"Katakan saja jika ingin membicarakan sesuatu, Leah. Kau terlihat seperti orang bodoh saat membuka dan menutup mulutmu kembali seperti itu." Pripta benar-benar tidak tahan ketika melihat temannya berkelakuan aneh seperti itu.
Makanan utama telah selesai dihidangkan dan ludes di santap. Sekarang, waktunya mencicipi makanan penutup. Namun, Pripta merasa sangat terganggu ketika Leah terlihat seperti ikan yang terdampar di darat. Kekurangan air dan mangap-mangap. Dan lagi, tatapan mata itu, seperti orang yang takut padanya saat ingin membicarakan sesuatu. Leah membuat kesan Pripta seperti orang jahat.
Leah memberengut dan memanyunkan bibirnya ketika mendengar omelan perempuan yang duduk di hadapannya. Omelan itu benar-benar membuatnya kehilangan nyali untuk berbicara. "Bisakah kau tidak kasar, sialan? Aku seorang wanita lembut yang tidak tahan dengan perkataan jahat mu itu!"
Pripta mendecih sekilas. Tatapannya mengarah pada Leah dari atas ke bawah berulangkali. "Tidak ada wanita lembut yang mengumpat, Nak."
Leah menatap kesal pada Pripta yang dengan santainya mencicipi dessert yang ada di depannya. Lihatlah, dia memiliki teman yang tidak peduli dengan keluh kesahnya. Menyebalkan.
"Tidak jadi?" tanya Pripta lagi.
Ah, bodoamat. Bagaimanapun Leah harus memperjuangkan yang satu ini. Dia tidak bisa melakukannya pada orang lain. Tapi, di depannya ini adalah, Pripta Louvra. Temannya sendiri. Jadi, dia bangun dan menarik bangkunya untuk duduk disamping Pripta yang langsung mengernyitkan alis.
"Jangan melihatku seperti beban mu, bodoh!" pekik Leah memukul lengan temannya. Haruskah Pripta menatapnya seperti itu?
"Aku bertaruh apa yang akan kau katakan memang akan menjadi beban ku," ujar Pripta santai.
Sial, apa susahnya berpura-pura? Tapi, Leah tidak akan menyerah begitu saja. Jadi, dia terkekeh kecil untuk menutupi kekesalannya. Dia harus menjadi tak tau malu kali ini.
"Aku dengar, majalah 'LELLA' menghubungi kalian kan?" tanya Leah dengan mata yang dikerjapkan beberapa kali. Berusaha tampil imut.
"Hm." Pripta hanya merespon dengan singkat. Tangannya bergerak dengan aktif jika menyangkut tentang makanan.
"Astaga, aku turut bahagia untukmu dan kerja kerasmu selama ini." Ketika Pripta mendengar ucapan Leah, dia melirik pada wanita itu. Entah mengapa dia merinding.
"Lalu, apa kau sudah memilih model prianya?" tanya Leah dengan raut penasaran yang sangat ketara. Seakan sudah tertulis di jidatnya.
Pripta meletakkan sendok nya dan melirik seonggok daging di sebelahnya dengan datar. "Tidak. Aku memberikan mereka kewenangan untuk memilih sendiri model pria nya.''
"Ah? Kenapa? Seharusnya kau tidak melakukan itu!" rengek Leah sakit hati mendengar jawaban temannya.
"Aku sudah memilih sendiri model wanita nya mereka yang memilih model pria nya."
"Bisakah kau menghubungi mereka untuk menentukan model prianya?" tanya Leah dengan sangat memohon.
Pripta yang melihat hal itu membenarkan duduknya dan menatap temannya secara langsung. Matanya menyipit kesal. "Apakah ini tentang pacarmu? Joshua Wayne?"
"Jangan bertanya jika sudah tau!" Leah menyilangkan lengannya di depan dada. Wajahnya mengerut.
Pripta mendengus ketika melihat Leah melakukan hal itu. Dia ikut menyilangkan tangannya di depan dada. Alisnya terangkat sebelah dan bertanya dengan nada menusuk. "Siapa yang terakhir kali tidak memberikan izin untuk bekerjasama dengan pria itu?"
"Apa? Ada yang melarang mu untuk merekrutnya?!" tanya Leah marah dengan mata yang melotot. "Siapa? Katakan padaku siapa?!"
Pertanyaan Leah benar-benar menguras kesabarannya. Dia menggulirkan mata dan menunjuk bahu temannya itu beberapa kali. "Itu kau, gadis sialan. Kau mengatakannya sendiri dengan mulut mu ketika kau mabuk di ruanganku!" ucap Pripta dengan gigi yang dirapatkan. Tuhan, kenapa mempertemukan manusia jenis Leah yang menyebalkan ketika Pripta sendiri juga tidak sabaran?
Leah menatap Pripta dengan mata membeliak dan mulut yang terbuka.Tak lama dia mengerjapkan matanya dan memandang ke langit-langit ruangan. Tentu saja, dengan mulut yang masih terbuka.
Ekpresi yang sangat bodoh. Pripta menggelengkan kepalanya dengan tangan yang masih disilangkan. "Ckckck." Pripta mendecak. "Sudah ku duga kau tak akan mengingatnya lagi. Bukan salahku, kan? Aku hanya menuruti keinginan mu," lanjutnya sambil mengendikkan bahunya acuh.
"Aish!!!" Leah mengacak-acak rambutnya. Leah menatap temannya yang sangat tak peduli dengan penderitaannya. Lihatlah, Pripta yang sudah lanjut makan lagi.
"Priii, biarkan Joss ikut, please?" pinta Leah sambil menggoyangkan lengan Pripta yang tidak memegang sendok.
"No."
"Pripta, please?"
"I can't, Leah. Mereka sudah menetapkan modelnya. Bukankah kau juga sudah menerima pesan dari mereka untuk pertemuan besok?" tanya Pripta memberi pengertian.
Leah mengangguk. Memang benar dia sudah mendapat pesan. Dia menghela nafas pasrah lalu bertanya dengan nada tak semangat, "Lalu, apa kau tau mereka akan memilih siapa?"
Pripta mengendikkan bahunya tak peduli. Lalu, menyuruh Leah menghabiskan makanannya. Melihat Leah memakan makanannya seperti orang sakit, membuat Pripta tertawa kecil. Pasti dia sangat kesal sekarang.
*****
"Kalian sudah disini?" tanya seorang wanita ketika melihat ruangannya kedatangan dua orang tamu.
"Hm, apa yang ingin kamu katakan?" tanya salah seorang pria itu. Tubuhnya tinggi tegap dan wajah tampan khas asia.
"Duduklah, lihat ini. Aku menerima pekerjaan untuk kalian." Wanita itu duduk di sofa ruangannya dan menyodorkan iPad pada kedua pria itu. Memperlihatkan sebuah proposal dari majalah.
"Pemotretan majalah?'' tanya pria satunya saat melihat tajuk yang tertulis disana. Wanita itu tersenyum mengangguk. "Kau tertarik?" tanyanya.
Pria dengan rambut yang ditata rapi keatas sehingga memperlihatkan jidatnya menguap. Tentu saja, hal itu tidak mengurangi ketampanannya. Dia bertanya, "Apa aku harus tertarik?"
"Jika kalian berdua menolaknya, aku akan langsung menghubungi mereka sehingga mereka bisa mencari model lain," ujar wanita itu.
"Begitu terburu-buru?" tanya pria yang pertama tadi.
" 'LELLA' adalah majalah besar. Banyak orang yang ingin berpartisipasi dalam hal ini, Joss. Jadi, mereka bisa mencari orang lain jika mereka mau." Wanita itu memberi paham pada pria muda yang tadi bertanya.
Joshua mengangguk paham. Lalu, tanpa sengaja matanya menatap sebuah tulisan disana. "Ini kolaborasi?" tanya Joshua dengan sebelah alis yang terangkat. Wanita itu mengangguk untuk jawabannya.
"Majalah 'LELLA' tidak akan berkolaborasi dengan brand sembarangan. Brand mana yang bergabung dengan mereka?" tanya pria disebelah Joshua yang ikut penasaran juga.
Wanita didepan mereka tertawa kecil. "Apakah brand nya itu penting? Kalian harusnya melihat dulu rancangannya," ujarnya sambil menggulirkan jarin di iPad beberapa kali sampai layar menampilkan gambar sebuah pakaian yang dirancang untuk pemotretan majalah.
Joshua dan pria itu mengangguk kagum pada gambar rancangan. Sudah tentu, ini brand ternama. Manajer mereka juga tidak mungkin mengambil projek yang asal-asalan. Jari Joshua bergerak memperbesar gambar dan melihat detail dari rancangan itu.
"Ini bagus." katanya sambil terus melihat-lihat. Lalu, tangannya berhenti ketika layar menampilkan gambar gaun. "Ini pemotretan untuk pasangan?" tanyanya pada wanita itu.
"Hmm," Wanita itu menipiskan bibirnya sambil berpikir. "Dua pria satu wanita, apa itu bisa dikatakan berpasangan?"
"Hah?"
"Apa maksudmu?"
"Ck, jangan pikirkan itu dulu. Bagaimana? Apa kalian tertarik?" tanya wanita itu dengan mata berbinar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments