadi tak henti menatapnya. Pripta mengerutkan kening ketika mulut pria itu mengatakan sesuatu tanpa suara. 'good job, baby?' apakah itu yang dikatakannya.
"Lalu, bagaimana dengan gaun yang kedua, Nona? Gaun ini terlalu mencolok, setelan dua pria mana yang akan dipasangkan dengan itu?" tanya salah seorang dari tim majalah 'LELLA'.
Yana mengerjap kebingungan saat mendengar pertanyaan itu hingga tanpa sadar menolah pada Pripta. Kesalahannya karena sudah terlalu santai. Seharusnya sejak tim menghubunginya tentang pemotretan dengan dua pria, dia sudah harus terpikirkan untuk membicarakan ini dengan atasannya.
Pripta berdehem untuk membersihkan tenggorokannya. "Ku serahkan hal itu pada kalian, aku akan membiarkan kalian mengaturnya."
Mereka semua tertawa mendengar penuturan Pripta yang seolah-olah memang sengaja mengalah pada mereka.
"Sepertinya itu cocok untuk pemotretan individu saja," saran yang lainnya yang segera disetujui oleh yang lain.
Pripta merasakan hatinya sangat berbunga saat melihat semua orang terpukau dengan hasil desain nya. Pujian demi pujian yang dilayangkan benar-benar menerbangkan sukacita. Bahkan, saking bersemangatnya ia harus menggenggam tangan Leah dengan erat.
Leah meliriknya dan tersenyum, ikut berbahagia untuk perjuangan temannya yang keras kepala itu.
Akhirnya, setelah semua hal selesai dibicarakan, pembahasan berakhir dengan sempurna.
Akhirnya, makanan dihidangkan dihadapan semua orang. Pripta memakan makanannya dengan semangat. Dia bahkan memesan tiga menu sekaligus.
"Apa kau yakin akan memakan semuanya?" tanya Leah.
"Jangan iri padaku, makan saja makanan sapi mu itu," sindir Pripta pada salad yang sedang dimakan temannya. Apa yang enak dari rumput-rumputan seperti itu? Harga yang harus dibayar dari pekerjaan Leah benar-benar tak sepadan untuknya.
Leah mendengus tak percaya dengan ucapan temannya. "Kau benar-benar menyebalkan," ucap Leah dengan muka sebal. Tentu saja hal itu menarik perhatian orang-orang dan mengundang tawaan.
Leah kesal, apa Pripta tidak kesal? Mengapa semua orang seolah tidak melihat tatapan pria itu yang tak pernah beralih sesat pun darinya? Kenapa tidak ada yang menegurnya? Apa semua orang mendadak buta dan bisu? Benar-benar menyebalkan. Lihatlah, bahkan ketika Pripta mendelik pada pria itu, dia hanya memberikan seringainya lagi membuatnya sontak mengerutkan dahi. Apa maksudnya itu?
Kekesalannya hanya bertahan sebentar karena selanjutnya dia sedikit terkejut—sisanya panik tentu saja. Sial, apa pria ini sebegitu mesumnya hingga menyentuh kakinya dari bawah meja sana. Bagaimana pria itu bisa makan dengan tenang seolah-olah tidak bersalah?!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments