Ch 04 : Karnaval, Dan Permintaan Seorang Wanita

Dok dok dokk...

...

Rome terlelap masih dalam mimpinya di apartemennya yang nyaman, tenggelam dalam dunianya sendiri. Di saat itu, seseorang yang penuh semangat, berdiri di luar pintu apartemen.

Dok dok dokk...

Sebuah ketukan pun terdengar kembali dari pintu utama apartemen, sedangkan pemiliknya masih tertidur pulas, walaupun sinar matahari telah menerangi seluruh dalam kamarnya.

Seseorang itu dengan penuh semangat, mengetuk pintu kembali dan berteriak, "Rome! Bangun, teman!"

...

"Rome!?..."

Dok dok dokk...

Suara seseorang menyahuti sang pemilik apartemen yang masih tidur dengan nyenyaknya, jengkel, pengetuk pintu itu mulai menggedor pintunya agak kencang agar terdengar oleh si pemilik apartemen.

"Oi! Rome!" Teriaknya sekali lagi

Tak lama kemudian, Rome dengan mata suntuknya terbangun karena mendengar suara bising dari arah pintunya, ia mendecih kesal seraya bangkit dari kasurnya, menghampiri wastafel yang tak jauh darinya dengan langkah terhuyung, ia kemudian mulai membersihkan wajahnya.

"Sebentar!!" teriaknya kesal kearah pintu

Setelah dirasa selesai mencuci wajahnya, ia bergerak menuju pintu apartemennya untuk mengetahui siapa sosok kurang ajar yang berani menganggu mimpi indahnya. Pintu terbuka, Rome melihat sosok pemuda tampan bersurai jabrik ungu-hitam, dengan wajahnya tersenyum simpul.

Zahn Troach, 22 Tahun

"Apa maumu?" ucap Rome sambil menguap, matanya melihat jengkel kearah pemuda dihadapannya

Pemuda itu adalah teman dekat dari Rome yang tinggal tak jauh dari komplek apartemennya. "Apa yang kau bicarakan kawan? hari ini kan karnaval besar Oxhold, temani aku ya?"

Ekspresi Rome berubah datar, sebelum ia menghela nafasnya pelan, "Kau selalu punya cara unik untuk membangunkan orang, Zahn... Untung saja aku tak membunuhmu hari ini..." ucapnya sambil merapikan rambutnya yang berantakan.

Zahn tertawa kecil, "kau tak bisa membunuh seorang pembunuh profesional bodoh, hei, Kita benar-benar tidak bisa melewatkan keseruan ini. Ayo cepat mandi dan bersiap-siaplah, para biarawati muda gereja katanya datang tahun ini"

...

Rome yang mendengar itu langsung membelalakkan matanya, "apa kau bilang?... Biarawati?..." tanpa basa-basi ia pun menuju kamar mandi, Zahn yang melihat itu terbengong sesaat, sebelum bersandar di pintu sambil menunggu Rome.

Setelah Rome bersiap-siap, mereka pun melangkah keluar dari apartemen menuju karnaval besar tahunan di taman ibukota Oxhold itu.

...>>>...

Karnaval, Taman Kota Oxhold

Kota dipenuhi dengan warna-warni, bunyi riuh rendah, dan aroma makanan yang menggoda.

Di dalam karnaval, mereka berkeliling melalui atraksi-atraksi yang menakjubkan. Ada pertunjukan sulap yang membuat mata mereka terbelalak, wahana seru yang membuat perut mereka berdebar kencang, dan taman lampu yang memancarkan cahaya magis unik.

'aroma falavel~ oh? Ada bourekas juga rupanya, aku akan mencobanya' Rome kemudian berhenti disalah satu stand makanan,

Zahn menengok temannya itu, "kau mau membelinya Rome?"

"Tentu saja, kau mau?"

"Tidak... kau benar-benar suka makanan dari Maghdad ya?..."

"Itu benar sekali, dari aromanya saja kau bisa simpulkan sendiri rasanya" pemuda itu kemudian membeli 2 bungkus falavel serta 1 bungkus bourekas,

Rome kemudian membagikan satu bungkus makanan itu pada Zahn. "ini, aku sedang banyak uang tak usah sungkan-sungkan"

"Benarkah!? Terima kasih kalau begitu!" Dengan sumringah Zahn mulai melahap falavel pemberian Rome.

Sambil melihat kanan dan kiri, mereka berdua mencari sesuatu hal menarik di karnaval ini, sedangkan Rome mencari keberadaan para biarawati muda yang disebutkan teman disampingnya tadi.

Tapi nihil, ia sayangnya tak menemukan satupun keberadaan mereka, dengan wajah jengkel, ia menoleh kearah Zahn. "Kau membohongiku ya? Mana para biarawati itu?"

"Pak tua Lloyd yang bilang kepadaku, aku hanya diberitahu" ucap Zahn tanpa rasa bersalah, sembari menikmati falavel nya.

Rome pun hanya bisa menghela nafas merelakan, ia mencoba berpikir positif, mungkin saja mereka ada urusan mendadak dan tak bisa datang bersenang-senang di karnaval ini.

Mereka kemudian kembali menjelajah, mencoba satu per satu hiburan yang disediakan pada karnaval tersebut, Rome dan Zahn terus menjelajah karnaval, mencoba setiap hiburan yang ditawarkan.

Namun, saat mereka melewati sekelompok gadis cantik, Zahn dengan senyuman khasnya berkata pada Rome,

"Eh, kenapa kita tidak mencoba permainan keberuntungan di sana? Siapa tahu kita bisa mendapatkan hadiah istimewa untuk para gadis cantik ini." Para gadis itu pun menyadari perkataan Zahn yang mengarah pada mereka,

'mereka kan?... Para anak konglomerat?... lumayan, meskipun tidak ada para biarawati, mereka pun bisa menjadi pengganti'

Rome mengerti dengan apa yang dimaksud Zahn, ia lalu menyeringai seraya melirik para gadis. "ide bagus, bagaimana gadis-gadis?"

"Itu kan!?-"

"Kak Zahn!!"

"Ada kakak Zahn!?"

"Wah ada kak Rome juga!?"

"Kyaa!~ kak Rome dan kak Zahn ada disini!"

"Aku setuju!"

"Aku mau ikut!"

"Aku juga!!"

Gadis-gadis itu tertawa riang, mengetahui dua pria tampan yang mereka kenal dari guild Oxhold, mereka pun dengan senang hati setuju untuk bergabung dalam permainan keberuntungan itu bersama Rome dan Zahn.

Mereka kemudian menuju ke sebuah tenda kecil dengan permainan keberuntungan. Tertulis di pintu tenda itu, "Dunia keajaiban dalam genggamanmu! Cobalah peruntunganmu di dalam!"

Mereka dibawa ke dalam tenda oleh seorang penyihir kecil dengan topi tinggi dan jubah berwarna-warni. Penyihir itu memberi mereka instruksi tentang permainan dan memberikan setumpuk kartu keberuntungan.

Zahn menyeringai kearah Rome, "kita lihat siapa yang bisa mendapatkan hadiah untuk para gadis ini"

"Kau menantangku? Siap-siap saja menangis tersungkur di tanah" para gadis bersorak, menyemangati salah satu dari mereka.

Dengan semangat kompetitif, Rome dan Zahn berdua berusaha mencocokkan kartu-kartu mereka dengan kecerdikan. Beberapa kartu menunjukkan gambar keberuntungan, sementara yang lain memberikan tantangan atau kejutan. Setiap langkah mereka diikuti dengan ketegangan dan tawa.

Ketika permainan berakhir, penyihir itu berkata dengan senyum misterius, "Keberuntungan ada di tangan kalian, tetapi ingatlah, kadang-kadang keajaiban sejati adalah melihat keberuntungan dalam setiap langkah perjalananmu."

Rome dan Zahn tertawa dengan senang setelah pengalaman yang unik ini. Mereka melangkah keluar dari tenda, dan Rome dengan ramah berkata pada para gadis, "Maaf ya, gadis-gadis. Sepertinya hari ini tanganku tidak seberuntung yang kukira." ucapnya meminta maaf karena tak berhasil mendapatkan hadiah.

"Aku sedikit meleset meletakkan kartunya tadi, maafkan aku juga ya?" Tambah Zahn dengan senyuman manis.

Meskipun Rome dan Zahn tidak mendapatkan hadiahnya, suasana riang tetap menghiasi sekitar. Salah satu gadis dengan penuh semangat berkata, "Tidak masalah, Yang penting kita bersama-sama menikmati permainan tadi."

Gadis lain mengangguk senang, meskipun tidak mendapatkan hadiah, setidaknya mereka bisa bermain bersama dengan kedua pria tampan itu, "aku setuju, terima kasih banyak mengajak kami bermain!"

dengan senyuman hangat. Salah satu dari mereka berkata, "Mungkin keberuntungan berada di sekitar sudut lain. Bagaimana kalau kita menjelajah hiburan lain bersama-sama?"

Rome dan Zahn mendengar itu setuju dengan antusias, dan bersama-sama mereka menjelajahi karnaval sepuas hati, dan semua pada akhirnya tertawa dan bersenang-senang, menciptakan momen keceriaan di tengah-tengah keramaian karnaval.

...>>>...

Remang-remang senja mulai muncul ke permukaan langit, setelah puas mencoba banyak sekali permainan dengan para gadis-gadis, mereka pun akhirnya berpisah karena hari mulai beranjak sore,

Kedua pemuda itu duduk kelelahan, mengatur nafas mereka secara teratur, berjalan kesana kemari tanpa henti memang melelahkan, tapi setidaknya mereka bersenang-senang.

Zahn menyenderkan tubuhnya ke bangku panjang yang mereka duduki, seraya melihat langit, "aku tak menyangka kita mendapat ciuman" ucapnya dengan tertawa kecil.

Rome mengangguk pelan, "Bibir gadis kaya memang beda..."

Kedua pemuda itu kemudian saling tertawa, tak menghiraukan tatapan dari orang di sekitar, mereka benar-benar sangat menikmati karnaval ini,

...

"Ngomong-ngomong, aku tidak melihatmu di guild kemarin... kau kemana?" Tanya Zahn seraya melirik Rome disampingnya.

Yang ditanya pun menoleh, "tak ada permintaan dari guild, jadinya aku ke kediaman tuan Belfort untuk mencari pekerjaan sampingan..."

"Ah benar, aku ingat aku yang mengambil permintaan terakhir di papan... lalu? kau dapat pekerjaannya?"

Rome mengangguk pelan, "ya, dia memintaku untuk membantu cucunya menumpas para Imp di desa perbatasan"

Zahn tertawa kecil "Pantas saja kau banyak uang hari ini" kemudian ia memasang wajah bingung, "tunggu, aku tak pernah dengar soal ini, bukannya desa-desa perbatasan membuat kesepakatan aliansi? Salah satunya dengan para Imp kalau tidak salah ya?"

"Kau tahu?... jadi memang benar apa yang dikatakan kepala desa kemarin..." gumam Rome lirih ditengah-tengah percakapan

"Itu benar, tapi aku malas menceritakannya, intinya hari itu sangat rumit bagiku..."

"begitu ya?..." Zahn yang memahami situasi tidak melanjutkan pertanyaannya,

"Tentang Tuan Belfort, kukira dia sangat menghargai keberanianmu. Setelah insiden di Bukit Axehead, terlihat sekali betapa berterima kasihnya dia padamu."

Senyum seketika terukir di wajah Rome, "ya, dia memang satu-satunya bangsawan Loxis yang kuhormati, beliau seorang yang rendah hati dan dermawan. Itulah sebabnya aku tidak ragu menyelamatkannya pada hari itu."

Seiring mereka melanjutkan percakapan, Zahn menambahkan dengan antusias, "Tidak hanya itu, banyak yang mengagumi tindakanmu. Tuan Belfort bukan hanya bangsawan yang memahami arti keadilan, tetapi juga kau, Rome, yang telah menunjukkan keberanian luar biasa di saat-saat sulit seperti itu."

Rome merendahkan pandangannya, "aku hanya melaksanakan tugas dan menjalaninya sepenuh hati. Kita semua memiliki peran kita masing-masing, lagipula aku juga dibayar pada hari itu"

"Meskipun begitu, kau telah menyelamatkan nyawa seseorang bukan?... Itu tak bisa dibantah..."

