Bab 3

"A-apa yang ingin kau lakukan?!" Alleta menyusut ke belakang, tubuhnya bergetar ketakutan saat melihat pria paruh baya yang perlahan mendekatinya. 

"Tentu saja menikmati hadiahku, gadis kecil kemarilah aku janji akan melakukannya dengan lembut." Dengan tatapan cabul John mendekati Alleta seraya menjilat bibirnya, matanya penuh keserakahan saat melihat kulit putih mulus gadis itu. 

"Pergi! Jangan mendekatiku!"teriaknya histeris, Alleta terus melempar barang-barang yang berada di sekitarnya. 

John yang geram langsung mengangkat tubuh Alleta dan melemparnya di kasur. 

"Berhentilah memberontak, kau itu sudah dijual oleh keluargamu. Dan biarkan aku menikmati hadiahku." John langsung menindih tubuh mungil Alleta di bawahnya. Tatapannya yang cabul menatap bibir kecil itu penuh nafsu. 

Tidak sabar ingin mencicipinya John menundukkan kepala berniat mencium bibir yang terus menggodanya, namun Alleta yang mengetahui niatnya menggerakkan kepala ke kiri. Sehingga ciuman itu jatuh di pipinya, rasa jijik dan benci memenuhi seluruh hatinya. 

Alleta menggigit bibir bawahnya kuat untuk membuat pikiran lebih jernih. Tangannya yang bebas meraba sekitar untuk mencari barang yang bisa dia gunakan untuk melawannya. 

"Dasar gadis sialan! Sudah saya bilang untuk diam!" John menjepit dagu Alleta untuk menoleh ke arahnya. 

"Kau itu sudah dijual oleh keluargamu! Jadi berhentilah memberontak. Kalau tidak,kontrak kerja sama ayahmu akan saya batalkan dan lihat bagaimana kehidupanmu nanti. Kau tidak ingin hidupmu lebih menderitakan, hm?" John membelai wajah mulus gadis kecil di bawahnya. 

Alleta menggertak giginya dengan penuh kebencian dan rasa jijik. Saat wajah menjijikkan itu mendekat Alleta memejamkan matanya, tangan yang memegang vas bunga semakin erat. 

"Itu lebih baik daripada saya harus merelakan kesucian saya kepada anda."

"Apa?"

Prang!

Alleta menghancurkan vas di tangannya ke kepala pria di atasnya dengan sekuat tenaga. 

"Ukh… sial!" John memegang kepalanya yang mengeluarkan darah, rasa pusing yang dideritanya membuat pertahanannya lengah. Alleta mendorong tubuh gemuk itu ke lantai, tidak lupa dia juga menendang aset berharga pria tua itu sebelum pergi. 

Dugh!

"Akh… gadis sialan!" John meringkuk di lantai sambil mengerang kesakitan. 

"Berhenti kau!"

Alleta langsung kabur setelah mendapatkan kunci pintu. 

John segera memanggil beberapa pengawal untuk menangkap gadis sialan itu. 

"Dapatkan gadis itu, sekarang!"teriak John pada orang yang berada di ujung telepon. 

"Baik Tuan."

"Hah… gadis sialan!"

°°°°

Alleta terus berlari terseok-seok di lorong hotel, di belakangnya beberapa pengawal mengejar dirinya. 

"Berhenti!"

Alleta menggigit bibir bawahnya sampai mengeluarkan darah, lengan putihnya dipenuhi memar karena dia terus mencubitnya agar terus sadar. 

"Tidak Alleta bertahanlah, aku mohon bertahanlah." Sambil menggertak gigi Alleta mempercepat langkahnya sampai berbelok ke tikungan."

"Sialan cepat kejar gadis itu." Beberapa pengawal berlari menyusul Alleta sampai ke tikungan. 

"Sialan! Kenapa cepat sekali menghilangnya,"gerutu pengawal saat tidak melihat sosok gadis kecil itu. 

"Ayo kita berpencar mungkin dia masih belum jauh atau bahkan bersembunyi." Beberapa pengawal mulai berpencar. 

Sedangkan di sisi lain, Alleta langsung terduduk lemas di lantai, menyandarkan punggungnya di belakang pintu. Napasnya yang memburu perlahan tenang. Efek afrodisiak di dalam tubuhnya terus bekerja, dia merasa ada sesuatu di bawahnya yang terus mengalir melewati pangkal paha. 

"Uh… hah…" Napasnya mulai memburu, Alleta terus bergerak gelisah dalam duduknya, tangannya yang tak bisa diam ingin melorotkan pakaian yang dikenakannya. 

