Bab 4

10 menit kemudian, Alleta duduk berhadapan langsung dengan pria dingin yang menolongnya. Bahkan semua lukanya sudah diobati oleh dokter yang dia panggil. 

Sekarang Alleta bisa melihat rupa pria yang menyelamatkannya, alis tajam, pupil mata dingin, hidung mancung, bibir tipis dan rahang tegas. Alleta yang baru pertama kali melihat pria tampan sangat terpesona. 

Axel sedikit mengernyit melihat tampang bodoh gadis kecil di depannya. 

"Jelaskan apa yang terjadi dan kenapa kau bisa masuk ke kamar saya."

"I-itu…." Alleta perlahan mulai menjelaskan dimulai dari bagaimana keluarga menjebaknya, lolos dari pria tua menjijikkan itu dan berakhir bersembunyi di sini. 

"Aku tidak sengaja melihat pintu kamarmu terbuka sedikit, jadi aku terpaksa bersembunyi di sini,"jelas Alleta sedikit takut karena pria di depannya mengeluarkan aura kuat membuat dia tertekan. 

Wajah Axel langsung menggelap setelah mendengarkan penjelasan gadis kecil itu, ini semua karena kecerobohan asistennya yang tidak menutup rapat pintunya. Kalau saja bukan gadis ini yang masuk, mungkin musuhnya yang mengincar hidupnya. 

"Maaf karena aku sudah lancang memasuki kamarmu." Alleta dengan tulus meminta maaf pada pria itu. 

"Terima kasih sekarang aku akan segera pergi dari sini." Alleta berdiri dari duduknya, untuk terakhir kali dia membungkuk sambil mengucapkan terima kasih. 

Axel menatap punggung kesepian gadis itu yang perlahan menjauh. Katakanlah dia berdarah dingin membiarkan seorang gadis pergi di tengah malam, karena itu sudah batas toleransinya untuk membiarkan gadis itu bersembunyi di sini. 

Tak lama setelah Alleta pergi Sean datang sambil membawa berkas yang dimintanya. 

"Tuan informasi yang Anda inginkan." 

"Hm." Axel membaca semua informasi yang sudah asistennya selidiki. Bahkan semua informasinya sangat rinci.

Keluarga Hunter hanya memiliki satu orang putri, yaitu Camila hunter yang memiliki penyakit langka. Dan gadis kecil tadi hanya anak angkat yang disembunyikan keberadaannya dari publik. Semua orang hanya tau kalau keluarga Hunter memiliki anak kembar, namun salah satunya tak pernah terlihat. 

Dalam kertas ini bahkan dijelaskan bagaimana kehidupan gadis kecil itu. Selain darahnya diambil, dia dikurung di loteng dan mendapat perlakuan buruk dari keluarganya bahkan pelayan di sana sering membullynya. 

"Tuan, siapa gadis ini?"tanya Sean sedikit penasaran. Baru kali ini tuannya meminta menyelidiki seorang gadis kecil. 

"Hanya orang yang tidak penting,"balas Axel acuh tak acuh. 

"Oh…." Sean manggut-manggut berpura-pura mempercayainya. 

Sebagai asisten yang telah bekerja selama bertahun-tahun mana mungkin tidak tahu sifat tuannya. Tuannya itu lain di mulut lain di hati. 

Drrt… Drrt… Drrt….

Sean merogoh saku celananya, mengambil ponsel yang terus bergetar. Di layar ponsel terpampang nama 'Tuan Besar'. 

"Tuan, Tuan besar memanggil." Sean menyerahkan ponselnya yang langsung diterima oleh Axel. 

"Ya, Ayah."

"...."

"Aku ada di hotel."

"...."

"Hm, aku akan segera pulang." Setelah mengucapkan beberapa patah kata lagi pada ayahnya Axel menutup telpon. 

"Ayo kita kembali," Axel merapikan jasnya yang sedikit kusut lalu berjalan keluar terlebih dulu diikuti Sean. 

Namun, begitu pintu terbuka seorang pria paruh baya berpenampilan buncit berdiri bersama beberapa pengawal di depan pintu kamarnya. 

"Apa yang kau lakukan?"tanya Axel dingin. 

John tidak menyangka kalau penghuni kamar ini akan menjadi tuan Axel. Jika seperti ini dia tidak bisa menyinggungnya. 

"Ternyata Tuan Axel. Begini Tuan, saya sedang mencari gadis kecil yang bersembunyi masuk ke kamar ini, bisakah Tuan memberikannya?"

"Orang yang kau cari tidak ada di sini,"balas Axel cuek. 

"Tapi… saya lihat di CCTV gadis itu ma-"

"Tuan John, yang Tuan saya katakan benar. Tidak ada gadis kecil di ruangan ini." Sean dengan cepat menyela perkataan John. Mereka tidak punya banyak waktu lagi untuk meladeni omong kosong pria di depannya. 

"Oh… ternyata seperti itu, mungkin saya salah lihat. Tuan Axel silahkan saya tidak akan mengganggu waktu anda lagi." 

Axel melirik dingin pria itu sebelum pergi ke lantai bawah. 

"Akh… sialan gadis j****g itu!"rutuk John penuh emosi. 

°°°°

Alleta terus berjalan tanpa arah menyusuri jalan trotoar, pandangannya terus ke bawah menatap kedua kakinya yang telanjang menyentuh tanah. 

Sekarang dia tidak tahu harus kemana, dia tidak memiliki tujuan, dia tidak memiliki rumah untuk berpulang. Bahkan jika dia kembali ke keluarga itu tidak ada yang menyambutnya. 

Pada akhirnya dia tetap sendiri. Namun bedanya, dia tidak lagi terkurung di kegelapan, dia bisa melihat cahaya, dia bisa melihat langit malam yang dipenuhi bintang dan dia bisa menghirup udara segar yang penuh vitalitas. 

"Wih ada cewe nih."

Alleta menghentikan langkahnya saat melihat beberapa bayangan di tanah mengelilingi dirinya. 

"Kenapa gadis kecil sepertimu berkeliaran di tengah malam seperti ini."

"Apa kau tidak tahu? Sangat berbahaya anak gadis masih di luar rumah, apalagi ini tengah malam."

"Untungnya kau bertemu dengan kami, ayo ikut kami, kami tidak akan macam-macam kok."

"Mungkin hanya satu macam."

Alleta menyusut ketakutan, tangannya dengan kuat mencengkram gaun dengan erat. 

"A-aku tidak mau, tolong jangan ganggu aku."

"Maaf tapi kami tidak menerima penolakan darimu,"ucap salah satu pria yang mengepung Alleta. 

"Ayo ikut kami." Pria yang tadi berbicara itu menarik lengan Alleta. 

"Aku tidak mau!"teriak Alleta ketakutan sambil mencoba lepas dari pegangan pria itu. 

"Hei!" Pria kurus yang berdiri di samping Alleta menarik kuat rambut panjangnya. 

"Akh… sakit!" Alleta meringis kesakitan, kulit kepalanya terasa mau lepas akibat tarikan pria itu. Matanya yang jernih perlahan mulai berkaca-kaca.

"Aku takut siapa pun tolong aku."

"Kau hanya perlu mengikuti kita, gak usah banyak tingkah. Mengerti!" 

"Aku tidak mau!"

"Akh… dasar wanita j****g ini!" Saat pria yang menarik rambut Alleta ingin melayangkan tamparan sebuah tangan kuat meremas pergelangan tangannya. 

"Arghh… sialan siapa yang ber-" Pria itu tidak bisa melanjutkan kata-katanya saat tatapannya bertemu dengan pupil mata gelap pria jangkung itu. 

"Si-siapa kau?!"tanyanya gugup. 

Bahkan beberapa pria yang mengelilingi Alleta sangat takut dengan aura kuat yang menindas mereka. 

Axel menyapu pandangannya pada pria yang memegang tangan Alleta dan pria yang menjambak rambut gadis kecil itu. Sehingga pandangannya jatuh pada wajah kecil yang ketakutan dan meringis kesakitan. 

"Lepas tangan kalian darinya,"perintah Axel tajam. 

"A-apa?"

"Perlu saya ulangi?" Axel melirik beberapa pria itu dengan dingin. 

Beberapa orang segera melepas tangan mereka dari tubuh Alleta. Namun berbeda dengan pria kurus yang terus menjambak rambut Alleta. Bahkan tarikannya semakin kuat membuat Alleta tidak bisa menahan air matanya. 

"Jika aku tidak mau melepaskannya apa yang ingin kau lakukan, hah?"tantang pria kurus itu. 

Bugh! 

Axel memukul perut pria itu dengan kuat sampai dia tersungkur ke belakang sehingga tarikan di rambut Alleta lepas. 

"Uh… uhuk… uhuk… sialan." Pria itu terbatuk sampai mengeluarkan darah. Dapat dilihat pukulan pria itu sangat kuat, beberapa pria itu mundur ketakutan. Mereka tidak bisa memprovokasi pria itu! 

"Ini yang saya lakukan."

Terpopuler

Comments

Yani Inaya Emerald Msi

Yani Inaya Emerald Msi

semangat thor, keren ceritanya

2024-01-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!