Bab 8

1 tahun berlalu begitu cepat, banyak hal yang telah dilalui gadis kecil itu dan sekarang dia sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang sangat cantik. Tubuhnya yang dulu kurus sekarang tampak berisi dengan bentuk tubuh yang proporsional. 

"Sayang, maaf Ayah dan Bunda gak bisa antar kamu. Kamu gak papa, kan?"ujar Laura merasa bersalah karena tidak bisa mengantar putrinya pindah ke rumah Axel. 

"Gak papa Bunda, lagian Bunda kan harus pergi ke luar negeri sama Ayah,"ucap Alleta pengertian sambil memegang kedua tangan ibunya. 

"Ketika urusan di sana selesai Bunda akan secepatnya pulang. Kamu mau Bunda bawakan apa?"

"Aku tidak ingin apa-apa, cukup Bunda sama Ayah jaga kesehatan jangan terlalu banyak bekerja,"pesan Alleta. 

"Ah sayang…." Laura menarik tubuh mungil Alleta ke dalam pelukannya lalu mencium kepalanya secara berturut-turut. 

"Oke waktunya sudah habis, honey ayo kita berangkat. Sayang Ayah sama Bunda berangkat dulu, kalau kamu butuh sesuatu telpon Ayah." 

"Siap Ayah."

"Dah sayang." Laura sebenarnya tidak tega meninggalkan putrinya apalagi besok hari pertama putrinya sekolah, tapi mau bagaimana lagi cabang di luar negeri ada masalah dan mereka harus turun tangan untuk menyelesaikannya. 

Setelah kedua orang tuanya menghilang dari pandangan Alleta masuk kembali ke dalam rumah. 

"Kau sudah mengemas semua barang-barangmu?"tanya James ketika melihat Alleta sudah kembali mengantar kedua orang tuanya. 

"Sudah Kek,"balas Alleta sambil mendudukkan dirinya di samping kakek. 

"Kakek akan minta sopir untuk mengantarmu."

"Tidak perlu Kek, Kak Axel sendiri yang akan menjemputku,"jawab Alleta buru-buru. 

"Oke kalau begitu, ingat ya sering-sering pulang ke sini."

"Itu sudah pasti tenang aja Kek."

James menatap Alleta dengan tatapan lembut, gadis ini sudah banyak berubah. Tidak lagi sesuram seperti sebelumnya dan lebih ceria. 

"Teruslah tersenyum seperti itu, Kakek suka melihatnya."  

"Em…." Alleta mengangguk paham disertai senyum manis. 

Di tengah-tengah perbincangan mereka tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat. 

"Alleta."

Mereka menoleh ke arah sumber suara, Alleta segera berdiri dan menghampiri kakaknya. 

"Kakak, kau sudah datang,"sapa Alleta. 

Axel menepuk kepala Alleta pelan lalu berkata, "Bawa barang bawaanmu."

Seorang pelayan berjalan menghampiri mereka sambil menyeret koper. 

"Nona, ini koper anda."

"Terima kasih." 

Saat Alleta hendak mengambil alih kopernya sebuah tangan besar bergerak lebih cepat darinya dan mengambil koper miliknya. 

"Biar Kakak yang bawa."

"Oh." Alleta kemudian berbalik mendekati James untuk berpamitan. 

"Kakek, Alleta berangkat dulu. Jangan lupa jaga kesehatan, obatnya harus diminum, oke?"pesan Alleta dengan sedikit penekanan. 

"Iya, iya Kakek tahu karena hanya kamu yang paling perhatian sama Kakek sedangkan yang lainnya hanya sibuk dengan  urusannya sendiri,"sindir James seraya melirik putra bungsunya dengan dingin. 

Sedangkan yang disindir tidak merasa bersalah sedikit pun. 

"Oke pergi, Kakek tidak akan menahanmu lebih lama lagi." James menepuk pundak kecil Alleta dengan pelan. 

"Bye Kek."

"Ayah kami pergi dulu."

°°°°

Dalam perjalanan menuju mansion suasana di dalam mobil sangat sunyi, mereka sibuk dengan dunianya masing-masing. Axel sibuk dengan laptopnya dan Alleta sibuk dengan pikirannya. 

Besok adalah hari pertamanya sekolah dan dia sangat gugup sekaligus bersemangat. Ini adalah momen yang ditunggu-tunggunya. 

Dan alasan kenapa dia pindah ke mansion Axel karena jarak dari mansion ke sekolah cukup dekat hanya membutuhkan waktu 20 menit, sedangkan jarak dari rumah kakeknya ke sekolah sangat jauh dan membutuhkan waktu 1 jam. 

