Bibirnya menggerutu sambil mengeluarkan satu persatu isi tasnya dan mengumpat ketika tidak mendapati kunci mobil.
"Sial, apa Leah membawa kuncinya bersama dia?" umpatnya pelan.
Jarinya beralih menelepon nomor Leah dan ketika panggilan terhubung, "Hei, si bodoh Eleanor. Apa kau membawa kuncinya bersamamu?!" teriak Pripta kesal. Dahinya mengernyit jijik dengan ekspresi kesal yang lebih ketara ketika mendengar suara-suara laknat dari seberang panggilan.
"Bajingan gila, apa kau tidak bisa menahannya sampai ke apartemen mu? Bagaimana bisa kau sembarangan seperti itu ketika kekasih mu sedang mengemudi? Kau mau mati?" tanya Pripta lagi.
"Ah, sudahlah. Aku akan menelepon taksi saja. Persetan dengan mobilmu, Leah." Pripta menutup teleponnya dengan kasar.
Dia menyisir rambut dengan tangannya dan menjambak nya pelan mencoba meredam kekesalan. Menarik nafas dalam dan menghembuskannya pelan. "Bukan Leah yang akan mati. Aku yang akan mati muda dengan semua masalah yang dibuatnya," desis Pripta dengan tangan yang tanpa sadar meraih botol minuman dan menegak nya kasar.
Pripta tersedak dengan mata yang membeliak lebar kala merasakan cairan panas itu melewati tenggorokannya. Tuhan, apa yang sudah dia minum kali ini?
Kali ini, dia sudah sangat salah karena mempercayai temannya.
******
Ketika gadis disebelahnya sibuk dengan segala masalah kunci, Luke juga mengumpat karena kunci mobil dibawa Joshua juga. Dia membuka ponselnya mencoba menghubungi temannya. Namun, Joshua menolak berkali-kali panggilannya dan malah mengirimkan pesan singkat.
Joshua 🖕🏻
Kunci mobilnya denganku. Aku akan menghubungi Lexie untuk menjemputmu.
"Fuck," umpat Luke kecil. Tak lama kemudian ponselnya bergetar dan sebuah pesan masuk muncul di notifikasi nya.
Lexie.
Aku akan sampai 20 menit lagi.
Luke kembali bersandar di sofa dan menyesap kembali minuman mahal hasil traktiran Joshua. Matanya melirik gadis diseberangnya yang terlihat sangat kesal.
Bibirnya tersungging menciptakan senyuman kecil. Benar-benar menciptakan sensasi tersendiri melihat kekesalan yang ditunjukkan raut wajahnya. Dia hampir saja tertawa ketika melihat gadis itu memaki temannya di telepon dan hampir menjambak rambutnya sendiri. Racauan yang keluar dari mulutnya tanpa rem itu menjelaskan keadaannya yang sudah setengah mabuk.
Tak lama, pesan dari Lexie kembali masuk dan mengatakan dia sudah hampir sampai dan menyuruhnya untuk menunggu di depan. Bertepatan sekali dengan gadis itu yang beranjak bangun dari tempat duduknya.
"Aku akan mengantarmu," ucap Luke padanya.
"Tidak perlu, aku bisa pulang dengan taksi."
Luke mengerutkan dahinya, dia ditolak? Astaga, yang benar saja? Yasudah, yang penting dia sudah menawarkan nya untuk basa-basi. Dia bangkit dan segera berjalan ke arah pintu. Namun, kakinya mengkhianati hatinya sehingga badannya berhenti dan berputar balik mengarah pada gadis itu.
"Tidak bisa, temanmu akan membunuhku jika dia tau aku membiarkanmu pulang dengan taksi dalam keadaan mabuk." Sebenarnya Luke benar-benar tidak mengerti mengapa dirinya harus memaksa gadis ini untuk pulang dengannya. Mungkin, ini hanya naluri pria nya yang melindungi wanita. Ya, hanya itu saja.
Pripta mendengus mendengar perkataan pria itu. "Bukankah kau juga mabuk?" tanya Pripta .
"Asisten manajer ku yang akan menjemput. Jangan menolak. Jangan membuat temanmu harus bertengkar dengan pacarnya lagi karena mu," ujar Luke memperingati lalu berbalik duluan.
Walaupun Pripta merasa janggal dengan perkataannya, Leah tidak mungkin bertengkar karena alasan yang tidak masuk akal seperti itu. Namun, tetap saja Pripta mengikuti pria itu meninggalkan ruangan VIP yang entah siapa yang akan membayarnya itu.
Dia pikir pria bernama Luke itu akan pergi berjalan duluan. Ternyata, pria dengan setelan hitam dari atas sampai bawah itu menunggu nya di tangga. Ketika, pria itu melihatnya, dia segera memeluk pinggangnya dan menuruni tangga bersamaan.
"Aku tidak mabuk dan tidak cacat," teriak Pripta di telinga pria itu dengan sedikit berjinjit. Dia harus berteriak karena suara musik yang semakin keras dan heboh karena sudah semakin malam.
Luke menatap Pripta dan bertanya apa maksudnya. Bagaimana bisa cara jalan yang sempoyongan dan mata yang mengarah kemana-mana dan tidak fokus itu dikatakan tidak mabuk?
Pripta menepuk telapak tangan pria itu yang merangkul pinggang nya.
Luke mengangguk paham lalu menunjuk ke lautan manusia yang tengah menari dengan gila di bawah sana. Bisa dipastikan mereka semua mabuk parah. "Kau akan mati di tengah-tengah mereka jika aku tidak merangkul mu," ucap Luke dengan bibir yang bersentuhan dengan telinganya. Membuat Pripta sedikit merinding sehingga reflek menjauhkan kepalanya. Mungkin, ini efek alkohol yang diminumnya berlebihan tadi.
Mereka mulai berjalan dengan pelan ketika memasuki dance floor yang penuh sesak. Luke benar. Dia akan mati jika mencoba berjalan sendirian disini. Benar-benar mengerikan. Orang yang berdesakan sambil menari dan bau alkohol yang sangat menyengat membuatnya sedikit pusing.
Pripta merasakan pria itu menggiringnya ke depan dan mengukungnya dalam lengan kekar. Pripta menggigit bibirnya ketika merasakan otot-otot liat itu bersentuhan dengan lengan nya yang tidak tertutup apapun. Pria itu benar-benar menjaganya dari dorongan orang-orang yang tengah tak sadarkan diri di bawah pengaruh alkohol.
Sesekali jalan mereka tersendat kemudian pria itu menggiringnya kembali berjalan dengan aman. Namun, desakan dari belakang pria itu membuatnya terdorong ke depan dan tanpa sengaja tangannya hampir menyentuh sesuatu. Reflek saja, Pripta menundukkan tubuhnya dan mundur kebelakang sehingga punggungnya bertabrakan dengan dada keras pria itu.
"Maaf, kau tak apa?" tanya Luke yang mendapat anggukan dari Pripta. Luke menurunkan kembali tangannya dan bertengger di pinggang Pripta. Namun, kali ini hal yang berbahaya datang dari depan Pripta membuat Pripta menelan ludahnya gugup.
Bagaimana tidak? Pasangan mabuk di depannya ini tengah bermesraan dengan panas.
Pripta sangat terkejut sehingga tak sengaja memundurkan langkah kaki nya dan bertabrakan kembali dengan dada Luke. Kali ini dia merasakan tubuh pria itu menegang sehingga membuatnya memutar tubuhnya untuk melihat pria itu.
"Hey, kau okay?" teriak Pripta dengan mata yang mengerjap khawatir. Kenapa tiba-tiba wajah pria ini memerah?
Luke mencoba menormalkan nafasnya yang kacau akibat benturan yang dilakukan gadis itu tadi. Dahinya mengernyit dengan gigi yang bergemelatuk keras. Kepalanya merunduk dan tak sengaja menjadi bersandar pada bahu gadis di depannya.
"Sepertinya kau tidak baik-baik saja," ucap teman Leah itu sambil mengelus kepalanya yang bersandar di bahunya. Lalu, gadis itu memegang lengannya yang melingkar di perut gadis itu mencoba membawanya keluar dari lautan manusia mabuk itu dengan usahanya sendiri.
"Bertahanlah, kita hampir sampai di pintu keluar." Pripta memekik sambil menahan pusing akibat suara musik yang menggelegar dan bau alkohol yang mencuat tajam.
Gadis itu kembali mengelus kepala dan lengannya, berusaha menenangkan dirinya, atau gairahnya?
Kali ini, Luke sangat bodoh karena harus mengikuti Joshua sialan itu.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments