'Ckrek Ckrek Ckrek'
"Oke, tolong arahkan pencahayaannya dengan baik," teriak fotografer yang disahuti oleh tim pencahayaan.
"Astaga, ini gila. Apa aku sedang melihat bidadari sekarang ini?"
"OMG! Konsep putri kerajaan ini hanya cocok dengan Nona Eleanor! Orang lain tidak akan secocok ini!"
"Aku merasa terberkati melihatnya. Apakah kalian yakin dia manusia? Dan bukannya Dewi?"
"Aku tau Nona Eleanor memang cantik, tapi gaun itu yang membuatnya menarik dan elegan."
"Kau benar, gaun hitam yang pas di tubuh dan mahkota itu mengendalikan sepenuhnya."
Suara-suara pekikan kecil memenuhi tempat mereka melakukan pemotretan. Sesuai konsep yang disarankan Pripta saat pertemuan. Dia juga sudah membahasnya dengan fotografer tentang konsep mereka. Jadi, hari ini mereka sedang berada di sebuah rumah besar dengan gaya eropa.
"Nona, tolong sandarkan tanganmu di balkon dan menatap ke bawah. Perlihatkan dompet di tangan mu." Fotografer memberikan arahan dengan semangat. "Yah, aku suka ini. Oke, sekali lagi tolong melihat ke bawah sini!"
'Ckrek Ckrek Ckrek
"Yeah!! Bagaimana?'' tanya pria yang tengah memegang kamera itu pada tim yang sedang melihat komputer. Tim yang duduk di sana mengacungkan jempolnya.
"Astaga, ini foto terbaik tahun ini," sorak mereka histeris.
"Okey, bantu Nona Eleanor untuk berganti pakaian." Tim bagian stylist segera memandu Eleanor turun dan membawanya ke ruangan lain. "Oke, istirahat lah sejenak. Kita akan memotret model pria nya sebentar lagi!"
******
Pripta memasuki ruang ganti yang disediakan pihak majalah. Dia melihat Leah yang penuh dandanan hari ini tengah beristirahat.
"Lelah?" tanya Pripta singkat ketika melihat temannya yang bersandar dan memejamkan mata.
"Bagaimana tidak lelah? Ah, seharusnya aku mendengarkan ibu ku untuk menikah muda dan tak perlu bekerja," keluh Leah membuat Pripta tertawa kecil saat mendengarnya.
"Apa yang kau tertawakan, gadis gila?" tanya Leah dengan sinis.
"Kau benar-benar anak yang nakal saat itu, Leah. Kau mengancam akan kabur jika orang tua mu tidak memberikan izin masuk agensi model," kata Pripta lagi sambil membayangkan kembali masa-masa mudanya saat itu. "Kau tidak boleh menyesalinya sekarang. Karena kita tidak memiliki jalan kembali."
Leah menghela nafas kemudian mengangguk mendengar ucapan Pripta. "Ya, kita adalah gadis pemberontak saat itu," ujarnya sambil tertawa. "Tapi, sekarang aku tidak menyesalinya, Pripta."
Pripta mendongak kala mendengar ucapan Leah.
"Aku senang bisa menjadi modelmu sekarang," ujar Leah. "Kau tidak akan menemui teman dan selebriti seperti ku dimana pun. Yang mau dirugikan oleh mu," tutup Leah sambil menyindir dan meliriknya sinis.
Pripta dan orang-orang dalam ruangan yang mendengar percakapan mereka tertawa.
"Sepertinya, kalian berdua sangat dekat, Nona," kata seorang makeup artist yang disediakan pihak 'LELLA'.
Pripta tertawa kecil. " Tentu saja, kami berbagi takdir sekarang," jawab Pripta yang disahut tawa lainnya.
"Miss Pripta, anda juga sangat cantik. Kenapa tidak menjadi model saja?" tanya seorang penata busana yang sedang mempersiapkan pakaian untuk sesi selanjutnya.
Pripta tersenyum dan akan menjawab, jika saja suara Leah memotong perkataannya.
"Tidak bisa, dia pendek," ujar teman sialan itu tanpa pikir panjang.
"Lidahmu memang lebih tajam dari lidah mertua, Leah. Aku harus mengakuinya," kata Pripta dengan dengusan kesal. "Bilang saja kau takut tersaingi," lanjut Pripta lagi. Oh, ayolah. Dia tidak sedang menyombongkan dirinya. Lihat saja, perkataan si penata busana tadi. Wanita itu memujinya cantik, bukan?
