Setelah berbagai drama yang diciptakan Leah yang menangis dengan hebat ketika memasuki ruangan Pripta. Sekarang, wanita itu hanya menyisakan isakan-isakan kecil dengan hidung yang memerah.
Pripta duduk kembali di sofa setelah sebelumnya dia mengambil air mineral dari kulkas mini di ruangannya. "Minum dulu!" ujar Pripta sambil menyodorkan air pada Leah.
Leah meminumnya hanya seteguk lalu meletakkan kembali botol air itu. Mata nya kembali berkaca-kaca. "Bagaimana bisa kau hanya memberiku air hambar seperti ini?"
Pripta menaikkan sebelah alisnya bertanya apa maksud perempuan di depannya ini.
"Berikan aku wine! Atau apapun yang bisa melenyapkan pria jahat itu dari pikiran ku!"
"Kau gila? Kau mau mabuk saat hari masih terang?" tanya Pripta kesal dengan sahabatnya itu.
"Hiks. Berikan saja bodoh! Apa kau tau bagaimana perasaanku sekarang?! Aku bahkan ingin melampiaskan amarah ku di club sekarang," teriak Leah diikuti dengan tangisannya lagi.
Pripta menghela nafas pasrah. Lihatlah, temannya ini sekarang. Dimana image nya yang selalu tampil rapi untuk publik dan menjaga citranya? Sosok yang mereka lihat sekarang benar-benar berantakan.
"Apa pria itu benar-benar gay?" tanya Pripta pelan.
"Bagaimana bisa aku tau dia gay atau tidak? Dia sangat normal saat bersama denganku! Kami bahkan memiliki percintaan yang sangat panas!" ungkap Leah dengan tersedu-sedu.
"Apa mungkin bisex?" cicit Yana bertanya dengan pelan.
Pripta dan Leah melotot. Bagaimana Yana bisa berpikir seperti itu? Bagaimana jika mulutnya itu asin dan perkataannya menjadi kebenaran?
"Setidaknya itu menjadi kemungkinan terburuk sekarang," ujar Pripta menenangkan sahabatnya yang terlihat sangat rapuh sekarang.
Setelahnya, Leah berteriak bagaimana dia sangat membenci keadaannya sekarang ini.
''Kau tau apa yang membuatku sangat marah, Pri?" racau Leah sambil berbaring di sofa.
"Hm? Apa?" tanya Pripta sekilas.
"Para netizen ini! Mereka bertanya-tanya! Siapa orang ketiga dalam hubungan kami? Apakah Luke yang menjadi orang ketiga diantara hubunganku dengan Joss? Atau malah aku yang merusak hubungan Joss dan Luke? Itu benar-benar menyebalkan, sialan! Hiks, hiks," racau Leah dengan keadaan yang sangat kacau. Dia menangis lalu mengumpat. Terus saja begitu berulang kali. Dia berhasil membuat Pripta dan Yana menatapnya simpati.
"Apa kau sungguh menyukai pria itu, Leah?"
"Tentu saja. Dia sangat lembut. Dia juga perhatian. Bagaimanapun, dia benar-benar tipe ku!" jawab Leah dengan suara yang mulai terdengar tak jelas. Dan tak lama setelahnya, dia tertidur dengan pulas. Sesekali masih terdengar racauan berisi umpatannya.
Pripta menghela nafas, memijit pelipisnya pelan. "Aku benar-benar tak paham alurnya. Siapa lagi Luke itu?"
"Lucas Adam. Dia sahabat Joshua Wayne. Mereka satu agensi dan seumuran. Tak heran mereka sangat dekat," jawab Yana sambil mengambil selimut dan menyelimuti sahabat satu-satunya yang dimiliki atasannya.
"Terimakasih, Yana."
Yana hanya mengangguk pelan. Sebagai asisten yang mengikuti Pripta bertahun-tahun lamanya. Dia sangat mengerti, bagaimana bos-nya itu sangat menghargai dan menyayangi Leah. Sehingga memperlakukan Leah seperti saudaranya sendiri.
"Ini masih jam tiga, Nona. Kau bisa beristirahat terlebih dahulu sebelum bekerja lembur lagi malam ini," ucap Yana sekaligus menyuruhnya untuk tidak berlebihan dalam bekerja.
Pripta tersenyum dan berkata, "Aku tau. Kau juga beristirahatlah lebih dulu. Aku tidak ingin melihat asisten ku tumbang sebelum hari launching. Bagaimanapun, aku sangat membutuhkan mu!"
