The Young Master'S Favorite Little Girl

The Young Master'S Favorite Little Girl

Bab 1

Tok… tok… tok… 

"Nona, Tuan dan Nyonya sudah menunggu anda di bawah tolong segera turun." 

Ceklek. 

Pintu loteng terbuka dari dalam, seorang gadis kecil berdiri di ambang pintu. Sosoknya yang kurus dibaluti gaun putih polos yang menambah penampilannya yang lemah dan lembut dengan kulit putih pucat yang tak sehat.

Pelayanan itu merasa iba ketika melihat kondisi gadis kecil di depannya. Berbeda dengan nona Camila yang cerah dan ceria, nona Alleta tampak suram dan lemah. Karena sering diambil darahnya, tubuh nona Alleta sangat kurus dan lemah. 

Nona Camila memiliki penyakit hemofilia yang mana sekali mengalami luka, darahnya tidak akan berhenti. Apalagi golongan darahnya Rh null, golongan darah langka di dunia. 

Dan nona Alleta yang memiliki golongan darah yang sama kerap dijadikan bank darah oleh mereka, jika nona Sienna mengalami luka. 

Pelayan itu merasa heran dengan majikannya, padahal nona Alleta anaknya tapi kenapa perlakuannya sangat berbeda. 

Tak lagi memikirkan hubungan rumit antar keluarga kaya, pelayan itu segera memimpin nona Alleta turun ke bawah. 

"Mari Nona." 

Alleta perlahan mengikuti pelayanan itu dari belakang. Sesampainya mereka di bawah, orang tua dan saudarinya sudah siap dengan balutan pakaian mewah. 

"Ck, apa kau tuan putri sehingga kami harus menunggumu?"cibir wanita paruh baya yang diketahui namanya adalah Sophia, ibu dari kedua anak tersebut. 

"Lalu ada apa dengan wajahmu? Kau ingin semua orang di perjamuan nanti berpikir bahwa kami menindasmu, hah? Tersenyumlah walau itu pura-pura,"hardik wanita paruh baya itu. 

Alleta semakin menundukkan kepalanya, tidak berani membantah perkataan ibunya. 

"Maaf." Hanya kata itu yang bisa Alleta lontarkan. 

"Ibu jangan memarahinya mungkin Kakak merasa gugup. Inikan pertama kalinya kakak melihat dunia luar, iya kan, kak?" Camila meletakkan kedua tangannya di pundak Alleta seraya tersenyum manis kepada kakaknya. 

Alleta mengangkat kepalanya, menoleh ke samping menatap saudara kembarnya yang memiliki paras wajah yang cantik. 

"Kakak jangan khawatir ketika kita sampai di sana aku akan memperkenalkan teman-temanku pada kakak. Selama inikan kakak tidak memiliki teman." Camila menggenggam kedua lengan kurus Alleta. 

"Teman apa? Lebih baik dia seperti ini, diam di rumah tidak mempermalukan keluarga. Jika bukan karena…"

"Berhenti! Sampai kapan kau akan terus berdebat. Kita hampir telat, ayo pergi." Nolan menyela perkataan istrinya sebelum dia membeberkan rencana mereka. 

Ditatap tajam oleh sang suami Sophia sangat ketakutan. Baru saja dia hampir keceplosan. 

"Untung saja."

"Kakak ayo." Camila menggandeng lengan kakaknya, mengikuti kedua orang tua mereka keluar dari mansion. 

°°°°°

Selama perjalanan menuju hotel mewah, mobil yang ditumpangi oleh mereka sangat ramai dengan celotehan Camila dan kedua orang tuanya.  Sementara Alleta seperti terisolasi dari dunia, dia hanya menatap penuh kerinduan pemandangan di luar jendela yang penuh dengan gedung-gedung tinggi pencakar langit. 

"Kapan ya aku bisa bebas seperti mereka." Batinnya saat melihat anak yang seumuran dengannya bermain bebas di luar. 

Seolah tahu apa yang dipikirkan Alleta, Camila tersenyum menghina. 

"Alleta,"panggil Nolan. 

Alleta terkesiap dari lamunannya saat mendengar panggilan dari ayahnya. 

"Ya, Ayah?"

"Apa yang kau pikirkan?"

"Ti-tidak ada,"ujarnya gugup. Jemarinya saling bertaut, Alleta menatap punggung tangannya yang penuh dengan bekas suntikan. 

"Ingat ketika kita sampai di sana jangan berkeliaran, ikuti ibu atau saudarimu jangan membuat kita malu,"peringat Nolan. 

"Baik Ayah."

"Ayah tenang saja aku akan menjaga kakak dengan baik agar tidak mempermalukan keluarga kita,"timpal Camila. 

"Bagus awasi kakakmu."

Tidak butuh waktu lama mereka sudah sampai di hotel mewah tempat perjamuan diadakan. Para tamu undangan dengan balutan pakaian mewah terus berdatangan. 

"Ayo," ajak Nolan. 

Setelah merapikan penampilan mereka, mereka turun dari mobil dan berjalan masuk ke hotel. 

Alleta mengamati sekelilingnya yang dihias begitu indah dan megah, bahkan para tamu undangannya sangat modis. 

Ini pertama kalinya dia melihat begitu banyak manusia berkumpul, membuat dia sedikit takut dan tanpa sadar mundur selangkah. 

"Kakak apa yang kau lakukan, ayo." Camila menarik lengan Alleta untuk berdiri di sampingnya. 

"Ibu aku akan mengajak kakak bertemu dengan teman-temanku."

"Ya, pergilah. Dan kau…" Tunjuk Sophia pada Alleta. 

"Ingat apa yang dikatakan ayah tadi, jangan mempermalukan keluarga."

"Ya Bu."

"Ayo kak." Camila menarik kakaknya menuju segerombolan anak muda. 

Setelah kedua putrinya pergi, Nolan dan Sophia berjalan menuju pria paruh baya dengan penampilan buncit dan emas yang menempel di seluruh tubuhnya. 

"Hallo Tuan John, selamat ulang tahun. Ini hadiah kecil dari kami mohon diterima." Nolan memberikan hadiah yang terbungkus indah kepada tuan John. 

"Oh ternyata Tuan Nolan dan istrinya, terima kasih atas hadiahnya." Tuan John memerintah salah satu pelayan untuk menerima kado darinya. 

"Saya juga telah menyiapkan kado lain untuk Tuan John,"ucap Nolan tersenyum penuh arti. 

"Oh benarkah?"

"Tentu saja, saya jamin Tuan John akan menyukainya,"ucap Sophia tersenyum menyanjung sambil menyembunyikan rasa jijik di dalam hatinya. 

"Hahaha, saya sangat tidak sabar untuk melihat hadiah dari kalian." Tuan John tertawa bahagia sampai memperlihat salah satu gigi emasnya. Tatapannya penuh kecabulan. 

"Selain itu, saya sudah mengirimkan kontrak kerja sama ke asisten anda mohon untuk dilihat,"kata Nolan. 

"Jangan khawatir, saya sudah melihatnya dan menandatanganinya."

"Benarkah?"tanyanya untuk memastikan. Nolan menahan gejolak bahagia di dalam hatinya, dengan kerja sama ini selangkah lagi perusahaannya akan menjadi perusahaan domestik yang terkenal. Begitu pun Sophia yang tak kalah bahagianya dengan suaminya. 

"Tentu saja." 

"Te-terima kasih Tuan John, terima kasih." Kedua orang itu membungkuk beberapa kali sambil mengucapkan terima kasih. 

°°°°

Sementara itu Alleta tengah menunggu saudara kembarnya kembali dari kamar mandi. Namun, sampai saat ini dia belum pernah melihat batang hidung adiknya. Takut sesuatu terjadi pada adiknya, Alleta berdiri dari kursinya dan menghentikan pelayan yang hendak melewatinya. 

"A-anu… a-apa kau tau letak kamar mandi?"tanya Alleta gugup. Ini pertama kalinya dia berbicara dengan orang asing. 

"Apa Nona ingin ke kamar mandi?"tanyanya lembut. 

Alleta mengangguk pelan dengan wajah yang bersemu merah sambil memainkan jari-jarinya. 

Pelayan itu merasa gemas dengan tingkah wanita muda di depannya. 

"Mari saya antar."

Alleta perlahan mengikuti pelayan itu dari belakang. 

"Ini toiletnya, apa perlu saya tunggu?"

"Ti-tidak perlu, a-aku bisa sendiri,"balas Alleta cepat. 

"Kalau begitu saya permisi dulu." 

Setelah pelayan pergi, Alleta hendak masuk ke dalam toilet, namun niatnya ia urungkan saat mendengar suara yang begitu akrab masuk ke telinganya. 

"Ngomong-ngomong aku tidak pernah mendengar kau punya kembaran, juga dilihat dari wajahmu dan wanita itu tidak ada kemiripan sama sekali."

"Tentu saja kau tidak akan melihat kemiripan di antara kami karena dia…."

Terpopuler

Comments

Nike patger

Nike patger

bagus ceritanya kakk

2024-01-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!