Bab 5

"Kemarilah." Axel berkata dengan sedikit nada perintah. 

Alleta berlari mendekat, bersembunyi di balik punggung tegap Axel. Jemarinya memegang sudut jas pria itu. Alleta memandang punggung tegap di depannya, untuk pertama kali dia merasa dilindungi. 

Alleta bahkan tidak mengenal siapa pria ini, tapi dia merasa terlindungi olehnya. Bahkan orang yang disebut keluarga saja menjerumuskan dirinya ke dalam jurang kegelapan. Alleta menundukkan kepala, menatap jari-jari tangannya. 

Pria yang tersungkur itu perlahan berdiri dibantu oleh teman-temannya. 

"Sial, awas kau ya." Pria itu menunjukan Axel tanpa rasa takut lalu pergi didukung teman-temannya. 

Axel berbalik, menunduk ke bawah menatap gadis kecil yang hanya mencapai dadanya. 

"Apa yang kau lakukan di sini? Kenapa tidak pulang?"tanyanya beruntun. 

Untungnya mobil mereka melewati jalan ini, jika tidak, dia tidak tahu harus bagaimana kalau terjadi sesuatu pada gadis ini. Karena jika sesuatu menimpa gadis ini, dia akan merasa bersalah membiarkan gadis ini pergi sendirian di malam hari. 

"Aku tidak mau pulang,"gumam Alleta pelan. 

"Hah…." Axel memijat pelipisnya yang berdenyut. Kenapa juga dia harus peduli dengan gadis ini. Hanya karena gadis ini terlihat menyedihkan, hatinya sedikit tertekan tanpa alasan dan dia tidak suka dengan perasaan asing ini. 

"Ikut saya." Axel menarik Alleta menuju mobil yang terparkir di seberang. 

"Pelan-pelan kakiku sakit,"ringis Alleta, karena dia tidak memakai alas, telapak kakinya terasa sakit saat menyentuh batu-batu kasar. 

Axel melirik ke bawah pada sepasang kaki putih lembut yang tidak memakai sepatu. 

"Di mana sepatumu?"

"Sepatunya rusak jadi aku membuangnya."

Tanpa berkata apa-apa Axel langsung menggendong Alleta ala bridal style. Dengan spontan Alleta melingkarkan tangannya di leher Axel. 

"Ka-kamu, apa yang kamu lakukan? Turunkan aku, aku gak mau ikut sama kamu"teriaknya sambil memberontak, wajahnya yang putih dan imut dihiasi rona merah samar. 

"Diam." Dengan wajah tanpa ekspresi Axel memasukkan Alleta ke dalam mobilnya. 

Sean yang menyaksikan semua itu tidak bisa mengontrol wajahnya yang terkejut dan tidak percaya. Tuan yang dikenal sangat dingin dan tidak suka berdekatan dengan wanita menggendong seorang gadis yang baru ditolongnya. Bahkan tunangan tuan saja tidak mendapat perlakuan khusus seperti itu. 

"Cepat jalan,"perintah Axel. 

"Ah… iya." Sean segera menyalakan mobilnya, bergegas untuk pulang. 

"Kita mau ke mana? Aku kan sudah bilang gak mau ikut sama kamu, turunkan aku di sini." 

"Kau ingin kejadian seperti tadi terulang lagi?"

"A-aku…."

"Kau punya tempat tujuan?"

"Aku…." Alleta ingin mengangguk tapi pada akhirnya dia menggeleng pelan. Selain keluarganya, dia tidak punya tempat lain bahkan teman saja tidak punya. Menyedihkan. 

"Ta-tapi kita akan ke mana? Kau tidak akan menjualku, kan?"

"Apa tampang saya seperti penjahat?"tanya Axel sambil menunjuk wajah tampannya. 

"Iya,"ucapnya polos. 

Sean yang menyimak percakapan mereka menahan tawanya agar tidak pecah. Meski wajah tuannya sangat tampan, tapi dia jarang tersenyum dan terkesan seperti penjahat. 

Axel menatap datar gadis itu sebelum melanjutkan pekerjaannya. 

"Kau belum jawab pertanyaanku."

Tanpa mengalihkan perhatiannya dari laptop Axel menjawab, "Saya tidak akan menjualmu dan kita pulang ke rumah saya."

"Tapi kenapa kamu membantuku? Padahal kita tidak saling kenal."

Untuk pertanyaan ini dia tidak menjawab. Bahkan dia sendiri tidak tahu kenapa harus menolong gadis kecil ini. Hanya gara-gara dia terlihat menyedihkan, hatinya seperti tersentil sesuatu. 

°°°°°

Selain itu di sebuah mansion mewah, seorang pria paruh baya berumur 60 tahunan itu sedang duduk di single sofa ditemani sepasang suami istri. 

"Bocah tengik itu begitu kembali dari luar negeri bukannya pulang dia malah berkeliaran." Dengus pria tua itu kesal, yang diketahui namanya James Carter. 

"Ayah mungkin Axel ingin jalan-jalan dulu karena dia kan sudah lama tinggal di luar negeri,"ucap pria berumur 35 tahun itu yang diketahui namanya adalah Luke Carter  kakak tertua Axel. 

"Jalan-jalan apa, itu hanya alasannya saja agar tidak bertemu denganku,"ucapnya marah. 

"Atau kalau tidak Ayah istirahat saja kita bicarakan besok lagi. Inikan sudah jam 12 malam Ayah harus segera istirahat kalau tidak kesehatan Ayah akan terganggu,"saran Laura istrinya Luke dengan perhatian. 

"Kalian istirahat, Ayah akan nunggu bocah itu sebentar lagi."

Sepasang suami-istri itu tak berdaya dengan keras kepalaan ayah mereka. Tepat ketika mereka hendak memaksa sang ayah, pintu utama terbuka menampilkan seorang pria jangkung yang sedang mereka tunggu. 

"Bocah bau kemana saja kau…." Perkataan marah yang akan James lontarkan tertahan di tenggorokan tatkala tatapannya jatuh pada orang yang tengah di gendong oleh anak bungsunya. 

"K-kau siapa yang kau bawa?!"teriaknya tertahan sambil menunjuk dengan tangan bergetar karena syok. 

Luke dan Laura pun penasaran siapa yang dibawa oleh adik/adik ipar mereka. 

"Anak tunawisma,"jawab Axel acuh tak acuh. 

"Ayah kita bicarakan besok,"kata Axel cepat saat melihat ayahnya akan berbicara untuk meminta penjelasan. Setelah itu dia langsung ke lantai atas dengan Alleta yang tertidur di gendongannya. 

"Bocah bau itu!" James mengetuk kruknya ke lantai, menatap kepergian Axel dengan marah. 

"Ayah ayo kita juga istirahat,"ajak Laura. 

"Huh…."

°°°°

Pagi-pagi sekali anggota keluarga Carter berkumpul di ruang tamu. Mereka semua menatap gadis kecil yang duduk bersama sepasang suami istri.

Alleta menunduk takut saat semua tatapan tertuju padanya. Laura yang berada di dekatnya merasakan apa yang dikhawatirkan gadis kecil ini. 

"Nak, jangan takut,"ucap Laura lembut sambil mengelus rambut anak itu. 

Alleta mengangkat kepalanya saat merasakan elusan lembut di atas rambutnya. Dia menatap wanita cantik yang tersenyum hangat ke arahnya dan rasa takut di hatinya sedikit mereda. 

"Jadi, jelaskan,"perintah James pada anak bungsunya. 

Axel secara singkat menjelaskan tentang apa saja yang telah dialami Alleta bahkan tentang perlakuan keluarga angkatnya. 

Mereka yang mendengarnya sangat syok sekaligus tak percaya. Mereka tak habis pikir dengan keluarga angkat itu, apa tidak ada sedikit pun hati nurani di dalam diri mereka. 

Bahkan Alleta saja terkejut kenapa Axel bisa tahu tentang pengalaman hidupnya. Semua orang menatap Alleta dengan kasihan. 

"Kalian tidak perlu menatapku seperti itu,"gumam Alleta yang masih didengar oleh mereka. Alleta tidak suka orang mengasihaninya. 

"Jadi, apa yang akan kau lakukan terhadap gadis ini?"tanya James pada Axel

"Ayah, aku akan mengadopsinya."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!