Rome hanya tersenyum dalam diam. Mereka berdua kembali menikmati langit sore yang memerah, menciptakan suasananya sendiri di antara mereka. Semilir angin lembut membelai rambut mereka, dan senja memberikan sentuhan magis pada pemandangan di sekitar.

...

"Oh ya, aku hampir lupa" Zahn tiba-tiba memecahkan keheningan, mengagetkan Rome disampingnya.

"Ha? Ada apa?"

"Begini, ada seseorang yang meminta tolong kepadaku lewat guild dua hari yang lalu, seorang wanita, ia ingin mengirim sebuah barang ke benua Lung Xin dengan segera, dan ia butuh orang yang kuat, karena lokasi pengirimannya rawan perampokan katanya..."

"Lalu?"

"Aku tak bisa menerimanya, karena aku masih dalam kontrak dengan seorang klien, jadi... jika kau mau, kau bisa menerimanya"

Rome menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa ia tak menyewa jasa ekspedisi saja?"

"Jasa ekspedisi menuntut biaya yang terlampau besar, terutama dengan jarak tempuh yang begitu jauh dan lokasi pengirimannya juga tidak terlalu aman. Ia menduga bahwa kurir biasa pasti menemui nasib yang tidak menguntungkan di perjalanan. Barangnya mungkin tak akan pernah sampai, dan mungkin tak akan kembali ke pemiliknya," ujar Zahn seraya menghela nafas.

"dan setelah mendengar reputasiku, wanita itu lalu menawarku dengan harga mulai dari 6000 austral" tambahnya

"6000 austral?... Itu angka yang lumayan, dan itu harga awal?"

Zahn mengangguk, "ya, kau bisa meminta lebih jika sudah mengirim barangnya, coba diskusikan dengannya"

Dengan semangat, Rome kemudian berdiri dari tempat duduknya. "Dimana wanita ini tinggal?"

Zahn menyadari tingkah laku pemuda dihadapannya, tersenyum miring "jadi kau mau menerimanya?... Baiklah, dia tinggal di dekat pusat perbelanjaan, tepat disamping toko herbal bernama Cherry"

Rome berbalik dengan tegas, "Aku akan pergi ke sana. Terima kasih atas informasinya, Zahn. Aku akan membagi hasilnya denganmu jika semuanya selesai!" Dengan langkah mantap, ia bergerak pergi dari lokasi, meninggalkan Zahn sendirian di bangku taman.

Zahn tertawa kecil melihatnya menjauh. "Anak itu... Kalau urusan uang, memang selalu cekatan," gumam Zahn seraya tersenyum.

...>>>...

Sesampainya di pusat perbelanjaan, Rome dengan teliti mencari bangunan yang disebutkan Zahn. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, mata cermatnya mencoba menangkap setiap detail yang dapat membimbingnya.

Ditengah-tengah pencariannya, ia menyadari sosok gadis muda bersurai merah pendek yang terlihat membawa barang belanjaan di tangannya,

'Tessa?... Dia membawa... Sepertinya obat-obatan... kebetulan sekali, aku akan tanya padanya'

Gadis itu berjalan membelakangi Rome dari kejauhan, ia pun dengan cepat menyusulnya, "Tessa!"

Tak lama kemudian Tessa yang mendengar suara Rome, menoleh kebelakang, "ah, Rome?"

"Hey, senang bertemu denganmu disini, ngomong-ngomong apa yang kau beli ini?" Rome kemudian tersenyum

Tessa sedikit menaikkan sebelah alisnya, "err... Obat-obatan untukku?... kenapa?"

"Boleh aku tahu dimana kamu membeli ini?" Tanya Rome kembali masih dengan senyuman.

Tessa sebenarnya bingung dengan pertanyaan tiba-tiba yang ia terima, tapi ia berusaha untuk tersenyum, "aku beli ini di toko herbal Cherry, kamu mau beli obat-obatan juga?"

Rome menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, aku hanya ingin mencari sebuah bangunan, kalau boleh tahu dimana toko Cherry ini?"

"Oh... Tidak jauh dari sini, kamu tinggal berjalan lurus kemudian diperempatan jalan belok ke kiri, deretan bangunan urutan ke empat, disana kamu sudah bisa melihat tanda nama tokonya yang besar" jelas Tessa rinci

"Aku mengerti, terima kasih Tessa, aku duluan ya?"

Sebelum Tessa menjawab, Rome dengan cepat berjalan menjauh darinya, kembali mencari toko herbal tersebut.

Tessa tersenyum mengangguk meskipun masih sedikit bingung, "Baiklah, semoga berhasil, Rome!" serunya sambil melambaikan tangan pada Rome yang sudah berlalu.

Rome melangkah dengan langkah cepat, mengikuti petunjuk yang telah diberikan Tessa.

Saat ia sampai di perempatan jalan, Rome berbelok ke kiri, ia kemudian melihat deretan bangunan urutan ke empat yang disebutkan Tessa. Matanya mencari tanda nama toko herbal yang besar, dan akhirnya, ia melihatnya terpampang dengan jelas di depannya.

"Ini tokonya... berarti bangunan disampingnya itu ya?" Gumamnya setelah melihat toko herbal tersebut.

Dengan langkah hati-hati, Rome mendekati bangunan yang lebih kecil di sebelah toko herbal. Ia menghampiri pintu masuknya dan mulai mengetuk pelan. "Permisi..." desisnya dengan sopan, menunggu respons dari balik pintu.

Beberapa detik kemudian, pintu terbuka setengah, mengungkapkan wajah seorang wanita yang ramah. "Ya? Ada yang bisa saya bantu?" sapa wanita itu dengan senyum ramahnya.

Rome mengangguk pelan, "saya seorang tentara bayaran, disini ingin menerima permintaan ibu, saya direkomendasikan oleh teman saya bernama Zahn... Sayangnya dia tidak bisa menerima permintaan ibu jadi saya yang menggantikannya" jelasnya dengan nada ramah.

Wanita itu kemudian tersenyum sumringah, "jadi kamu mau dan menyanggupi? Terima kasih banyak, mari, masuk dulu, kita bicarakan lebih lanjut" wanita itu kemudian membuka pintunya lebar, memberi Rome sambutan hangat ke dalam rumah nya yang dipenuhi dengan aroma khas kayu.

Rome mengikuti wanita itu masuk, memasuki ruangan yang dipenuhi dengan rak-rak berisi berbagai koleksi pahatan kayu. Mereka kemudian duduk di meja kecil, dan memulai pembahasan tentang pengiriman barangnya secara rinci dan detail.

...

"Jadi begitu nak, jika nak Rome bisa, ini, saya sudah siapkan barangnya, jadi tinggal kamu kirim" wanita itu menyodorkan sekotak kardus yang sudah dibungkus dengan berbagai perekat, kardus itu tak terlalu besar, berukuran setidaknya muat digenggaman tangan.

"Lokasi tepatnya terletak di desa kecil perbukitan bernama Shangzou, di dalam kekaisaran Zheng, nak Rome terserah mau mengambil rute mana, karena saya tidak membatasi waktumu, saya hanya mau barang ini selamat sampai tujuan" tambah wanita itu.

Rome mengangguk paham, "baik, saya terima barangnya" Ia perlahan mengambil kotak kardus yang terletak dihadapannya.

"Oh ya, Dan ini, jika kamu sampai di perbatasan kekaisaran Zheng, berikan surat ini kepada penjaga yang ada disana agar dia membolehkanmu lewat" wanita itu kemudian memberikan sebuah surat dengan tanda mewah di pembukanya.

Rome dengan sigap meraih suratnya dari tangan wanita tersebut, "sekiranya saya besok akan berangkat menuju tujuan"

"Itu lebih baik, terima kasih sekali lagi, nak Rome," ucap wanita itu sambil tersenyum tulus. Keduanya pun bangkit dari duduknya. Setelah menerima barangnya, Rome beranjak keluar dari rumah wanita tersebut setelah berpamitan dengannya.

...

"Semoga tidak ada halangan besok..."

Terpopuler

Comments

Violeta Itzae Gonzalez O.

Violeta Itzae Gonzalez O.

Gak akan bosan baca cerita ini berkali-kali, bagus banget 👌

2023-12-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!