"Siapa kau." Tiba-tiba terdengar suara dingin dan rendah seorang pria membuat Alleta tersadar. Dia mendongak kepalanya ke atas melihat siluet tinggi berdiri di hadapannya. Karena gelap dia tidak bisa melihat dengan jelas seperti apa rupanya. 

"A-aku… tolong aku… hah… a-aku sangat tidak nyaman."

Axel mengerutkan keningnya saat mendengar suara lembut seorang wanita, auranya yang kuat membuat Alleta tertekan. 

"Siapa yang mengirimmu ke sini?"

"Ti-tidak ada yang mengirimkan ke sini, a-aku hanya… aku hanya bersembunyi di sini. Tolong aku… aku sangat tidak nyaman… hah…." Alleta hampir menangis karena tidak nyaman, dia ingin sesuatu tapi tidak tahu apa itu. 

Alleta dengan susah payah berdiri dan berjalan ke depan dengan kaki yang gemetar, namun entah apa yang menghalanginya kakinya tersandung seluruh bobot tubuhnya terlempar ke pelukan kuat seseorang. 

Axel mengerutkan keningnya saat merasakan tubuh lembut memeluknya. Dia mendorong Alleta menjauh darinya. 

"Apa yang kau lakukan?!"

"Tolong aku…."

Merasa ada yang tidak beres Axel menyalakan lampu, begitu lampu hidup dia bisa melihat rupa gadis di depannya. Wajahnya yang imut dihiasi rona merah yang tidak normal, keadaannya tampak berantakan, rambut acak-acakan, bibir terluka bahkan pakaian yang dikenakannya hampir melorot ke bawah. 

Alleta menyipitkan matanya karena silau samar-samar dia bisa melihat sosok pria di depannya. 

"Tuan… tolong aku…."rengek Alleta. Dia sangat tersiksa oleh efek obat yang ada di dalam tubuhnya. 

Tanpa berkata-kata Axel menyeret Alleta ke kamar mandi, membiarkan gadis itu berendam di bathtub dan diguyur air dingin. 

"Tetap di sini."

Axel keluar dari kamar mandi dan memanggil asistennya. 

"Dalam 10 menit saya ingin obat penghilang rangsangan dan pakaian wanita." Setelah mengatakan permintaannya Axel menutup panggilan. 

"Hah…." Helaan nafas kasar terdengar di ruangan sunyi itu. Axel berdiri di dekat jendela prancis memandang ramainya kota di malam hari. 

Ternyata gadis itu adalah perempuan yang dilihatnya di taman. 

Di kamar mandi Alleta memeluk lututnya, menangis begitu pilu. Tidak cukupkah mereka mengambil darah dan kebebasannya. Apa salahnya? Kenapa mereka memperlakukannya seperti ini. 

°°°°

"Tuan, ini barang yang Anda inginkan." Sean menaruh paper bag di atas meja. 

"Hm, kau bisa kembali."

Bukannya pergi Sean malah berdiri mematung menelisik tuannya penuh curiga. Tuan yang tidak pernah dekat dengan wanita malah membeli pakaian untuk wanita. Bahkan kakaknya sendiri tidak pernah tuan belikan. Apa sekarang pohon seribu tahun ini akan mekar. 

"Ada lagi?"tanya Axel dingin karena asistennya tak kunjung pergi. 

"Tidak ada, kalau begitu saya permisi."

"Tunggu."

"Ya, Tuan?" Sean kembali berbalik menghadap tuannya. 

"Cari tahu tentang keluarga Hunter, terutama gadis bernama Alleta,"perintah Axel. 

"Baik Tuan." Benar saja pohon seribu tahun ini akan mekar, tak lama lagi keluarga Carter akan memiliki nyonya muda. Dengan penuh semangat Sean keluar dari ruangan tuannya. 

Setelah asistennya pergi Axel membawa paper bag ke kamar mandi. 

Tok… Tok… Tok… 

"Ya?"

"Saya membawa penawar dan baju ganti untuk anda." 

Terdengar suara gemerisik di dalam tak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka setengah. Sebuah kepala kecil muncul di celah pintu dengan muka sembab. 

Dengan wajah tanpa ekspresi Axel menyodorkan paper bag di tangannya kepada gadis kecil itu. 

"Waktumu hanya 10 menit."

Terpopuler

Comments

R yuyun Saribanon

R yuyun Saribanon

keren ceritanya n masuk akal

2024-03-11

0

Yani Inaya Emerald Msi

Yani Inaya Emerald Msi

bagus cerita nya thor, semangatttt

2024-01-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!