"Tuan, apa anda ingin memesan sekarang?" tanya seorang pelayan. Ia menyodorkan buku menu pada seorang pria yang baru saja tiba di restoran mereka.
"Ah, aku sedang menunggu temanku," jawab pria itu. Pria yang terlihat tampan meskipun memakai masker. Tubuhnya di balut dengan kaos berwarna abu-abu yang dipadukan dengan jeans hitam. Tampilan itu tentu saja membuat orang yang memandangnya terpana. Dada nya bidang dengan bahu yang lebar juga menambah nilai tersendiri.
"Baik, anda bisa memanggilku jika memerlukan sesuatu," ucap wanita itu lagi dengan wajah yang merona lalu segera meninggalkan pria itu disana.
Pria itu hanya menaikkan alis singkat. Mengalihkan pandangan, dia menemukan seseorang yang sedang memasuki pintu restoran. Segera saja, dia mengangkat tangannya pada pria itu. Pria yang baru saja tiba segera melangkah ke arahnya dan duduk di kursi yang berhadapan.
"Sudah lama, Luke?" tanya pria yang baru saja duduk.
Yang ditanyai hanya menggelengkan kepala. "Kau dari apartemen kekasihmu?" tanya Luke.
Joshua tertawa dan mengangguk. "Sudah seminggu."
Luke menggulirkan matanya malas. Lalu, mengisyaratkan temannya agar segera memesan makanan dan memanggil pelayan.
"Makan siangmu terlalu awal, bukan?" tanya Joshua pada pria itu ketika melihat jam tangan mewah melingkar di pergelangan tangannya.
"Ini sarapan," jawab Luke singkat.
Joshua terkejut mendengarnya. "Apa Lexie tidak menyiapkan sarapan?"
"Dia izin cuti, ibunya sedang disini."
Joshua mengangguk singkat. Tentu saja, dia tidak tau karena dia sedang menginap di apartemen kekasihnya.
"Kau harus mengatakannya pada Julie supaya dia bisa mengutus asisten sementara," saran Joshua pada temannya.
"Tidak perlu. Aku sedang tidak memiliki jadwal saat ini."
Joshua mengangguk saja mendengar penolakan itu. Dia tidak akan memaksa. Bagaimanapun dia tau temannya tidak nyaman jika Julie mempekerjakan asisten wanita. Asisten pria? Mereka tidak tahan dengan Luke yang lebih keras dari batu.
Mereka tengah membahas sesuatu ketika seorang pria tiba-tiba memotong pembicaraan mereka.
"Yo? Siapa ini? Lucas Adam?" tanya pria yang baru saja menghampirinya itu dengan kaget.
Luke menatap siapa yang baru saja memanggil namanya. Ada keterkejutan yang sempat melintas di matanya.
Joshua menatap Luke yang terdiam saat menatap pria yang berdiri di samping meja mereka. "Kau kenal orang ini, Luke?" tanya Joshua.
Pria itu tertawa mendengar pertanyaan Joshua. "Tentu saja! Kami teman lama. Oh? Joshua Wayne? Wah—,"
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Luke dengan nada dingin.
Pria itu terkejut dan berhenti berbicara. Dia menggaruk telinga nya. "Kenapa kau kasar begitu? Kita adalah teman lama."
Dia berbicara pada Luke dengan bibir yang selalu tersenyum. Namun, Luke hanya menatapnya dengan datar sehingga membuat pria itu gugup.
"Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanyanya. "Ah, apakah kau masih marah padaku? Oh ayolah, itu hanya sem—"
Brak!
Perkataan pria itu terputus karena Luke menggebrak meja hingga Joshua terperanjat kaget. Pria itu memundurkan langkahnya ketika Luke berdiri dengan tiba-tiba.
Luke menatap orang yang mengaku teman lamanya itu dengan sinis. "Ikut aku."
Joshua terhenyak melihat kepergian dua orang tersebut. Apa ini? Luke sepertinya sangat marah melihat pria barusan. Dia merasa bingung tapi tak ingin bingung. Sudahlah.
*****
Luke menghentikan langkahnya ketika mereka sampai di balkon lantai atas restoran ini. Dia membalikkan tubuh menatap pria itu langsung.
Pria itu membalas tatapan Luke yang menatapnya tajam. Dia tertawa. "Woah, aku tidak percaya yang sedang berdiri di depanku sekarang ini adalah aktor besar."
"Jangan terlalu banyak bicara. Katakan apa yang ingin kau sampaikan," ujar Luke.
"Hey? Kenapa kau sangat dingin padaku?" tanya pria itu. "Bukankah itu hanya hubungan semalam saja?"
Luke mengepalkan tangan mendengar pertanyaan itu. Hubungan semalam katanya? Dia mendekati pria itu hingga pria itu merasa udara disekitarnya berkurang.
"Lagipula, Sabrina juga menginginkan itu. Kau tidak bisa menyalahkan ku sepenuhnya, kan? Itu sudah sangat lama dan aku tidak percaya kau masih mengingat nya sampai sekarang."
Luke mengeraskan rahangnya ketika mendengar nama wanita itu disebut.
"Sudahlah, bukankah Sabrina masih bersama denganmu sekarang?" tanya pria itu. "Kau terlalu sibuk dengan karirmu hingga gadis itu mencari pelampiasan lain. Kau juga tidak bisa menyalahkan dia."
"Sudah selesai?" tanya Luke dengan wajah yang sangat dekat hingga lawannya merasa terintimidasi.
Pria itu tertawa ketika Luke bahkan tak peduli dengan pembicaraan mereka. "Wah, aku sangat heran kenapa Sabrina sabar denganmu? Sayang sekali, kau menyembunyikannya dari publik sangat rapat."
"Jika hanya itu yang ingin kau bicarakan, aku akan kembali," ujar Luke dengan nada yang masih sama datarnya sejak tadi.
Pria itu tampak salah tingkah dan membiarkan Luke masuk kedalam restoran lagi. "Tapi, tubuh kekasihmu sangat nikmat, kau tau?" tanya pria itu tak bisa menghentikan mulutnya.
Dia tersenyum sinis ketika melihat Luke menghentikan langkahnya. Namun, tak lama dia kembali melanjutkan langkah. Tak peduli dengan apa yang pria itu bicarakan.
"Kalian sudah selesai berbicara?" tanya Joshua ketika melihat Luke sudah kembali ke kursinya.
Luke hanya mengangguk singkat. Tak lama setelahnya makanan mereka di hidangkan dengan asap yang masih mengepul. Luke merasa sangat lapar tadinya. Dan sekarang, dia merasa nafsu makannya menghilang begitu saja.
******
Suara gemericik air dari pancuran shower membasahi tubuh. Kepala yang didongak kan membuat wajahnya merasakan tetes-tetes air menyapu wajahnya. Dia benar-benar merasa tidak bisa berpikir jernih sekarang. Tangan yang bersandar di dinding depannya perlahan mengepal. Rahang yang masih mendongak dengan mata yang terpejam itu perlahan mengeras.
Sabrina. David.
Dua nama yang sangat dibencinya. Huh? Sibuk dengan karir dan mencari pelampiasan? Benar-benar menganggap ia seperti anak kecil?
Otaknya memutar kembali memori masa-masa saat ia tengah menempuh pendidikan di sebuah Universitas. Dia memiliki seorang pacar yang cantik dan manis. Pacar yang memberinya perhatian yang sangat besar. Mereka saling mencintai dan menyayangi satu sama lain.
Dia bukan dari jurusan akting atau apapun yang berkaitan dengan pekerjaannya sekarang. Namun, ketika liburan musim panas, kekasihnya dan seorang teman yang ia kenal dengan baik, magang di sebuah perusahaan yang sama. Saat itu, sebuah agensi tiba-tiba menghubunginya. Mereka ingin mengajaknya bergabung di agensi model. Ia dan kekasihnya saling mendukung pekerjaan satu sama lain hingga mereka lulus.
Pacarnya juga bekerja di perusahaan tempat ia magang setelah lulus. Dan ia juga tetap lanjut berlatih di agensi.Awalnya, untuk melihat bakatnya dia dilatih menjadi model dan aktor. Hingga, dia mulai mengambil peran walau hanya figuran. Dunia kerja itu berat. Dia benar-benar sibuk karena Julie melihat ia berpotensi di keduanya sehingga melatihnya lebih keras.
Tentu saja, dia tidak akan berlatih sekeras ini jika dia mengambil jurusan yang berkaitan dengan pekerjaannya. Walaupun perjalanannya berat dan panjang, namun dia mencintai pekerjaannya sekarang. Dalam rentang waktu ini, hubungannya dengan kekasih nya mengalami pergolakan.
Dimulai dengan satu masalah kecil yang mulai merambat kemana-mana. Kepalanya berdenyut sakit hingga membuat matanya kembali terbuka. Tangannya dengan keras meninju dinding dihadapannya, melampiaskan amarah yang selalu bercokol di hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments