Pripta benar-benar ingin menjambak temannya yang katanya sedang tertekan dan butuh pelampiasan itu. Apakah Leah harus mentraktir nya makan di tempat ini? Apakah ibukota kekurangan restoran sekarang? Apakah disini menyediakan menu seafood?
Suara dentuman musik yang keras terdengar dari berbagai sudut Club yang sedang dipijaknya ini. Penerangan yang remang-remang dengan lampu warna-warni membuatnya sangat pusing. Oh ayolah. Kenapa Leah sangat tidak takut mati? Bagaimana bisa dia melakukan sesuatu seperti ini ditempat yang tidak memiliki privasi sama sekali? Lihatlah, wanita yang tengah menari di lantai bawah sana dengan begitu semangat. Apakah itu yang dimaksud dengan butuh pelampiasan?
Pripta menggelengkan kepalanya sekali, mencoba untuk tetap fokus memantau Leah walau penerangan tempat ini benar-benar membuatnya sakit mata. Dia benar-benar tidak terbiasa dengan sesuatu yang seperti ini. Hingar bingar musik dan bau alkohol yang menyengat menyebar di udara. Dia seorang desainer, membutuhkan tempat yang tenang dan terang dalam bekerja. Pripta merasa dunia nya dihancurkan oleh sahabat nya sendiri.Ah, jika keluarganya tau dia akan dicampakkan ke neraka.
Sesekali dia menarik nafas dengan susah payah lantaran baju nya yang dikenakannya hampir membuatnya mati sesak. Dia benar-benar ingin mengutuk baju yang dipilih Leah ini. Dan dia juga mengutuk dirinya sendiri kenapa menciptakan baju yang merugikan dirinya juga. Gaun hitam dengan tali spaghetti yang melekat dengan sempurna ditubuhnya ini juga membuatnya ditatap oleh para laki-laki yang berada di sekitarnya. Oh God, ini sangat tidak nyaman. Seharusnya dia mengikuti firasat buruknya ketika Leah memilihkan gaun untuknya tadi.
Sedangkan, di tempat lain dengan ruangan yang bernuansa hitam dan abu-abu sehingga menampilkan kesan mewah yang maskulin. Duduk dua orang laki-laki tampan diatas sofa, yang satu sedang memainkan ponselnya dan yang satunya sedang menyenderkan kepalanya di sandaran sofa.
"Luke, bagaimana kau bisa sangat tenang ketika media sedang panas-panasnya menggosipkan kita berdua?" tanya pria yang bersandar di sofa itu. Tangannya bergerak memijat pelipisnya pelan. Dia merasa ingin mati saja ketika media membuat gosip tentang nya yang seorang gay. Yang benar saja dia seorang gay? Dia memiliki pacar yang sangat sempurna untuk seorang wanita dan media malah menyatakan bahwa dia gay?
"Kau mau aku bagaimana Joss? Mengadakan konferensi pers? Atau membuat pernyataan di sosial media?" Luke menjawab pertanyaan temannya dengan pertanyaan lagi.
"Cobalah untuk sedikit lebih serius, Luke," tegur Joss lagi.
TOK TOK TOK
Terdengar suara ketukan pintu dan seorang wanita berumur akhir 30an terlihat setelahnya. Wanita itu berjalan menghampiri mereka dan duduk di sofa tunggal berhadapan dengan Joss.
"Kau disini, Julie," sapa Joss menatap pasrah manajernya itu. Luke hanya melambaikan tangannya sebagai sapaan. "Bagaimana perkembangannya?" tanya Joss.
"Yeah, tim sudah berusaha untuk menekan berita itu. Namun, kau tau bagaimana kerasnya industri ini, Joss. Tetap ada yang akan membicarakan tentang kalian," jawab Julie dengan mata yang terfokus pada iPad. Dia juga bekerja keras kali ini.
"Media yang bersangkutan tidak mau menarik berita ini karena ini memang merupakan berita besar. Pemasukan mereka akan melonjak bulan ini," lanjutnya.
"Fans membicarakan ini, mereka berpusat pada Luke yang tak pernah memainkan drama romance dan tak pernah terlibat dengan perempuan manapun. Juga interaksi kalian yang sangat akrab selama ini." Julie menatap dua pria didepannya setelah dia menyelesaikan laporannya hari ini.
Joss menghela nafas pasrah dengan mata yang melirik pada Luke yang masih dengan santai bermain ponselnya. Apa hanya dia yang peduli dengan karier nya disini?