"Pak, pergi dulu ke mall,"ucap Axel pada pengemudi di depan. 

"Baik Tuan."

"Kak, kenapa gak langsung pulang?"tanya Alleta bingung. 

"Ada sesuatu yang harus aku beli."

"Oh…." Alleta mengangguk mengerti dan tidak bertanya lagi. 

Sesampainya mereka di mall, Axel langsung memegang tangan Alleta agar tidak tersesat dan menuntunnya ke toko perlengkapan sekolah. 

"Kenapa kita ke sini?"tanya Alleta heran karena semua perlengkapan untuk sekolah sudah disiapkan oleh bunda dan sudah dikirim ke mansion kakaknya. 

"Bunda sudah menyiapkan semuanya Kakak tidak perlu membelinya lagi,"lanjut Alleta menjelaskan karena takut kakaknya tidak tahu. 

"Kakak tahu, tapi Kakak ingin membelinya sendiri untukmu."

Alleta menghela nafas pasrah, jika sudah begini dia tidak bisa membujuk kakaknya lagi terpaksa dia harus menuruti keinginannya. Alleta membeli beberapa barang yang menurutnya sangat penting dan yang dia butuhkan. 

Selama 1 jam berbelanja kedua tangan Alleta dan Axel sudah dipenuhi oleh paper bag besar dan kecil dengan berbagai macam merek. 

"Kakak Alleta mau pulang, cape,"keluhnya.

Tanpa berkata-kata Axel langsung berjongkok di depan Alleta. 

"Naik,"ujarnya dengan sedikit nada perintah. 

"Hah? Kakak tapi ini…."

"Alleta naik."

Dengan canggung Alleta naik ke punggung lebar Axel dan melingkarkan tangannya di leher Axel. Dia menyembunyikan wajahnya di pundak milik kakaknya saat semua tatapan pengunjung tertuju padanya. 

"Kakak cepat jalan aku malu,"bisik Alleta lembut. 

Axel tersenyum simpul, dia mengeratkan pegangannya agar Alleta tidak jatuh. Dan melangkah ke parkiran untuk segera pulang. 

 

Dan tanpa sepengetahuan mereka seseorang di antara kerumunan diam-diam memotretnya. 

°°°°°

Keesokan paginya, Alleta sudah siap dengan seragam barunya. Rambutnya yang panjang dan bergelombang setengah diikat menggunakan pita. Wajahnya yang putih dan polos sangat cantik alami tanpa polesan make up. 

"Wih bocil mau sekolah, mau bareng gak nih cil?"tanya Nathan sambil menurun naikkan alisnya. 

"Gak makasih,"jawab Alleta ketus.

"Terus lo mau bareng sama paman?"

"Gak juga."

"Terus lo berangkat sama siapa, bocil?"tanya Nathan geram. 

Bahkan Axel yang sedari tadi menyimak pembicaraan mereka sedikit mengernyit bingung. 

Dengan senyum misterius Alleta berjalan menuju garasi diikuti oleh mereka. Di samping motor besar milik Nathan sebuah sepeda terparkir rapi di sana. 

Alleta mendorong sepeda miliknya keluar dari garasi lalu menepuk-nepuk joknya. 

"Ini, aku mau berangkat naik ini,"ujarnya bahagia dengan senyum manis terpatri di wajah cantiknya.

"Pfftt bahahaha…." Nathan tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya. 

"Kau kenapa?"

"Lo yakin ke sekolah mau bawa sepeda?"

"Emang kenapa? Masalah?"

"Gak juga sih, tapi…." Nathan menjeda kalimat berikutnya, meskipun tidak ada yang salah dengan membawa sepeda, tapi mayoritas murid-murid di sana membawa kendaraan mewah milik mereka sendiri. 

Dia takut nanti Alleta akan dibully oleh murid-murid lainnya. 

"Tapi apa?"tanya Alleta sedikit tidak sabar. 

"Tidak ada apa-apa, kau bisa melakukan apa pun yang kau mau jangan dengarkan dia." Axel berkata lembut sambil memakaikan helm pengaman di kepala Alleta lalu merapikan anak rambutnya. 

"Berkendara hati-hati jangan ngebut, tahu?"nasihat Axel. 

Alleta mengangguk bodoh. Dihadapkan dengan wajah tampan milik kakaknya yang sangat dekat, jantung Alleta berdetak tak karuan. 

"Aduh, ada apa dengan jantungku?!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!