Ch 09 : Sosok Pembunuh

Mei terbangun dengan gelisah, dan tak menemukan sosok Rome yang belum juga kembali. Sudah dua jam berlalu sejak pemuda itu berkata untuk menelusuri kapal dan pergi, meninggalkannya sendirian. Gadis itu masih merasa dehidrasi, dan tenggorokannya terasa kering.

Ia meraih lembut tenggorokannya, berguling sedikit kesana-kemari, merasa tidak nyaman. Matanya menatap langit-langit kabin untuk sesaat sebelum bangkit dan duduk. Sesekali, gadis itu menyerngit ketika nyeri tenggorokannya kembali muncul.

Tidak tahan dengan kehausan, Mei berniat mencari air di sekitar. Ia berpikir bahwa kru kapal mungkin bisa membantunya. Dengan langkah mantap, Mei keluar dari kabin dan mulai mencari sosok kru kapal yang bisa ditemuinya.

Kapal terasa sunyi, tak heran mengingat hampir tengah malam. Mei tidak menemui seorang pun saat berjalan di lorong. Mulai terasa ketidaknyamanan pada tubuhnya, gadis itu khawatir akan terkena demam atau hal serupa.

Mei berbelok di pertigaan dan memilih arah kiri. Meski berjalan agak lemas, dengan sekuat tenaga Ia memaksa tubuhnya untuk melangkah lebih jauh. Gadis itu bertekad melepaskan dahaganya, tidak peduli apa pun caranya.

Tak lama setelah berjalan, Mei mendengar samar-samar suara keributan dari kejauhan. Dengan rasa penasaran, gadis itu bergegas mempercepat langkahnya. Dan terlihat dinding kapal yang rusak parah di lorong tersebut, beberapa kru kapal sedang memperbaikinya, sementara para penumpang berkumpul dan melihat.

Gadis melebarkan matanya sesaat sebelum mendekat ke arah kerumunan untuk melihat lebih jelas. Dengan sedikit usaha melewati orang-orang, akhirnya ia bisa melihat apa yang terjadi di sana.

Terkejut, Mei melihat Rome bersandar lemah dan terluka. Banyak bekas sayatan menempel padanya, dan terlihat pria itu bernafas tidak beraturan. Syukurlah, ada beberapa orang yang sedang merawat lukanya.

Seolah lupa akan hausnya, Mei dengan segera menghampiri Rome dengan wajah khawatir, "kak Rome!?... Apa yang terjadi padamu!?"

Salah seorang yang merawat Rome menoleh pada gadis itu, "Apa nona mengenal pria ini?..."

"Ya, saya mengenalnya tuan, apa yang terjadi padanya??"

"Dia terlibat dalam pertarungan dengan seorang penyusup tadi, saya tidak tahu pasti, tapi pria ini berhasil menghalau penyusup tersebut dan berakhir mengeluarkannya dari kapal..."

"Ya tuhan..." Mei kemudian menengok kearah Rome, Pria itu lantas menoleh pelan kearahnya,

Rome tersenyum lemah, sedikit menyerngit saat mencoba bangkit dari bersandar, "Hei Mei... Maaf, kau menunggu lama ya?"

"Sebenarnya ada apa ini??..."

"..."

...<<<...

Beberapa Waktu Sebelumnya...

....

Trrang!!

Blitz!!

Desingan besi memekik ke seluruh lorong dan membelah kesunyian. Terlihat dua pria beradu pedang di kegelapan, percikan api sesekali menyeruak setiap kali pedang mereka bertemu.

Angin malam membawa getaran tegang di udara, sementara langkah-langkah berirama dari kedua pria itu menari di sepanjang lorong yang gelap. Senjata mereka saling beradu dengan gemuruh, menciptakan sinar cahaya mengungkap wajah-wajah mereka.

Keduanya terus bergerak dalam tarian mematikan yang anggun namun bengis, seolah melibatkan jiwa mereka dalam setiap gerakan. Dalam kegelapan, mata mereka memancarkan ketajaman yang intens. Percikan api dari setiap sabetan pedang menyinari raut wajah mereka yang menyiratkan hasrat ingin membunuh satu sama lain.

Tanpa sepatah kata, keduanya menyelami pertarungan sengit tersebut. Suara desingan besi masih terdengar, memecah kesunyian malam, dan lorong menjadi saksi bisu pertarungan yang melibatkan tidak hanya fisik, tetapi juga mental dan psikis masing-masing.

Darah sesekali memercik dari bentrokan logam yang dilayangkan kedua pria itu, mereka mengadu pedang dengan keahlian yang luar biasa, dengan setiap gerakan mereka menggetarkan udara,

Rome memicingkan matanya saat sosok misterius yang dihadapinya mundur selangkah dan sinar kebiruan perlahan terpancar di salah satu tangannya,

"Lightning Stream!!"

Tiba-tiba, serangan kilat menyilaukan terpancar dari tangan pria tersebut, menjalar cepat kearah Rome. Rome dengan reaksi cepatnya segera melompat kebelakang dan berhasil menghindari serangan itu, kilatan itu berakhir mengenai beberapa dinding dan pintu kabin.

'Pengguna sihir ya... merepotkan...' Rome kembali melesat dan mengayunkan pedang besarnya secara horizontal, pria berjubah tersebut segera menunduk lalu membalas Rome dengan tebasan vertikal mengarah pada dagunya.

Tentu saja Rome mampu menghindarinya, Ia kemudian melayangkan tendangan tepat ke perut pria berjubah hitam tersebut untuk menjauhkannya darinya.

Pria misterius itu terlempar agak jauh, tetapi Ia memanuver tubuhnya dan berhasil mendarat sempurna dengan kedua kakinya, Ia lalu menatap Rome dengan memicingkan matanya.

"Beri tahu aku dimana gadis itu!!" Pria misterius itu berteriak, Ia kesal lantaran Rome menghambat misinya. Tak menunggu lama Pria itu kemudian membuat kuda-kuda berpedangnya sekali lagi, sebelum melesat kearah Rome dengan kecepatan luar biasa.

"Paksa aku keparat"

Desingan besi kembali terdengar, yang menandakan kedua pria itu beradu pedang kembali. Rome menghasilkan gerakan yang mengejutkan, Pedangnya menyambar udara dengan kecepatan kilat, mengarah langsung ke arah lawannya.

Pria berjubah hitam tersebut dengan sekuat tenaga menahan serangan Rome dengan pedangnya, tetapi tebasan itu terlalu kuat untuknya, Pria itu pun merelakannya dan menghindar dengan segera.

Kedua pria itu kemudian kembali melayangkan pedang-pedang mereka pada satu sama lain dengan bengis. Di tengah keganasan pertarungan, satu-satunya suara yang terdengar hanyalah hembusan nafas berirama mereka berdua.

Pria-pria itu saling mengamati, mencari celah di pertahanan lawan. Keringat menetes dari kening mereka, menggambarkan ketegangan yang meliputi ruang sempit tempat mereka bertarung.

Dalam setiap gerakan, waktu terasa melambat. Pedang mereka saling berkejaran seperti kilat, menciptakan kilatan mematikan. Sesekali, bayangan keduanya terlihat melintas di dinding lorong, mencerminkan keganasan pertarungan mereka.

Pria misterius itu dengan mata yang memancarkan niat membunuh yang sangat kuat, melancarkan serangan beruntun yang membuat lawan yang dihadapinya terdesak. Namun, Rome dengan lincahnya mengelak dan memberikan serangan balasan berupa tebasan di atas kepala.

Pedang besarnya dengan cepat berayun menghantam lantai kapal sesudah pria misterius itu menghindarinya dengan terampil,

"Ini membuang waktuku... Katakan saja dimana gadis itu" ucap pria berjubah hitam tersebut,

"Teruslah berbicara"

Ketegangan mencapai puncaknya ketika keduanya saling berhadapan, mata mereka bertatapan dalam intensitas. Seolah-olah waktu berhenti sejenak, membiarkan mereka merenung pada pilihan yang ada di hadapan mereka.

Di antara helaian-­helaian kabut malam, kilatan cahaya pedang kembali saling bentrok menciptakan gambaran akan pertarungan antara kekuatan dan keterampilan.

"HRAAHH!" Rome dengan amarah terukir di wajahnya, melangkah maju dengan langkah mantap.

Pria berjubah hitam itu tak mau kalah, menjawab tantangan itu dengan serangan berapi-api. Setiap gerakan mereka dipenuhi oleh naluri bertahan hidup, memperlihatkan keindahan pertarungan di tengah kekacauan.

Dan dengan gerakan yang hampir bersamaan, kedua pria itu saling menyerang dalam serangan presisi. Pedang mereka bertemu dalam bentrokan dahsyat, menciptakan kilatan terang yang melintas sepanjang lorong.

Keduanya kemudian mundur, melepaskan pedang mereka. Wajah mereka menggambarkan rasa amarah yang mendalam, dan lorong yang sebelumnya ramai terdengar desingan logam, kini kembali hening.

pria-pria itu berdiri di ujung lorong yang gelap, menghela nafas panjang. Sorot mata mereka tetap saling bertemu, dan hawa membunuh melingkupi lorong tersebut seperti udara mematikan yang menyapu keheningan malam.

"Tidak ada pilihan lain... Kau harus mati kali ini" pria misterius itu kemudian menulis beberapa simbol Rune di udara, tak lama kemudian huruf-huruf Rune tersebut bersinar terang.

Mata Rome sedikit melebar saat menyaksikan hal tersebut, "itu simbol sihir kuno... apa yang mau kau lakukan kali ini!?..." Ia dengan sigap menempatkan posisi pedangnya kearah depan untuk melindunginya,

Energi panas perlahan memenuhi lorong setelah pria misterius itu merapal sihirnya, Ia lalu mengarahkan tangannya kedepan menghadap lawannya,

"Terbakarlah! Burning Flame Of Sin!!"

Ledakan intens seketika keluar dari ketiadaan, membentuk api berwarna kuning yang menyeruak dan meledakkan seluruh lorong tersebut sehingga beberapa properti disekitar hancur terbakar.

Pria berjubah hitam itu menyeringai lebar disaat sihir apinya memenuhi lorong, Ia juga tak melihat wujud dari lawan yang dihadapinya, seringainya pun bertambah lebar.

Untung saja Rome berlindung dibalik pedang besarnya, Ia berhasil menghalau ledakan api panas yang ingin membakarnya tersebut, Tetapi Sihir api itu bertahan agak lama sebelum padam perlahan.

Setelah intensitas api menurun, pria berjubah hitam itu mendecih kesal saat Ia melihat wujud Rome dalam keadaan masih belum terbakar, "keras kepala sekali... Aku mulai muak melihatmu"

Rome melihat keadaan disekitarnya, sebelum menatap tajam lawannya, "untungnya kau memilih menyerangku di tempat sepi seperti ini... Beberapa kabin di lorong ini kosong... Entah apa yang aku lakukan padamu jika kabin-kabin ini terisi"

"Aku tak peduli sedikitpun... Mengakhiri nyawa seseorang bukan hal yang baru bagiku" Pria berjubah hitam tersebut kembali memasang kuda-kuda berpedangnya,

"..."

"... Siapa sebenarnya kau ini?... Kenapa kau mengincar gadis itu?..."

"Kau tak perlu tahu, lagipula kau juga bukan siapa-siapa..."

Raut wajah Rome berubah menjadi serius, lantas Ia mengeratkan pegangan pada pedangnya, "kalau begitu... jangan harap kau bisa keluar dari sini hidup-hidup..."

Sebelum pria berjubah hitam itu bergerak menyerang, Rome lebih dahulu mengayunkan pedang besarnya dengan kecepatan tinggi pada pria itu.

ZRASHH!

"AARGH!!"

Bilah tajam itu berhasil menyayat tepat pada tubuh bagian depan pria berjubah hitam, tak berhenti disitu Rome mengayunkan kembali pedangnya menuju bagian yang sama,

Tetapi kali ini, serangan itu berhasil dihindari oleh pria berjubah hitam, Ia kemudian melompat mundur memberi jarak diantara mereka berdua.

Pria itu meringis memegangi luka sayatan di dadanya, tebasan Rome berhasil melukainya sedikit dalam, membuatnya tertegun sesaat serta susah untuk bernafas,

"Kru kapal dan para penumpang pasti sadar akan keributan ini, Pilihanmu hanya ada satu... Dan kau sudah tahu hal itu bukan?..."

Pria berjubah hitam itu mengeratkan gigi-giginya, Ia mencoba untuk tidak pingsan saat ini, "kau pikir aku akan kalah disini?..."

Pria itu tiba-tiba melesat kearah Rome, "setidaknya jika aku mati... aku akan membawamu bersamaku!!" Disaat pria itu telah berada di dekat Rome, energi panas keluar dari tangan kanannya dan perlahan membentuk api berwarna kuning.

Rome terkejut melihat aksi nekat lawannya tersebut, sebelum menyadari apa yang akan dilakukannya.

"Flame Burst!!"

"Bedebah gila!-"

Dengan ayunan tangan sederhana, Pria berjubah hitam tersebut meledakkan seluruh lorong itu, Debu dan serpihan kapal terbang melingkupi udara saat ledakan itu melubangi dinding lorong, menciptakan suasana kacau. Pria berjubah hitam kemudian melangkah keluar dari kekacauan yang diciptakannya,

...

Sebelum pria itu melangkah lebih jauh, Ia tiba-tiba dihadang oleh pedang besar milik Rome yang berhasil menebasnya dan melukainya parah. Pria itu dengan cepat melompat mundur,

"B-brengsek! K-kukira kau sudah mati!"

"Sudah kubilang kau tak bisa keluar dari sini hidup-hidup..."

Pria berjubah hitam itu meringis menahan nyeri, "t-tunggu saja, kami akan terus mengincar gadis itu- ugh... K-kalian tak bisa lolos dari incaran kami..."

Rome menatap datar pria itu, "kau pikir aku peduli?" Berlanjut dengan mengayunkan pedangnya,

"BEDEBA-"

SLASH!!

Kepala pria itu seketika terpotong rapi oleh bilah tajam tersebut, mayat tanpa kepala itu lalu terjatuh ke laut saat Rome menendangnya dengan keras.

...

Rome perlahan jatuh berlutut, nafasnya tersenggal, Ia terlalu banyak menghirup asap dari ledakan sebelumnya. Beberapa bagian tubuhnya terasa nyeri, Ia menengok kebawah dan mendapati bahwa tubuhnya penuh akan luka sayatan.

"Sial... Rasanya mau pingsan..." Ia mencoba untuk bangkit dengan menopang pada pedangnya, tapi sepertinya Ia belum kuat, dan berakhir terjatuh kembali ke lantai.

"Ugh..."

...

"Hei yang disana!! Anda tidak apa-apa!?"

Rome perlahan menoleh ke arah suara, dan mendapati para kru kapal berlarian ke arahnya, dilihat dari ekspresi mereka, mereka sedang panik,

Dan akhirnya beberapa dari mereka bergegas menolongnya.

'kalian terlambat sialan...'

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!