Leah ternganga melihat kepercayaan diri temannya. Namun, kali ini dia akan membiarkan hal itu. Dengan tubuh sependek itu dia bermimpi menjadi model? Yang benar saja. Sebagai seorang teman yang baik, dia tidak akan menyerang temannya sendiri dengan fakta. Jadi, dia hanya mengangguk dengan malas sebagai tanggapan.
Tok Tok Tok!!
Semua orang menatap ke arah pintu ketika pintu itu membuka dan menampilkan seorang pria yang berdiri dibaliknya.
"Ah, maafkan aku. Miss Pripta, Tuan Jack memanggilmu ke lokasi pemotretan," ujar pria itu lagi. Ah, sepertinya pria itu merupakan asisten dari Tuan Jack—sang fotografer mereka hari ini.
Pripta melihat pria itu sambil tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Lalu, dia menyusulnya setelah berbincang sekilas dengan para tim yang bekerja dalam ruangan ini. Pripta mengingatkan detail-detail penting dalam penataan rambut dan riasannya.
"Tuan Jack!" sapa Pripta memanggil nama pria itu yang tengah melihat-lihat hasil jepretannya hari ini di komputer. Pria itu menoleh ketika mendengar seseorang memanggil namanya. Senyuman kecil terbit ketika melihat Pripta yang tengah melangkah mendekat.
"Kemari lah, Pripta. Kau juga harus melihatnya," ajak Tuan Jack menarik Pripta untuk melihat hasil pemotretan Leah.
"Bagaimana menurutmu? Apa ada yang kurang?" tanya pria itu dengan semangat.
Pripta melihat dengan seksama setiap gambar itu. Sesekali tangannya menggerakkan mouse ditangannya untuk memperbesar gambar dan memperhatikan setiap detail.
Tuan Jack yang melihat ketelitian gadis itu tersenyum senang. Ya, beginilah seharusnya anak muda. Bekerja keras dan sungguh-sungguh dengan pekerjaannya. Pria itu paling menyenangi anak muda yang bertanggungjawab.
Awalnya, ketika Tuan Ricky menghubungi dan mengajaknya dalam proyek ini, dia sempat ragu. Terlebih, ketika Ricky mengatakan brand yang bekerjasama dengan mereka adalah brand lokal. Pemiliknya seorang gadis yang sangat muda untuk industri mereka ini. Dia menolak tentu saja. Namun, ketika Tuan Ricky membahas tentang saran dan ide perempuan itu untuk pemotretannya, dia merasa tertarik. Ide, konsep, tema, semua itu merupakan tugas seorang fotografer. Gadis itu memberi nya semangat baru ketika mendengar ide segar sebagai seorang fotografer. Jadi, dia secara pribadi langsung mengontak gadis itu untuk membahas masalah pemotretan mereka dengan mendetail.
Terhadap beberapa hasil foto, Pripta menyuarakan pendapat berisi kekhawatirannya.
"Kamu tidak perlu khawatir, Pripta. Jangan terlalu merisaukan apa yang tidak perlu. Bahkan, jika ini akan memicu komentar publik. Kau sudah berani mengimplementasikan pemikiranmu. Kami semua menghargai itu. Jarang menemukan anak muda dengan bakat seperti mu. Kami para generasi tua ini, menghargai bakat para generasi muda. Teruslah berani mencoba. Tapi kau harus ingat, berani itu berbeda dengan nekat," nasehat Tuan Jack pada Pripta seolah-olah nasehat guru pada muridnya. Tentu saja, hal itu membuat Pripta berterimakasih dengan sangat. Dia sangat membutuhkan orang yang menyemangati dan mengarahkannya dalam masa-masa ini.
Percakapan mereka terhenti tatkala salah satu model pria memasuki lokasi pemotretan. Tuan Jack yang menyadari kehadiran model pria itu segera menyapa hingga membuat Pripta ikut menolehkan kepala melihatnya.
Gadis itu sempat menahan nafas ketika melihat tampilan sempurna sang pria. Ia tak pernah membayangkan jika hasil rancangannya sangat-sangat menakjubkan ketika dipakai pria itu. Seolah-olah, setelan itu memang ia dedikasikan untuk pria itu. Pripta juga melihat pria itu dengan tatapan menelisik dari atas sampai bawah.
Tentu saja, Luke sangat menyadari tatapan orang-orang yang tengah terperangah melihatnya. Hanya saja, dia lebih tertarik untuk melihat ekspresi gadis pendek itu. Dia berjalan mendekat hingga berdiri tepat di depan gadis itu.
"Terpesona padaku, Nona Desainer?" tanya Luke dengan percaya diri. Tentu saja, tidak lupa dengan seringai khasnya yang menyebalkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments