Bab 2

Sebuah mobil Bentley hitam berhenti di depan pintu masuk hotel. Pengawal yang berjaga di pintu masuk segera membukakan pintu penumpang. 

Seorang pria tampan turun dari mobil. Perawakannya yang tinggi dan langsing sangat atletis, dada lebar dan pinggang sempit. Parasnya yang tampan mampu memikat kaum hawa yang melihatnya, dengan mata tajam, rahang tegas, hidung mancung dan bibir tipis yang begitu menggoda. 

Axel memandang dingin hotel mewah di hadapannya. 

"Tuan mari saya antar ke dalam,"ucap pengawal itu dengan hormat. 

"Hm." Di bawah bimbingan pengawal, Axel melangkah masuk ke dalam hotel diikuti oleh asistennya yang membawa hadiah. 

°°°°

"Kenapa kau tidak menjaga kakakmu!"geram Nolan begitu tahu kalau Alleta menghilang. Jika anak itu menghilang bagaimana dengan kontrak kerja samanya! 

"Kenapa kau memarahi putriku! Itu semua salah anak itu karena tidak bisa duduk diam. Kerjaannya hanya menyusahkan kita, jika bukan karena dia berguna aku tidak ingin mengeluarkannya dari loteng, biarkan saja dia mati membusuk di sana!"cibir Sophia penuh rasa jijik dan penghinaan. 

"Ibu bagaimana Ibu bisa berkata seperti itu. Jika kakak mati aku tidak bisa hidup tanpa darahnya, juga aku masih belum puas bermain dengan mainanku,"ucap Camila berpura-pura sedih. 

"Oh sayang jangan khawatir Ibu tidak…"

"Berhenti! Apa yang kalian bicarakan di sini! Apa kalian tidak lihat orang-orang di sini, hah?! Bagaimana kalau seseorang mendengar perkataan kalian!"tukas Nolan tak habis pikir dengan ibu dan anak itu. 

Ibu dan anak itu menunduk takut, tidak berani membantah perkataan ayah/suaminya.

"Ayo kita cari anak itu." 

Saat mereka akan pergi mencari Alleta, tatapan semua tamu undangan mengarah pada pintu masuk membuat mereka sedikit penasaran. Namun, begitu mereka melihat pria tampan dengan aura menindas, mereka sangat bersemangat begitu pun para tamu undangan. 

Mereka tidak menyangka pria legendaris yang hanya bisa dilihat di berita keuangan akan muncul di hadapan mereka, bahkan Tuan John sang penyelenggara begitu terkejut dengan kehadiran pria dingin yang berjalan ke arahnya. 

"Tuan Axel, saya tidak berharap anda akan datang ke pesta kecil saya, jika saya tahu anda akan datang saya akan menyiapkan pesta yang lebih mewah,"ucap tuan John dengan nada menyanjung. 

"Tidak perlu, saya datang ke sini karena memiliki waktu senggang…."

"Sean,"panggil Axel pada asistennya. 

"Ya Tuan. Tuan John ini hadiah kecil dari Tuan Axel mohon diterima." Sean memberikan kado di tangannya kepada Tuan John yang langsung diterima olehnya dengan senang hati. 

"Tentu saja, bahkan jika Tuan Axel tidak membawa hadiah juga tidak apa-apa. Hanya dengan hadir saja itu sudah cukup."

Para pengusaha yang hadir langsung berkerumun untuk bisa berbicara dengan pengusaha legendaris ini. Bahkan Nolan yang ingin mencari Alleta ikut mengerumuni pria muda itu. Ini adalah kesempatan emas baginya, jika perusahaan kecilnya bisa bekerja sama dengan perusahaan besar, maka keuntungan yang akan dia peroleh akan semakin besar. 

°°°°

Di taman, Alleta duduk termenung menatap rembulan di langit yang gelap sambil memeluk lututnya. Pikirannya melayang ke kejadian di toilet tadi. 

"Tentu saja kau tidak akan melihat kemiripan di antara kami karena dia bukan kembaranku. Ibuku yang memungutnya di dekat tong sampah dan menyamarkan identitas sebagai kembaranku."

"Jika bukan karena darahnya sama denganku ibu tidak akan memungutnya. Dia hanya bank darah bagiku yang memiliki penyakit hemofilia." 

Akhirnya setelah sekian lama, pertanyaan-pertanyaan yang selalu ada di otaknya dan tidak pernah ada jawabnya, sudah terjawab hanya dengan beberapa kata yang dilontarkan Camila. 

Alleta menatap punggung tangannya yang dipenuhi bekas suntikan, dia bahkan tidak merasa sedih ataupun kecewa setelah mendengar kebenaran itu. 

Mungkin jika itu di masa lalu dia akan merasakan kesedihan dan kekecewaan setelah mendengar kebenaran itu. Tapi sekarang hatinya sudah lama mati oleh perilaku mereka yang terus menerus menyakitinya. 

"Jika mereka bukan keluargaku, di mana keluargaku yang sebenarnya? kenapa mereka membuangku? Apa tidak ada seorang pun di dunia ini yang menginginkan ku? Apa aku dilahirkan hanya untuk merasakan kejamnya dunia yang tak berpihak padaku?"

Alleta menelungkupkan wajahnya di tangan, menangis dalam diam, bahunya yang kecil bergetar hebat. Di kejauhan sosok kecil itu  memeluk tubuhnya yang penuh luka. Begitulah yang dilihat Axel. 

"Tuan apa yang Anda lihat?"tanya Sean saat melihat tuanya sangat fokus memperhatikan taman. 

"Tidak ada, kembali ke kamar,"balasnya acuh tak acuh. 

"Ya." Sean buru-buru mengikuti langkah tuanya. 

°°°°

"Alleta!"

Alleta buru-buru menghapus air matanya begitu mendengar teriakan menggelegar yang dikenalnya. 

"I-ibu…."

Plak! 

Wajahnya tertoleh ke samping akibat pukulan kuat yang dilayangkan ibunya. Alleta mengusap pipinya yang terasa panas dan perih. Dia sudah terbiasa dengan tamparan ini, bahkan mungkin bisa dibilang makanan sehari-hari. 

"Sudah saya katakan jangan membuat kami susah! Kenapa kau membangkang dan malah berkeliaran, hah!"teriak Sophia marah. 

"Maaf." Lagi-lagi hanya kata itu yang bisa dia ucapkan karena percuma menjelaskan, ibunya tidak akan mendengar. 

"Alleta ayahkan sudah memperingatimu."

"Maaf, Ayah."

"Ibu, Ayah, jangan memarahi kakak, mungkin kakak ingin berjalan-jalan iya kan, kak?"

Alleta bahkan tidak bergeming, dia hanya menundukkan kepalanya. 

"Kakak ada apa?"tanya Camila berpura-pura khawatir. 

Alleta mengangkat wajahnya dan perlahan berkata, " Tidak ada."

"Kakak mungkin syok karena ibu menamparmu, ini minum dulu."

Tanpa menaruh curiga dia mengambil botol minum itu dan meneguknya hingga hampir setengah. Kebetulan dia juga merasa haus. 

"Karena ini sudah malam kita akan menginap di sini, Camila bawa kakakmu istirahat di kamar yang Ayah pesan,"perintah Nolan. 

"Ya Ayah aku akan mengantar kakak."

Camila menggandeng tangan Alleta agar mengikutinya. 

Entah kenapa Alleta merasa tubuhnya tidak beres, dia seperti menginginkan sesuatu tapi tidak tahu apa itu, tubuhnya terasa gerah. Alleta sangat tidak tahan dengan penyiksaan ini, dia ingin segera membuka bajunya. 

"Kakak apa yang terjadi padamu?"tanya Camila begitu melihat kelainan Alleta. 

"A-aku tidak tahu, a-aku merasa gerah."

"Kakak bersabarlah kita akan segera sampai di kamar." 

Camila mempercepat langkahnya hingga mereka sudah sampai di depan pintu kamar yang dipesan ayahnya. 

"Kakak masuklah dulu, aku akan turun ke bawah untuk menemui teman-temanku."

"Tunggu…." Tanpa memberi Alleta kesempatan, Camila langsung mendorongnya ke dalam kamar dan menguncinya. 

"Kakak bersenang-senanglah di dalam, kami akan menjemputmu besok." Setelah mengatakan itu Camila berbalik tanpa nostalgia dengan senyum seringai di sudut bibirnya. 

Alleta terus menggedor-gedor pintu yang terkunci. 

"Camila buka! Buka pintunya… uh." Alleta terduduk lemas di lantai. 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!