Bab 6

Semua pandangan tertuju pada Laura. Ya, orang yang berbicara barusan bukan Axel melainkan Laura. 

"Sayang?"

"Mas, kau kan tahu aku tidak bisa memiliki anak. Jadi apa salahnya kita mengadopsi gadis kecil ini,"ucap Laura merasa sedih. Karena penyakitnya,  rahimnya terpaksa harus diangkat. Akibatnya dia tidak bisa memiliki anak. 

Ketika seseorang sangat menantikan kehadiran sang buah hati, orang-orang yang tak bertanggung jawab seperti itu malah menelantarkannya dan memperlakukannya sangat buruk. 

Luke menyadari apa yang dirasakan istrinya, dia menggenggam tangan istrinya, mencoba menguatkan diri mereka. 

"Ayah bolehkan?"tanya Laura hati-hati. 

"Aku tidak bisa mengambil keputusan sendiri, kau harus tanya pada gadis ini,"ujar James. Dia juga merasa kasihan kepada anak ini. 

"Kau maukan, Nak?"ucap Laura lembut. 

"A-aku…." Alleta mengangkat wajahnya, menatap Axel untuk meminta bantuan. 

"Kau tidak perlu menatap saya, itu hak mu untuk mengambil keputusan. Jika kau mau kau bisa mengatakannya, jika tidak juga tidak apa-apa tidak ada yang memaksamu,"jelas Axel panjang lebar. 

"Nak?" Laura memandang Alleta penuh harap. Dia sangat berharap memiliki anak tapi takdir berkata lain. Jadi ketika melihat gadis kecil cantik dan imut ini Laura berharap gadis ini mau menjadi anaknya. Bahkan Luke juga menatapnya dengan penuh harap. 

"A-aku…." Alleta sedikit ragu-ragu, mereka tidak saling kenal. Dia takut akan diperlakukan buruk lagi. 

"Kau takut ya? Tenang saja kami tidak jahat kok, kami akan selalu memperlakukanmu dengan baik. Kau mau kan, Nak?"

Melihat ketulusan wanita paruh baya itu Alleta mengangguk sedikit. Dia juga ingin merasakan kasih sayang keluarga. 

"Hebat! Mas sekarang kita punya anak, Mas!"ucap Laura tidak bisa menahan senyumnya yang mengembang. 

"Ya, sayang." Luke juga bahagia ketika senyuman istrinya kembali lagi. 

James juga ikut tersenyum, sekarang dia memiliki cucu perempuan yang imut dan cantik untuk dia banggakan kepada lelaki-lelaki tua di komplek ini. 

"Huh bukan kalian saja yang memiliki cucu perempuan, aku juga punya." Dengusnya kesal ketika memikirkan para lelaki tua itu sering membanggakan cucu perempuan mereka. 

"Bi, tolong siapkan makanan penambah darah. Anak ini sangat kurus."

"Baik, Nyonya."

Alleta tidak berharap mereka akan sangat antusias seperti ini. 

"Nah sayang, nama saya Laura. Karena kita akan menjadi keluarga panggil aku Bunda oke?"

"Emm…." Alleta mengangguk malu. 

"Ini Luke yang akan menjadi ayahmu."

"Hai Alleta,"sapa Luke lembut. 

"Ini kakekmu, James."

"Dan ini pamanmu, Axel."

"Kenapa paman?"protes Axel tak terima, menurutnya orang yang pantas disebut paman yaitu orang yang umurnya diatas 30 tahunan, dan dia sekarang masih muda. 

"Ck, lalu apa?"decak Laura. 

"Panggil saya kakak."

"Oke panggil dia kakak, Nak."

Alleta mengangguk paham, pandangannya menyapu mereka secara bergantian. Bisa dilihat keluarga ini sangat harmonis, beruntung sekali kak Axel memiliki keluarga harmonis. 

"Soal adopsi, kita mungkin harus bertemu dengan keluarga itu."

"Aku akan menyelesaikan semuanya,"ucap Luke menenangkan istrinya. 

"Kalau begitu beres, aku akan menyiapkan keperluan Alleta. Ayo sayang kita belanja keperluanmu,"ajak Laura sambil menggandeng Alleta. 

"Tunggu, ini pakai kartu Ayah." James menyodorkan black card kepada Laura. 

"Tidak perlu Ayah, uangku juga cukup untuk membeli keperluan Alleta,"tolaknya halus. 

"Tidak perlu apa, Ayah juga ingin membelanjakan uang Ayah untuk cucu perempuanku."

Melihat ayahnya keras kepala Laura tidak lagi menolaknya. 

"Oke kalau begitu." 

Dari awal hingga akhir tidak ada yang menanyakan pendapat Alleta apakah dia mau belanja atau tidak. Alleta bahkan tidak memiliki kesempatan untuk menyela. 

Setelah kedua wanita itu pergi, James memerintah pembantu untuk memanggil seorang kontruksi profesional untuk merenovasi kamar kosong di lantai atas. 

Luke bersiap-siap untuk menyiapkan berkas-berkas pengalihan hak asuh Alleta atas nama dirinya. 

Kini hanya tinggal Axel sendiri di ruang keluarga. Dia melirik arloji di tangannya, sudah waktunya untuk rapat. Axel berdiri merapikan jasnya lalu pergi ke kantor. 

°°°°°

Di sisi lain, keluarga Hunter. 

Setelah mendapat telepon dari tuan John Nolan sangat marah. Semua kontrak kerja juga dibatalkan karena gadis itu yang tiba-tiba kabur. 

"Dasar gadis tidak tahu diuntung! Semua rencanaku gagal total! Awas saja kalau aku menemukanmu akan kuhabisi kau!"geram Nolan. 

"Tapi bagaimana kita mencarinya? Kota ini sangat besar tidak mudah bagi kita untuk mencari gadis itu,"ucap Sophia

"Aku akan mengerahkan pengawal untuk mencari gadis sialan itu."

"Ayah, Ibu apa yang terjadi?"celetuk Camila tiba-tiba. Penampilan sudah rapih dengan seragam sekolah yang melekat di tubuhnya. 

"Tidak ada, cepat berangkat sekolah ini sudah siang,"balas Sophia. 

"Oh…." Karena orang tuanya tidak mau memberitahu Camila tidak lagi memaksa. Setelah berpamitan dengan orang tuanya dia langsung masuk ke mobil. 

Tak lama setelah kepergian Camila seorang pelayan datang tergesa-gesa. 

"Tuan, Nyonya, di depan ada Tuan Luke."

"Tuan Luke? Mas apa itu Tuan Luke yang kita maksud?"

"Cepat biarkan dia masuk!"perintah Nolan dengan raut wajah bahagia. 

Tak lama kemudian Luke datang bersama asistennya. 

"Tuan Luke ada gerangan apa Tuan datang ke rumah kami?"ujar Nolan dengan nada menyanjung. 

"Saya tidak akan berbasa basi, Tuan Nolan tolong tanda tangani pengalihan hak asuh nona Alleta,"ucap Luke tajam dan tegas. 

"A-apa? Apa maksud anda."

Luke melemparkan bukti-bukti penganiayaan yang dilakukan oleh mereka terhadap Alleta. 

"Jika anda tidak ingin bukti ini tersebar, tanda tangani saja dokumen ini." Sang asisten menyerahkan dokumen beserta pulpen untuk mereka tanda tangani. 

"Kamu!" Nolan meremas bukti itu menjadi bola. 

"Saya tidak setuju! Bagaimanapun Alleta masih anak saya. Saya tidak akan memberikannya kepada anda!"bantah Sophia tak terima. Jika anak itu pergi bagaimana dengan penyakit putrinya. 

"Diam! Siapa yang menyuruhmu untuk ikut campur, hah?!"bentak Nolan. 

"Tapi…." Sophia langsung terdiam saat melihat tatapan tajam suaminya. 

"Jika saya menandatangani kontrak ini, apa yang akan saya dapatkan?"tanya Nolan menatap kembali pria itu. 

"Apa yang anda inginkan?" Bukannya menjawab Luke malah balas bertanya. 

"Saya ingin perusahaan anda mendukung perusahaan saya sampai perusahaan saya menjadi perusahaan besar, bagaimana?"katanya dengan seringai licik. 

"Tidak masalah,"jawabnya enteng. 

"A-apa? Tidak masalah?!" Nolan tidak berharap pria di depannya akan langsung menyetujui permintaannya. 

"Ya, dengan syarat jangan pernah mengganggu putriku lagi,"peringat Luke tajam. 

"Baik, ingat kata-katamu." Nolan langsung menandatangani namanya di bawah kontrak begitu pun Sophia meskipun sangat terpaksa. 

Siapa yang tidak senang bekerja sama dengan perusahaan besar seperti itu. Selangkah lagi perusahaannya akan menjadi perusahaan besar dan terkenal. 

Terpopuler

Comments

Yani Inaya Emerald Msi

Yani Inaya Emerald Msi

mata duitan, untung alleta sdh lepas dr keluarga angkat nya

2024-01-11

0

wifasha

wifasha

dsar jhat

2023-12-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!