"Kali ini benar-benar kacau, Joss. Selain fansmu yang meminta kalian membuat pernyataan. Beberapa sutradara bahkan sudah menghubungi ku menawarkan series BL untuk kalian berdua," ucap Julie lagi menjabarkan satu persatu kekacauan karena berita yang tengah panas-panasnya beredar di media.
"Argghh, itu hal yang menjijikkan!" Joss berteriak kesal sambil menjambak rambutnya. "Lalu, apa yang akan dilakukan agensi?" tanya Joss lagi dengan pasrah membuat Julie menatapnya simpati.
"Agensi menyuruhmu untuk menghubungi Leah dan mengklarifikasi tentangmu secara tidak langsung dan—"
"Apa maksudmu? Aku bahkan tidak bisa menghubungi Leah sekarang. Dia memblokir semua akun ku." Joss memotong pembicaraan dengan kesal. Dia benar-benar menyayangkan jika dia harus putus dengan Leah karena ini.
"Tenanglah, Joss. Agensi menawarkan hal lain,"
Mendengar ada sebuah cara lagi, Joss menatap Julie dengan penuh harap.
"Agensi akan membuat berita gosip baru tentang Luke dan kekasihnya," Julie menatap Luke yang meliriknya dengan ujung mata dan menghela nafas pasrah. Dia memberikan Ipad-nya pada pria itu yang berlayar kan foto-foto gadis cantik di industri yang sama.
"Aku tidak tertarik, Julie. Benar-benar tidak tertarik." ucap Luke singkat.
Joshua menatap temannya dengan memohon yang amat sangat. "Tolong, Luke. Jika kau tidak peduli tentang dirimu sendiri. Tolong pedulikan aku."
Luke menggulirkan matanya dan mendengus. "Kau hanya mempedulikan tentang pacarmu, sialan."
"Aku juga tidak ingin terlibat romansa denganmu dalam drama, Bajingan," umpat Joss kesal melihat Luke yang tidak luluh sama sekali padanya.
"Sekali tidak tetap tidak, Joss. Itu merupakan batasku," ucap Luke lagi.
"Argh! Sebenarnya apa lagi yang kau pedulikan tentang wanita itu. Dia menyelingkuhi mu dan kau mati-matian menjaga perasaannya. Apa yang kau harapkan, sialan?"
"JOSS!" tegur Julie mendengar Joshua mengungkit lagi tentang wanita itu. Julie menatap Luke yang meremas ponselnya erat.
Joshua menatap Luke yang terdiam dengan mata memerah. Meskipun pandangannya mengarah pada ponsel namun dia kehilangan fokusnya. Jos memijat matanya frustasi. "Ah, maafkan aku. Aku benar-benar kurang ajar." Joshua menatap Julie lagi dan bertanya, "Selain itu, apalagi yang bisa kita lakukan?"
Julie menggeleng dan menatap Joshua sama frustasinya. "Apa kau sama sekali tidak bisa menghubungi Leah?" tanya Julie yang dijawab dengan gelengan Joshua.
"Kau sudah mencoba menemuinya?" tanya Julie lagi.
"Jangankan bertemu, aku bahkan tidak tau dia sedang dimana sekarang, Julie."
"Dia sedang berada di 'RednBlue' " timpal Luke tiba-tiba.
Joshua yang sedang mengusap wajahnya menatap Luke dengan membeliakkan matanya. "Darimana kau tau?"
"Dia memblokir sosial media mu apa dia juga harus memblokir ku?" tanya Luke dengan satu alis yang menukik tinggi.
"Sial! Kenapa kau baru mengatakannya sekarang, Bajingan?!" teriak Joss lagi dengan penuh kekesalan yang terpendam.
Luke mengendikkan bahunya acuh. "Kau tidak bertanya."
Julie menggeleng-gelengkan kepalanya dengan lelah melihat interaksi dua pria dewasa yang sudah seperti adiknya sendiri. Bagaimanapun, dia juga ikut membesarkan mereka berdua sejak sepuluh tahun yang lalu. Manajer Luke juga merupakan asisten manajer Julie sekaligus keponakannya sehingga dia memiliki ikatan yang erat pada dua pria depannya ini.
"Kau harus segara kesana, Joss. Sepertinya, Leah-mu juga merana dengan berita gosip mu dan Luke," saran Julie. Joshua mengangguk dengan semangat. Dan segera menarik lengan Luke agar segera mengikutinya nya juga.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments