Joshua menepuk pahanya. "Aku tidak bisa. Ini pemotretan untuk pasangan. Aku harus bertanya dulu pada Eleanor. Berikan pada Luke saja."
Perkataan pria manis itu nyaris menimbulkan kegaduhan. Julie dan Luke yang disebelah Joshua menatap sinis padanya. Apakah ini yang dikatakan budak cinta?
"Apa kau takut pacarmu marah, Joss?" tanya Julie. "Katakan padanya, ini pemotretan dengan dua pria dan satu wanita."
"Apa bisa seperti itu?'' tanya Luke heran. Jarang dia dengar ada pemotretan dengan konsep seperti itu.
"Tentu saja bisa. Tim majalah yang membuat pengaturannya. Jadi jangan menolak! Aku akan mengirimkan lokasi untuk pertemuan besok. Ingat! Jangan telat!" ujar Julie memperingatkan keduanya.
Keduanya menghembuskan nafas lelah. "Baiklah, aku akan mengatakan pada Leah jika jadwalnya sudah dekat saja," ujar Joshua pasrah.
Luke mengernyitkan dahi. "Jadi, brand mana yang berkolaborasi kali ini?" tanyanya dengan jari yang mengetuk pada layar iPad yang masih menampilkan gaun indah itu.
Julie berdecak. "Kenapa kau sangat ingin tau? Kau akan mengetahuinya besok!"
"Ah, Julie," ujar Luke dengan mata yang menyipit menatap manajernya itu. Sangat terlihat jika wanita itu gugup.
Joshua melihat gelagat manajernya yang mencurigakan. Dia berkata pada Luke yang disebelah nya. "Apa mungkin ini akan merugikan kita?"
"HEY!" tegur Julie menggeplak kepala Joshua hingga keduanya terkejut. "Ah, sudahlah. Ini bukan brand ternama. Namun, aku melihat karya nya sangat bagus dan menjanjikan. Jika mereka kali ini berhasil menarik perhatian dunia, akan sangat bagus membangun kerjasama lagi," jelas Julie lagi.
Luke mengernyitkan dahi merasa aneh. Namun, dia tidak tau apa yang janggal disini. Sudahlah, ikuti saja kemauan wanita tua di depannya. Tentu saja, dia sangat percaya wanita itu tak akan merugikan ia dan sang teman.
Julie merasa bersalah, lagi-lagi dia bertindak egois. Hanya saja, dia memang harus mengambil jalan ini untuk mengambil hati Pripta agar menyetujui tawarannya. Dia masih belum menyerah!
******
Lexie memarkirkan mobilnya didepan sebuah restoran dengan gaya barat. Dia menunduk melihat tampilan restoran tersebut dari kaca depan mobilnya. Pria itu melirik pada Julie yang duduk di jok penumpang. "Disini kah?" tanyanya memastikan.
"Jika kau mengikuti Nona GPS dengan baik. Maka, kita berada di tempat yang tepat. Ayo turun," ajak Julie pada mereka semua.
Hanya butuh waktu sepuluh detik untuk membuat orang-orang yang melihat mereka terperangah. Setelahnya, orang-orang ini mulai ribut mendekati diiringi dengan bisikan dan pekikan. Tak lupa dengan kamera ponsel mengarah pada dua aktor besar yang baru saja turun dari mobil.
"Astaga. Apa yang dilakukan pacar ku disini?" tanya seorang gadis dengan kegirangan membuat Luke dan Joshua melotot sesaat.
"Apa maksudmu? Hei, mereka adalah suamiku!" seru gadis lainnya menimbulkan protes dari keramaian yang tercipta. Fangirling moment.
Luke dan Joshua tentu saja profesional. Mereka berdua tersenyum ramah pada para fans mereka.
Julie menatap para fans yang berkumpul di depan mereka. Lihatlah, mereka para gadis dengan semangat yang penuh. "Kami memiliki pertemuan kecil disni." Julie menjawab untuk mewakili dua pria besar dibelakangnya.
"Ah! Apakah ada proyek baru?" tanya seseorang diantara kerumunan.
Julie tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.
"Apakah drama? Luke dan Joss bermain dalam satu frame?" tanya yang lainnya lagi penasaran.
"Tidak. Kami akan menghadiri pertemuan dulu dan akan merilis berita resminya nanti," ujar Julie. "Jadi, tolong dukung selalu mereka, okay," lanjut Julie lagi.
Joshua dan Luke tertawa ketika mendengar seruan jawaban dari para gadis didepannya ini. Mereka berdua lalu berjalan kembali mengikuti Julie sambil melambai dan melemparkan senyum. Tentu saja, itu mengundang teriakan heboh.
"Sepertinya Restoran Italia," ucap Joshua ketika melihat interior dalam restoran itu. Luke mengangguk setuju dengan mata yang tertuju pada gambar makanan yang di gantung di dinding. Pizza, pasta, gelato dan makanan khas Italia lainnya terpampang disini.
Julie tengah berbicara dengan karyawan yang berdiri di balik meja reservasi. Lalu, seorang karyawan lainnya datang mengajak mereka mengikutinya.
Karyawan itu mengetuk pintu dan membukakan nya untuk mereka. Tangannya mempersilahkan mereka masuk. Memberi gestur hormat lalu meninggalkan mereka.
"Julie? Akhirnya kau sampai disini," sapa seorang pria yang terlihat berumur akhir empat puluhan. Dia berdiri menyambut mereka dan menjulurkan tangannya pada Julie.
"Ricky, maaf. Sepertinya kami terlambat," balas Julie sambil menjabat tangan pria itu. Pria itu menggeleng menyuruhnya tak usah sungkan.
"Silahkan masuk. Ah, apakah ini model kita? Selamat datang," ujar pria itu lagi sambil saling berjabatan tangan dan memperkenalkan diri dengan Luke dan Joshua.
"Mari duduk, aku akan memperkenalkan kalian pada orang-orang disini," ajaknya sambil menutup pintu dan mengajak mereka masuk.
Setelah sesi perkenalan singkat dari Ricky pada timnya, Luke menunduk memberi hormat. Namun, pria disebelahnya bagai orang bodoh hanya terperangah. Sebagai teman yang baik Luke segera meraih kepala temannya dan mengajaknya menunduk bersama. Joshua segera tersadar. "Mohon kerjasamanya," seru kedua pria itu.
Tuan Ricky tersenyum mengangguk. Lalu, semua bagian dari tim berdiri untuk berjabat tangan dan memperkenalkan diri pada kedua model pria nya.
"Kau disini?" bisik Joshua dengan semangat pada seorang gadis yang sedang menyalaminya sekarang.
"Kau juga disini?" balas Leah juga dengan bisikan. "Honey?" lanjutnya sambil menekan pada satu kata itu. "Sepertinya, kau tidak pernah mengatakan tentang pemotretan?" lanjut Leah masih dengan bisikan yang tajam. Tentu saja, Joshua ketar-ketir saudara.
Aksi itu mengundang perhatian semua orang. Seorang aktor besar di negara dan model besar berjabatan lama dan memandang penuh permusuhan.
Lalu, suara deheman keras seorang perempuan menyadarkan keduanya dan orang-orang dalam ruangan.
Tuan Ricky terbatuk kecil beberapa kali dan tersenyum. "Ah, tak apa. Aku sudah sering mendengar tentang kalian berdua," ucapnya yang disetujui canggung oleh anggota tim yang dibawanya.
Leah menatap sinis pada pria disebelahnya dan menggulirkan matanya kesal. Dia masih akan lanjut mengoceh jika saja tak ada dorongan dari belakangnya. Dia menatap orang menyebalkan lainnya itu dengan memberengut. "Pripta, kau juga tak mengatakan apapun tentang ini!"rengeknya.
"Jangan membuat panggung mu disini. Orang-orang melihat kalian. Minggir," usir Pripta.
Leah berjalan sambil menghentakkan kakinya dengan kesal setelah berjabatan dengan Luke. Pripta menggelengkan kepala tak paham dengan aksi bibir monyong temannya itu. Dia kembali menatap pria yang sekarang didepannya. "Pripta," ujarnya memperkenalkan diri. "Pripta Louvra."
"Joshua Wayne, kau bisa memanggilku Joss," balas Joss lagi yang membuat Pripta menaikkan alisnya reflek. "Ah, tentu itu karena kau teman Leah," jelasnya lagi. Gadis itu hanya tersenyum dan mengangguk paham.
Lalu, langkahnya berhenti lagi di depan pria yang pernah ditemuinya sekali. Dia tidak dapat melihat dengan baik malam itu karena kurangnya penerangan. Namun, sekarang pria ini berdiri menjulang didepannya. Dengan kaos hitam yang melekat pas di badan sehingga memperjelas otot-otot di tubuhnya. Wajah tampan khas pria blasteran dengan rambut yang ditata rapi keatas.
Pripta menarik nafasnya yang entah mengapa terasa sedikit sulit. Menelan ludah dengan susah payah, ia menjulurkan tangannya pada pria itu. "Pripta Louvra."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments