"Miss Pripta! Lihat ini! Tim editor majalah sudah mengirimkan gambar yang sudah diseleksi," seru Yana ketika melihat atasannya baru memasuki butik. Yana segera menghampiri Pripta dan memperlihatkan file yang dikirimkan majalah.
Pripta yang mendengarnya ikut antusias, padahal tadi pagi dia merasa sedikit hilang semangat. "Ayo, kita ke ruanganku dulu," ajak Pripta lagi.
Para karyawan yang bekerja di butik segera menyapa atasan mereka. "SELAMAT PAGI, MISS PRIPTA!"
Pripta tersenyum mengangguk sebagai balasan pada mereka. Lalu, memasuki lift khusus untuk naik ke ruangannya.
"Astaga! Dia sangat cantik!"
"Ya! Ya! Benar!"
"Padahal dia hanya mengenakan jumpsuit dengan rambut yang diikat! Tapi, aku bisa merasakan aura nya yang sangat kuat!"
"Miss Pripta kita tidak akan kalah dari Miss Eleanor!"
Berbagai pujian sudah sangat sering terdengar dari siapa saja yang pernah melihat Pripta. Semua orang setuju bahwa ia sangat cantik dan ramah.
Namun, ada seseorang diantara para karyawan itu yang menggelengkan kepala dengan tatapan sinis.
"Ck, apa yang cantik darinya! Kalian terlalu melebih-lebihkan," ujar seorang gadis karyawan dengan mata sipit dan wajah khas asia.
"Hei, apa maksudmu? Tidakkah kau melihatnya tadi? Miss Pripta sangat cantik, dia sangat rajin dan berbakat sebagai seorang desainer!" jawab gadis lainnya yang berambut cokelat.
Gadis dengan mata sipit itu mendecih. "Apanya yang seorang desainer? Bukankah ia hanya bersantai saja di ruangannya itu? Rajin? Berbakat? Sepertinya dia tidak membawa perubahan apapun selama disini."
Semua karyawan yang mendengar perkataan gadis sipit itu mengernyitkan dahi. "Tutup mulutmu!"
"Apa? Apakah perkataan ku salah? Kalian akan melaporkanku?" tanyanya menantang. "Dalam beberapa Minggu ini, dia hanya tau keluar saja. Bahkan, dua Minggu yang lalu, dia sama sekali tidak terlihat selama berhari-hari!" Gadis itu bersikeras menjelekkan atasan mereka.
Tentu saja, pernyataan itu membuat semua orang terdiam. Membuat gadis itu merasa menang dengan segala argumen nya.
Seorang karyawan yang sejak tadi mendengar perdebatan mereka terkekeh kecil, sehingga mengalihkan fokus semua orang padanya. Gadis yang tengah merapikan tas itu menatap pada gadis sipit itu yang juga menatap ke arahnya.
"Apa? Apa yang kau lihat?'' sentak gadis yang sedari tadi menjelekkan Pripta.
Yang ditanyai hanya menaikkan alisnya. "Tidak ada, aku sangat kagum karena kau sangat tau tentang atasan kita!" ucap wanita dengan name tag yang bertuliskan Ivana. "Kau bahkan lebih tau jadwalnya dibandingkan Nona Yana, ku rasa!" Ivana menganggukkan kepala.
Gadis sipit itu tersenyum sinis dan akan membalas perkataan Ivana, "Ap—"
"Apa kau memata-matai Miss Pripta?" tanya Ivana memotong perkataan gadis itu dan membuat semua orang terkejut.
"A-apa maksudnya itu?" sentaknya dengan gugup.
Ivana tersenyum lagi. "Kau sangat mengetahui tentang Miss Pripta, jadi aku penasaran. Apa kau memata-matai Miss Pripta?"
Gadis sipit itu bisa merasakan tekanan dari tatapan semua orang padanya.
Suara-suara orang yang berbisik menambah kegugupan gadis itu. "Ivana, kau tidak bisa sembarangan menuduhku! Aku hanya tidak senang karena dia bisa seenaknya datang bekerja, sedangkan kita harus bekerja mengikuti aturan!" teriaknya lagi.
Ivana menyeringai dengan tatapan yang sangat mengerikan. "Lalu, kau bisa keluar dari sini! Jangan bekerja di tempat yang tidak kau senangi!" balas Ivana lagi. Tentu saja, perkataan Ivana segera mengundang persetujuan dari semua orang. Gadis sipit itu refleks memundurkan langkah ketika semua orang menatapnya dengan sinis.
Ivana tertawa kecil. "Tenanglah, aku tidak bisa mengusir mu. Kenapa kau takut seperti itu?" tanya Ivana dengan lembut. Lalu dia mengatakan pada semua orang, "Semuanya, kembalilah bekerja."
Ivana akan mengerjakan tugasnya kembali. "Ah, aku lupa sesuatu!" ucap Ivana mengundang atensi semua orang lagi. "Perihal Miss Pripta yang tidak masuk kerja dua Minggu yang lalu itu. Kalian tau kenapa?" tanya Ivana yang dijawab gelengan orang-orang.
"Miss Pripta bekerjasama dengan majalah 'LELLA' untuk edisi kali ini," ucap Ivana sambil menatap gadis sipit itu yang tampak syok. Tentu saja, semua orang juga syok.
Pertanyaan-pertanyaan menyapa Ivana yang mempertanyakan tentang kebenarannya. Ivana mengangguk yakin dan mengatakan dia memiliki sumber yang akurat. Bahkan, ketika dia mengatakan siapa yang menjadi modelnya, semua orang berteriak histeris seakan tak percaya.
Ivana menatap semua orang yang sangat terkejut, lalu menatap gadis sipit itu lagi. "Jadi, kalian tenang saja. Atasan kita sangat rajin dan berbakat!" ucap Ivana dengan nada yang menyindir.
Semua orang sangat heboh dengan berita itu dan membahasnya dengan sangat semangat. Tanpa mengetahui, seseorang sedang mendengarkan dengan seksama.
******
"Ya, Oma. Kenapa meneleponku?"
"Datanglah, untuk makan malam disini nanti. Kau sudah lama tidak berkumpul dengan keluarga besar."
"Aku sedang sibuk, Oma. Kenapa tidak lain kali saja?"
"Apa kau sedang menentang perintah ku sekarang? Aku tidak butuh penolakanmu. Datanglah nanti malam."
Tutt Tutt Tutt.
Pripta menatap sambungan telepon yang sudah terputus. Menghempas ponsel nya dengan kasar diatas meja kerja. Menopang kepala dengan tangan diatas meja dan menjambak rambutnya frustasi.
Apa? Berkumpul dengan keluarga besar? Sejak kapan Oma-nya peduli tentang dia yang datang atau tidak ke perkumpulan itu? Setidaknya, orang tua itu tidak pernah mengajaknya lagi sejak lima tahun yang lalu. Neneknya itu bahkan kerap kali menyuruhnya pulang lebih awal dengan berbagai alasan. Sekarang apa? Memaksanya datang? Yang benar saja.
Pripta menarik nafas dalam mencoba menenangkan diri. Lalu, menatap pada bawahan yang tengah berdiri di depannya.
"Lalu, apa ada lagi yang mereka katakan tentang itu?" tanya Pripta pada wanita itu.
"Tidak, Nona!"
Pripta menganggukkan kepalanya. "Kemungkinan gadis itu memang hanya mengeluarkan unek-unek nya. Namun, ada kemungkinan dia juga dibayar oleh seseorang . Jadi, perhatikan dia lebih dalam. Perhatikan orang-orang lainnya. Kemungkinan mereka tidak hanya seorang saja," perintah Pripta pada gadis yang berdiri di depannya. Gadis itu segera mengangguk mengerti.
Ketika gadis itu sudah keluar dari ruangan, Yana mendekati atasannya. "Bagaimana ini? Katamu kau ingin merahasiakan dulu tentang kerjasama ini?" tanya Yana.
Pripta memejamkan mata dengan pikiran yang kacau. Sialan. Dia tidak bisa menyalahkan siapapun saat ini. Jadi, dia hanya bisa menghembuskan nafas dengan frustasi. "Ya, bagaimanapun ini sudah terjadi."
Yana menatap atasannya yang nampak lelah itu. Beraninya karyawan kecil itu menjelekkan tentang atasan mereka? Yana adalah saksi hidup bagaimana kerasnya Pripta bekerja selama ini. Dia bahkan ikut lelah saat mengikuti Pripta bekerja selama beberapa saat ini. Ini adalah masa yang genting bagi mereka. Apa-apaan gadis kecil di butik itu?
Pripta membuka matanya setelah menghembuskan nafasnya frustasi. "Sepertinya, aku akan pulang lebih awal hari ini, Yana."
"Beristirahatlah yang cukup, Miss. Besok Weekend, kau bisa istirahat tanpa perlu memikirkan apapun," ujar Yana.
Pripta tertawa mendengar ucapan asisten yang berdedikasi itu. "Aku tidak mungkin menyerahkan semua urusan padamu. Jadi, hubungi aku jika kau merasa kesulitan."
Yana mengangguk dan meninggalkan Pripta dalam ruangannya sendirian. Pripta mencoba menenangkan dan menyemangati dirinya. Dia perlu energi penuh untuk bisa menghadapi rintangan malam ini. Jadi, dia akan bersantai dulu sejenak tanpa memikirkan apapun.
*******
Hai Gais. Setelah baca ini, jangan lupa di vote dan komen ya. Salam kenal juga. Kalo ada typo tandain aja.
Love,
Kak Sera.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Titien Muliasari
lanjut kk, tetap Semangatttt
2023-12-22
0