Setelah sampai, ia memarkirkan mobilnya di luar gedung apartemen mewah. Dia hampir menekan tombol panggil di ponselnya ketika seseorang mengetuk kaca mobil di samping jok penumpang. Setelah melihat sosok di luar sana, ia menekan tombol untuk membuka kunci pintu dan membiarkan orang di luar masuk.
Pripta mengernyitkan alis ketika melihat penampilan temannya itu. Dia benar-benar tak pernah terbiasa dengan gaya itu. "Kita hanya akan makan malam biasa bukan candle light dinner," ucap Pripta.
Leah disebelahnya mengangguk. "Aku tahu," sahutnya.
"Lalu, ada apa dengan gayamu ini?" tanya Pripta menghela nafas pasrah melihat kembali penampilan Leah yang memakai dress sutra biru langit selutut dengan tas mewah. Jangan lupakan masker bewarna putih yang baru saja dilepas itu. Sangat kontras dengannya yang hanya memakai blouse dan jeans yang sama-sama bewarna hitam.
"Asisten ku yang memilihkannya," ucap Leah dengan bangga memiliki asisten yang seorang fashion stylist.
"Apa asisten mu tau kita akan makan malam?" tanya Pripta yang membuat Leah mengangguk.
"Lalu ada apa dengan selera nya itu? Orang-orang akan berpikir kau sedang endorse," bisik Pripta tak habis pikir. Namun, dia tak ingin memperpanjang masalah itu. Mungkin saja asisten nya mengira makan malam ini sekaligus pertemuan bisnis.
"Jangan sampai kau memakai masker mu nanti saat makan." Pripta mengatakannya dengan nada datar membuat Leah tertawa.
Ketika kendaraannya mulai berjalan di jalan raya, Pripta menghembuskan nafas sambil melirik wanita yang duduk di jok penumpang.
"Apa yang ingin kau katakan?" tanya Pripta setelah melihat gelagat aneh temannya.
Leah membelalakkan matanya. "Darimana kau tau aku ingin membicarakan sesuatu?" tanya Leah heran.
"Ternyata benar." Pripta terkekeh kecil.
Leah menyipitkan matanya memandang Pripta kesal. "Sialan," umpatnya. Bukankah ini menunjukkan dia sangat mudah ditebak?
Pripta terkekeh mendengar umpatan temannya. "Seharusnya media tau, model besar kita ini suka mengumpat."
"Cepat, katakan saja!" lanjut Pripta.
"Apa? Aku tidak sedang ingin mengatakan apa-apa," ujar Leah dengan tangan yang dia silangkan di depan badannya. Pripta melirik temannya sekilas lalu mengendikkan bahu acuh.
Sesampainya mereka di tempat dan memarkirkan mobil di pelataran restoran. Pripta menatap Leah yang baru saja keluar dari mobilnya.
"Masker mu," ujar Pripta memperingatkan sambil menunjuk ke arah wajahnya sendiri lalu menunjuk Leah.
"Ah, ya." Leah segera memakai masker yang diambil dari dalam tas.
Mereka memasuki restoran yang sedang dalam keadaan ramai. Mungkin karena bertepatan dengan jam pulang kantor. Ini adalah restoran langganan favoritnya.
"Miss, kami disini!" Suara teriakan beberapa orang mengalihkan atensi Pripta yang baru masuk dan orang-orang di dalam ruangan. Pripta melihat ke arah wajah-wajah yang ia kenal duduk memenuhi satu meja besar. Mereka semua melihatnya sambil melambaikan tangan mereka dengan tinggi. Benar-benar menarik perhatian semua orang pada mereka.
Pripta berbisik pada Leah menyuruh untuk duluan ke ruangan VIP yang masih kosong. Lalu, Pripta berjalan mendekat ke meja para karyawannya tadi.
"Sudah memesan menu nya?" tanya Pripta pada mereka.
Mereka semua mengangguk. Para bawahannya mengeluh tentang harganya yang lumayan mahal dan tak ingin memberatkannya. Tentu saja, tawa Pripta meledak.
"Pripta!" Seorang pria tampan dengan wajah Asia mendekati Pripta dan memeluknya. Tentu saja, ini membuat orang-orang di depannya terpaku dengan mulut terbuka.
"Kau disini?" tanya pria tua dengan baju khas pemimpin dapur itu padanya. Pripta mengangguk sambil tersenyum. Lalu, dia memandang karyawannya yang masih terperangah sambil tertawa kecil.
"Ah, perkenalkan. Mereka karyawanku." Pria tua itu tersenyum menyapa mereka dengan ramah.
"Kalian juga, perkenalkan. Ini Ayahku. Dia pemilik restoran sekaligus chef disini," ucap Pripta sambil saling memperkenalkan.
"Ahh!" Para karyawannya hanya bisa mengatakan itu sambil mengangguk dengan wajah yang masih bingung. Mereka segera berdiri dan membuat gestur bungkuk untuk menyapa ayah atasan mereka.
"Jadi, makan saja sepuas kalian. Jangan menahan diri, okay?" Sudah seperti itu, mereka masih saja cengo. Pripta geleng-geleng kepala melihatnya lalu mengajak sang ayah berbalik meninggalkan mereka.
"Kenapa Ayah yang disini? Dimana kakak?" tanya Pripta heran lantaran seharusnya kakak nya yang ada di restoran hari ini.
"Dia ada di dapur. Bukankah kau bersama Leah? Aku akan memasakkan menu kesukaannya." Pripta terperangah mendengar jawaban bangga Ayahnya itu.
Lalu, mereka berbicara sebentar. Saling bertanya kabar dan memperingatkan tentang kesehatan masing-masing. Setelah itu, Ayahnya malah mengusir dan menyuruh kembali ke ruangan dimana Leah berada.
*****
Para karyawan yang duduk di meja besar akhirnya mendapat kesadaran mereka kembali.
"Aku benar-benar tidak percaya ini," ujar wanita dengan rambut berwarna nyentrik, Blonde yang di ombre dengan warna biru elektrik. Semua orang mengangguk menyetujui ucapannya dengan wajah syok yang sama.
Yana melihat ke arah wanita yang berbicara tadi, dia menarik sudut bibirnya. Tentu saja, dia sudah menduga reaksi mereka akan seperti ini. Seperti ia dulu saat pertama kali mengetahuinya.
"Bukankah ini terlalu jackpot? Miss Pripta cantik, perempuan dengan nama keluarga 'Payne', penerus 'ByP', dan juga temannya adalah Miss Eleanor. Dan Ayahnya, adalah pemilik restoran mewah ini. Ah, Miss Pripta memiliki keberuntungan seumur hidupnya. Aku benar-benar penasaran siapa pria yang bersanding dengannya nanti?" ucap seorang wanita berkacamata lainnya.
"Aku lebih penasaran, dengan kerja kerasnya saat ini, sampai mana dia akan membawa ByP. Bersanding dengan berbagai brand besar, bekerjasama dengan model papan atas dunia. Aku akan menunggu untuk menyombongkan nya pada semua orang. Brand lokal yang mendunia. Aku adalah karyawan disana." Harapan dan semangat yang manis seperti itu sungguh membangkitkan suasana.
Yana tersenyum kecil. "Dia sering sekali ingin biasa saja, Maddy. Keluarga besar konglomerat memiliki permasalahan yang lebih pelik."
Mereka semua mengangguk setuju. Keluarga konglomerat mana yang benar-benar harmonis? Mereka acap kali terjerat rumor. Benar-benar tidak ada privasi.
"Ku rasa itu sebabnya Miss Pripta tidak ingin mencolok di publik. Dia bahkan sering sekali tidak mengikuti rapat besar bersama klien selama dua tahun ini." Mereka berbicara saling menimpali satu sama lain. Menceritakan gosip-gosip tentang Pripta.
"Bagaimanapun, Miss Pripta benar-benar baik. Aku tidak menyesal bekerja di 'ByP'. Dia bahkan tidak membolehkan kita lembur ketika dia juga pulang awal," ucap seorang pria yang disetujui oleh yang lainnya.
"Miss Pripta bahkan tidak sombong ketika temannya adalah seorang Eleanor," ucap wanita rambut nyentrik tadi. Ia sangat bersemangat saat melihat seorang Eleanor dengan matanya sendiri. "Astaga, aku harus meminta tanda tangannya nanti."
Dan setelahnya, arus pergosipan berjalan lancar. Dimulai dengan gosip tentang Eleanor lalu menyebar kemana-mana. Bahkan, saat makanan dihidangkan, tetap ada topik yang berjalan diantara mereka. Begitulah, kekuatan gosip perkumpulan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments