Ch 02 : Pertempuran Di Desa Perbatasan

Sosok-sosok yang muncul dari kabut itu ternyata memiliki perawakan besar dan tinggi, jauh dari ekspektasi sosok Imp yang bertubuh kecil, para makhluk tersebut bertubuh kekar berwarna dominan hijau dengan tanduk runcing menyeramkan, membopong gadah-gadah tajam mereka yang terlihat menyeramkan,

Rome dan Tessa perlahan saling bertukar pandang, menyadari bahwa pertarungan ini telah mencapai tingkat keseriusan yang baru.

Salah satu makhluk yang terlihat seperti pemimpin mereka melangkah kedepan seraya tersenyum merendahkan kepada Rome dan Tessa, "sepertinya kalian telah menapakkan kaki pada wilayah yang salah" ujarnya dengan nada mencemooh, disertai suara beratnya yang bergetar di udara.

'jelas-jelas para bedebah ini adalah bangsa Ogre... Mana mungkin Imp berukuran sebesar ini...'

"Tessa, kita bicarakan ini nanti, kita urus mereka dulu" Rome menggenggam pedangnya dengan erat, bersiap untuk menghadapi pergerakan musuh-musuhnya.

Tersadar dari keterkejutannya, gadis itu perlahan memalingkan pandangannya "y-ya maaf, aku juga baru tahu soal ini"

Dua Ogre dari kelompoknya tiba-tiba mendekati Rome dengan gadah-gadah tajam mereka, mereka melambungkan aura keganasan di sekeliling.

Pemuda itu masih berdiri teguh, ia selalu siap menghadapi serangan dua Ogre yang ingin menyerangnya tersebut. Gadah-gadah tajam mereka mulai berayun melalui udara, mencoba menemui sasaran pada setiap serangannya. Rome, yang tak gentar, menyiapkan pedangnya dengan penuh kehati-hatian,

Gadah pertama meluncur cepat ke arahnya, dan dengan gerakan lincah, Rome berhasil menangkisnya dengan tepat menggunakan pedangnya yang terampil. Percikan api meloncat saat logam bersentuhan, menciptakan suasana yang semakin memanas. Rome, dengan pandangan tajamnya, mengukur waktu dan jarak untuk menanggapi serangan selanjutnya.

"sial! kenapa kau tidak bisa diam keparat!" teriak kesal salah satu Ogre yang gagal menyerang pemuda itu, yang dijawab senyuman simpul darinya

Sementara itu, Ogre yang lain dengan licik mencoba menyerang dari belakang.

Rome, seolah merasakan keberadaannya, berputar dengan gesit dan menghadapi serangan itu dengan sikap waspada. "Cascade!"

"a-apa!?"

Dalam kecepatan kilat, pedangnya meluncur, kemudian ia membuat tebasan diatas kepala yang berhasil mengenai Ogre tersebut.

"AARGH!!"

"beraninya kau menyerang adikku!!"

Sementara itu, satu Ogre lainnya kembali menyerang dengan penuh kemarahan. Rome, yang kini tengah berada dalam pertarungan ganda, menghadapi tantangan dengan ketenangan yang luar biasa. Ia menggunakan keterampilan bertarungnya untuk mengelabui dan menyerang, menciptakan gerakan yang membingungkan bagi Ogre yang berusaha menghabisinya.

"Dia... Ternyata kuat..." Tessa yang sedari tadi diam, terkejut akan kemampuan partner barunya, gadis itu tidak percaya kalau Rome seorang pendekar pedang yang sangat ahli,

"a-apa-apaan gaya bertarungnya itu?... Dia menggunakan seluruh tubuhnya untuk bertarung, sebaliknya dia tidak berfokus dengan hanya gaya berpedangnya..." ujar Ogre yang lain di kerumunan yang memperhatikan pertarungan sengit itu

"dengan pedang sebesar itu... Dia bisa bergerak sangat cepat serta mampu menyerang dengan akurat... normalnya itu mustahil kan?..." sahut Ogre lain, tak luput Tessa yang masih terdiam membisu setelah melihat Rome bertarung, tak kuasa untuk kagum pada kemampuannya.

Rome, masih dengan rasa haus pertarungannya yang membara, berhadapan dengan kedua Ogre yang ia lawan. Setiap gerakan pedangnya disertai dengan kecerdikan dan kekuatan, menciptakan tarian mematikan di medan pertempuran.

Ogre yang sebelumnya diserang oleh Pemuda tersebut, meski terkena tebasan kuatnya, tetap bertahan dengan kegigihan luar biasa. Mereka saling berpandangan, mengamati setiap gerakan, mencari celah untuk menyerang atau menghindar. Tarian pedang yang intens melibatkan kedua belah pihak, menciptakan serangkaian percikan api dan cahaya di tengah kegelapan desa yang dipenuhi kabut.

Rome menggabungkan seni bela diri serta ilmu berpedangnya, dan terus mengelabui kedua Ogre itu dengan serangkaian gerakan yang sulit diprediksi, dalam serangkaian serangan dan pertahanan yang semakin kompleks, kekuatan dan kebijaksanaan Rome menjadi kunci untuk memenangkan pertarungan sengit tersebut.

Tetapi Tessa, yang tak mau hanya diam, mulai menyiapkan kemampuan manipulasi tumbuhannya, yang juga bisa dilihat akar-akar dari pohon mulai menjalar panjang seraya mendekati gadis itu. Keduanya kemudian mulai menyatu dalam keinginan kuat,

Akar-akar pohon perlahan memeluknya erat, memberikan kekuatan luar biasa pada kemampuan manipulasinya. Semangatnya yang penuh tekad bersatu dengan kehendak alam, menghasilkan energi melimpah yang melingkupi mereka,

Menjadikan pertarungan sengit Rome dan kedua Ogre dibuat terhenti akan hal itu, Rome dan para Ogre seketika menoleh kearah sumber penyebab bergeraknya akar-akar tersebut.

"a-apa itu!?"

"sepertinya ini ulah gadis itu!

"apa yang kau coba lakukan, bocah!?"

"a-akarnya bergerak sendiri!"

Sedangkan Rome dibuat kagum akan kemampuan gadis itu lewat mata kepalanya sendiri, 'jadi ini... Manipulasi tumbuhannya?... entah mengapa aku bisa merasakan luapan energi alam yang pesat berkumpul pada gadis itu...'

"l-leader! Apa yang harus kita lakukan!?"

Pemimpin para Ogre yang masih belum memahami kemampuan apa yang dimiliki Tessa masih menganggapnya remeh, "tenang! Dia hanya seorang druid, kalian tak perlu khawatir, kita akan memfokuskan serangan pada gadis itu, lalu kemudian si pria abu-abu itu, akan sangat efektif jika kita menyerang seorang healer terlebih dulu, pria itu pasti akan kerepotan nantinya"

"baik leader!" sahut para bawahannya

Para makhluk peneror desa itu pun dengan segera menargetkan serangan mereka pada Tessa, tetapi gadis itu sama sekali tak gentar. Dengan gerakan ringan, dia mengangkat tangannya, dan daun-daun yang indah berputar di sekitarnya, menciptakan kilatan cahaya hijau yang memukau. Di dalam cahaya tersebut, dia melihat ke dalam jiwa pohon-pohon yang tumbuh di sekitarnya,

Tak sempat Rome bertindak, Tessa mendahuluinya dengan membuat dedaunan itu perlahan berubah menjadi tajam dan dilapisi oleh energi alam, lalu dengan cepat memotong kulit para Ogre yang hampir menyerang Tessa, tanpa ampun,

'sangat efektif... Dia pandai menggunakan kemampuannya' ucap Rome dalam hati yang melihat kemampuan dari gadis itu

Tessa tetap teguh di tempatnya, wajah cantiknya masih memancarkan keberanian. Dia melangkah maju, melibatkan para Ogre dalam pertarungan yang melibatkan kekuatan alam.

Dalam serangan baliknya, Tessa memanfaatkan kekuatan tumbuhan lain di sekitarnya. Akar-akar yang awalnya diam kini menjelma menjadi tali berduri yang kuat, menjebak para Ogre dalam kebingungan. Dengan gerakan cekatan, dia membentuk ikatan yang melibatkan makhluk-makhluk itu, membuat mereka tak berdaya seketika.

Para Ogre yang semula yakin dengan serangan mereka, kini terkejut. Tessa, dengan kehadiran alam yang menjadi sekutunya, berhasil mengubah dinamika pertarungan, menjadikan momen keheningan singkat.

Tessa, yang masih menahan para Ogre dengan akar berduri, memandang tajam ke arah mereka, seolah ingin mendapatkan jawaban pasti dari para peneror desa ini. Perlahan Ikatan dari akar berduri itu semakin menguat.

...

"... Aku ingin tanya satu hal kepada kalian... apa alasan kalian meneror desa ini?" tanyanya tegas, sembari menyipitkan matanya dengan penuh amarah.

'wah... cucu tuan Belfort sedikit seram rupanya...' sebulir keringat seketika jatuh di pelipis Rome saat melihat tingkah gadis itu.

Sedangkan para Ogre kebingungan atas pertanyaan Tessa, dan pemimpin mereka lah yang paling bingung diantara mereka,

...

"apa yang kau bicarakan? Bukannya kalian berdua yang ingin menjarah desa ini?"

'ha?...'

Tessa dan Rome, mendengar pernyataan tersebut, seketika terlihat bingung. Jawaban dari pemimpin Ogre tersebut terasa sedikit tidak masuk akal bagi mereka.

"Hah!? Malahan kami yang ingin menyelamatkan desa ini! Jangan memutarbalikkan fakta!" ujar Tessa dengan geram, sedangkan Rome masih memahami situasi yang kompleks ini.

"Dan di mana para Imp itu bersembunyi!? Jangan coba-coba membohongi kami ya!" lanjut gadis itu dengan nada tegas, mencerminkan keraguan dan ketidakpercayaannya terhadap jawaban sang pemimpin Ogre tersebut.

...

Pemimpin Ogre seketika tertawa dengan nada seram, "rupanya kalian tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi di balik tirai hijau desa ini. Kami datang bukan sebagai penyerang, melainkan sebagai bantuan keamanan untuk desa ini."

Tessa dan Rome semakin bingung, mencoba memahami makna dari pernyataan aneh tersebut. Sementara itu, akar-akar yang mengikat para Ogre perlahan mereda, menunjukkan bahwa Tessa masih memiliki kendali atas elemen alam.

"Kepala desa generasi terdahulu, pernah membuat perjanjian dengan kami ras Ogre, untuk membuat sebuah aliansi kecil diantara kami desa-desa pinggiran, dan kebetulan Mereka meminta bantuan seminggu yang lalu, dan kami pun dengan segera datang ke desa ini," ujar pemimpin Ogre dengan suara gemuruh.

"benar apa kata leader"

"kemungkinan ada kesalahan informasi dipihak kalian berdua?"

Tessa dan Rome saling pandang, menyadari bahwa mungkin ada sesuatu kekeliruan diantara mereka. Dalam keheningan, pertanyaan mereka pun beralih dari serangan fisik menjadi pencarian kebenaran yang lebih dalam.

"ah ya, dan para Imp... mereka juga anggota aliansi kami, mereka biasanya bertugas menjaga hutan perbatasan, bisa dibilang mereka sangat ahli dalam mengintai dan menyusup, jadi mereka biasanya berseliweran diantara desa-desa" jelas salah satu Ogre

"jadi... siapa yang memberi informasi palsu seperti itu padamu nona kecil?"

Tessa menjadi semakin gusar mendengar pernyataan para Ogre. Dalam hati, ia memikirkan apakah ada penyusup yang masuk ke jajaran informan kakeknya? Atau mungkin informannya salah kaprah melihat situasi di desa ini? Ia tidak tahu pasti, tetapi yang pasti desa ini tidak diserang oleh siapapun.

"i-itu... Salah satu Informan dari Kakekku..."

"begitu ya?..."

Dengan kebingungan yang merayap di pikirannya, Tessa mencoba merenung lebih dalam. Ia ingat kata-kata bijak kakeknya tentang keseimbangan dan kebenaran yang tersembunyi di balik tirai ketidakpastian.

Rome, yang juga masih merasakan keragu-raguan dalam udara, menyampaikan pikirannya, "kamu tahu... bisa jadi itu penyusup... Sangat fatal bila seorang informan memberikan informasi yang tidak akurat pada kliennya, bukan begitu? Terlebih lagi dia dikontrak oleh seseorang ternama, atau... dia memang benar-benar sengaja memberikanmu info palsu itu..."

"itu... mungkin saja benar, kamu membaca pikiranku Rome..."

Sebelum Rome membalas perkataan gadis itu, pemimpin dari Ogre tersebut memotong, "sudahlah, lupakan apa yang terjadi, intinya kalian berdua berada disini hanya karena kesalahpahaman bukan? Sebaiknya kalian mampir dulu ke desa, kepala desa yang akan memberitahu kalian lebih lanjut konflik yang dihadapi desa ini"

Rome dan Tessa saling pandang, mencoba membaca ekspresi satu sama lain. Pemimpin Ogre yang seakan-akan berubah sikap membuat mereka masih merasa waspada, tetapi keingintahuan mereka untuk memahami konflik yang terjadi membuat mereka setuju untuk mendengarkan kepala desa.

"Baiklah, sesuai dengan saranmu," kata Rome akhirnya dengan sopan, "kami akan mampir ke desa dan mencoba memahami situasi ini lebih lanjut."

Pemimpin Ogre hanya mengangguk, dan dengan gerakan tangan yang simpel, Tessa membebaskan para Ogre yang lain dari ikatan akar berduri. Tessa dan Rome melihat para Ogre meninggalkan tempat tersebut dengan langkah yang berat kembali ke pos mereka masing-masing, dan ada juga yang masih terluka karena pertempuran yang mereka lakukan, meninggalkan pemimpin mereka dan suasana pintu masuk desa yang hening.

"mari ikut aku... oh, dan tenang saja, kabut ini hanya sihir ilusi milik salah satu anak buahku di desa"

Setelah mendengar ucapan dari pemimpin Ogre tersebut, Mereka berdua pun mulai mengikutinya untuk menuju desa, sembari menyimpan pertanyaan-pertanyaan yang mengganjal di dalam hati. Kepala desa akan menjadi kunci untuk membuka tabir misteri yang menyelimuti desa ini.

Saat mereka memasuki desa, suasana terasa hening. Warga desa yang melihat kedatangan mereka memandang dengan campuran rasa kecurigaan dan kekhawatiran. Tessa mencoba tersenyum pada warga setempat, sedangkan Rome tak menghiraukan mereka sama sekali.

Mereka berdua kemudian diarahkan ke kediaman kepala desa, tempat di mana kebijakan dan keputusan desa dibuat. Kepala desa, seorang pria tua yang bijaksana dan penuh pengalaman, menyambut mereka dengan senyum ramah namun terlihat khawatir.

"permisi..." ucap Rome dan Tessa saat memasuki kediaman kepala desa,

"siapa gerangan kedua pemuda-pemudi ini, Fredrick?..." tanya sang kepala desa pada pemimpin Ogre yang ternyata bernama Fredrick,

"saya kira mereka penyusup dan ingin menjarah desa ini, tetapi ada kesalahpahaman diantara kami tadi, jadi saya bawa kemari agar mereka tahu soal konflik desa-desa kita..."

Kepala desa itu terdiam sejenak, sebelum membuka mulutnya kembali, "jadi begitu... Mari, duduklah, saya ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya" ujar pria tua itu dengan tenang

Rome dan Tessa memandang satu sama lain sejenak, kemudian duduk ditempat yang pria tua itu sediakan, sebuah tikar sederhana tapi nyaman, mereka berdua pun mulai menceritakan misi utama mereka dan pertemuan dengan para Ogre. Kepala desa mendengarkan dengan serius, dan di matanya terpancar kebijaksanaan yang mendalam. Setelah mendengarkan sepenuhnya, ia mengangguk pelan.

"... memang... Desa ini tak diserang, tetapi... Bukan berarti aman sepenuhnya..." ujar Kepala desa

Rome dan Tessa menatap kepala desa dengan pandangan yang penuh tanya. Ruangan itu terasa sepi, namun beban rahasia dan konflik di dalamnya terasa semakin berat.

"Dalam usaha saya melindungi desa ini, saya mempererat tali persahabatan diantara aliansi kami, diantaranya desa Fredrick disini, yaitu para Ogre, Imp, lalu Beastman, kami menjaga satu sama lain sebagai desa terpencil dari kerajaan Loxis..." ujar kepala desa sambil menatap kosong ke luar jendela.

Rome mengerti akan hal ini, desa-desa terpencil di perbatasan kekaisaran Loxis memang selalu dikucilkan oleh yang tinggal di ibukota, lebih parahnya lagi mereka sebenarnya dianggap tidak ada dipeta, jadi sudah seharusnya mereka membuat aliansi untuk melindungi satu sama lain dari bandit atau bahaya yang lain.

Tessa semakin ingin tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi pada desa-desa perbatasan, "Maaf sebelumnya jika ini termasuk ikut campur, tapi saya ingin tahu kebenarannya..."

Kepala desa menghela napas panjang, "sebenarnya... Ancaman terbesar kami adalah... Loxis itu sendiri"

...

'firasatku benar... masalah ini tambah rumit...'

Terpopuler

Comments

Beerus

Beerus

Ngebuat hati berdesir!

2023-12-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!