*****
"Kau baik-baik saja, kan?" tanya Pripta khawatir. Setelah terbangun dari tidurnya, Leah terlihat lemas seolah tenaganya habis hanya untuk hal-hal ini.
"Yeah, setidaknya begini lebih baik." jawab Leah dengan mata terpejam.
"Pulanglah, Kau harus istirahat dengan baik. Lebih baik tunda jadwal mu dulu dan menenangkan diri," ucap Pripta memberi saran.
Leah mengernyitkan alisnya. Benar, mengapa dia harus membuat dirinya susah karena pria itu? Dia seharusnya bersenang-senang dan melupakan masalahnya sekarang. Lalu, mencari pria baru yang lain. Ayolah, dia Eleanor. Siapa yang tak mengenalnya? Dia akan mengapresiasi dirinya sendiri malam ini.
"Bangunlah, aku akan mengantarmu pulang," ajak Pripta sambil berdiri dan merapikan meja kerjanya.
Leah mendengus keras. Apa kata Pripta? Pulang di saat rumor panas tengah memuncak? Apa dia harus menjadi daging segar untuk kumpulan wartawan yang berkumpul di luar sana?
Wanita dengan surai hitam tebal itu mendongak dan melirik teman yang penampilannya tak kalah kacau dengan dirinya sekarang. "Bersiaplah, antar aku ke suatu tempat, Pri."
Pripta menaikkan sebelah alisnya, untuk apa dia harus ikut bersiap?
"Jangan berpikir terlalu lama. Hari sudah mulai senja," ujar Leah lagi.
Pripta menyipitkan matanya. "Sebenarnya kau ingin membuatku mengantarmu kemana, Leah?"
Leah tertawa kecil dan berjalan cepat ke arahnya. "Oh, ayolah, Pri. Sebaiknya kau bersiap-siap sekarang."
Pripta menggelengkan kepalanya mencoba menolak. Dia sudah cukup sibuk akhir-akhir ini dengan pekerjaannya. Masih banyak yang harus dia lakukan, dia bahkan tidak sempat bernafas dengan baik. "Hanya mengantarmu, bukan?" tanyanya memastikan.
Leah memutar matanya sekilas. Jika dia mengatakan yang sebenarnya, pasti wanita di depan nya ini tidak akan mau menuruti kemauannya.
"Kita makan malam di luar. Aku yang bayar, cepat." Leah mendesak. Terpaksa harus menipu temannya yang berbudi pekerti luhur ini.
"Tidak perlu, aku bisa pesan online saja," tolak Pripta. "Aku benar-benar tidak bisa meninggalkan pekerjaanku sekarang."
Leah meremat rambut tebalnya dengan geram. "Kau serius? Lihatlah bagaimana rupamu sekarang, Pripta! Kau terlihat seperti vampir yang terkurung di kastilnya, kau tahu?"
Ia tidak berbohong, siapapun akan setuju dengan pernyataannya. Pripta sekarang memang terlihat seperti vampir dengan tubuh kurus dan kulit pucat nya.
"Aku tahu kau memiliki target yang harus kau kejar, Pri. Tapi, aku harap kau tidak membebani dirimu sendiri dengan hal-hal ini."
Pripta mendecak, "Kita tidak sedang membicarakan itu sekarang, Leah."
"Aku hanya berharap kau lebih menyayangi dirimu sendiri. Kau boleh menghela nafas dengan santai sesekali. Kau akan tersungkur jika terus-terusan berlari tanpa istirahat."
Pripta menghembus nafas dengan kesal. Percayalah, temannya ini tidak akan berhenti sebelum dia mengiyakan ajakannya itu. "Bukankah kau menghabiskan terlalu banyak kata hanya untuk membuatku mengikuti mu, Leah?"
Apa-apaan dengan kata-kata motivasi yang sungguh puitis seperti itu. Itu sangat bukan gaya seorang Eleanor yang blak-blakan.
Leah menyengir menampakkan gigi putihnya yang berbaris rapi. "Ayolah, bagaimana dengan seafood?" tanyanya sambil mengedipkan matanya meminta belas kasihan.
"Pegang kata-katamu, kau yang bayar."
Assa! Ikan sudah memakan umpan! Leah terkikik dengan kepala yang mengangguk berulang kali.
Pripta bangkit untuk membersihkan diri tanpa menyadari tatapan licik dari temannya yang masih terkikik senang. Pripta melupakan satu hal yang sangat penting. Ucapan Leah tak semuanya bisa dipercaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Titien Muliasari
good novel
2023-12-22
0