Bab 15

Keluar dari supermarket Alleta menjinjing kresek yang berisi jajanannya, karena stok cemilan di rumah sudah habis dia langsung pergi ke supermarket terdekat.

Saat Alleta hendak masuk ke dalam mobil secara tidak sengaja sudut matanya menangkap seseorang tengah dibawa sekelompok orang ke tempat sepi. 

"Aduh tolongin jangan…,"gumam Alleta bingung sambil menggigit jarinya sesekali dia akan melihat ke supermarket di mana di sana ada kakaknya yang sedang mengantri di kasir. 

"Kalau entar kakak kembali dan aku gak ada di mobil bisa-bisa dia marah lagi, mana aku gak bawa hp."

"Ah bodo ah keselamatan orang lebih penting." Alleta langsung berlari mencari mereka ke tempat terakhir kali mereka hilang, meninggalkan kresek jajanannya di tanah. 

°°°°

Dugh! 

"Ukh… maksud lo apa, hah!"berang Valerie menatap tajam kedua mantan temannya. Dia segera berdiri seraya menepuk-nepuk debu yang menempel di celananya. 

"Maksud gue, heh. Harusnya gue yang nanya itu, maksud lo apa datang-datang nagih uang ke kita! Emang kita pernah pinjam uang lo, hah?!"hardik Sela tak terima. 

Valerie langsung tertawa mendengar perkataan konyol Sela, dia menyugarkan rambutnya ke belakang menatap sinis wanita yang berpakaian ketat itu. 

"Kalian gak nyadar selalu minjem duit ke gue dengan berbagai macam alasan. Nah sekarang kembalikan duit gue yang kalian pinjam."

"Kita gak pernah minjem duit lo!"tampik Mila. 

"Sial, kenapa dia malah ingat. Bukannya selama ini dia gak pernah nagih, tapi kenapa sekarang minta dikembalikan,"rutuk Mila di dalam hati. 

"Selama gue gak ngaku dia gak bisa berbuat apa-apa lagian gak ada bukti gue minjem duitnya,"gumam Sela dalam hati, karena menurutnya itu sudah lama

"Yakin…." Valerie tersenyum sinis melihat raut wajah mereka yang terlihat mengelak tidak mau mengaku. 

"Kalau begitu bagaimana dengan ini…." Valerie memutar rekaman audio di ponselnya dan perkataan-perkataan mereka seketika dapat terdengar jelas di gang yang sunyi dan gelap ini. 

Dulu dia terlalu bodoh dan karena kebodohannya itu dimanfaatkan oleh mereka dengan berpura-pura menjadi temannya. Dan sekarang dia sudah sadar setelah secara tidak sengaja mendengar percakapan mereka di toilet sekolah. 

Wajah mereka berubah pucat ketakutan, matanya terbelalak tak percaya. 

"Kalian pikir gue bodoh cepet balikin duit gue kalau gak lo tau kan apa yang bakal terjadi, juga kembaliin barang-barang yang pernah gue kasih." 

Mereka menggertakkan giginya saat memikirkan nominal yang sudah mereka pinjam darinya. 

"Sialan, kenapa lo itungan sama temen sendiri, lagian cuma duit segitu ikhlasin aja lo kan kaya. Dan soal barang-barang yang lo kasih itu sudah jadi milik kita, so gue gak bisa balikin,"ucap Sela tanpa rasa bersalah. 

Valerie tidak menyangka mereka akan jadi setidak tahu malu ini. 

"Kalau gak mau balikin siap-siap aja lo."

Setelah mengatakan kalimat itu Valerie hendak pergi meninggalkan tempat ini, namun jalannya diblokir oleh para pengikut mantan temannya. 

"Minggir,"usir Valerie. 

Sela memberi isyarat kepada teman-temanya yang lansung dilaksanakan oleh mereka. 

"Mau apa kalian!" Valerie mundur perlahan hingga punggungnya menyentuh tembok. 

Tanpa berbicara kedua wanita yang berada di kedua sisi Valerie mencekal lengannya. 

"Brengsek! Lepas sialan!" Valerie berusaha melepas cekalan mereka dari pergelangan tangannya, namun nihil usahanya sia-sia. 

"Ckckck Val, Val lo harusnya gak ngancem kita. Kalau bukan karena kita lo akan tetap sendiri, gak ada yang mau temenan sama anak pembunuh seperti lo,"cibir Mila. 

"Diam!"bentak Valerie. 

"Bereskan dia,"perintah Sela kepada teman-temanya. 

"Oke." 

Valerie menggigit bibir bawahnya kuat, dia bisa saja menghajar mereka satu per satu tapi bukan keroyokan seperti ini apalagi tangannya dicekal. 

"Dasar pengecut!"

Plak! 

"Berisik lo."

Bugh!

"Uhuk… uhuk… sial." Valerie menggertak gigi penuh kebencian, pupil matanya dipenuhi dendam. 

Bugh! 

"Ukh…."

Plak! 

Bugh! 

"Apa tidak papa? Bagaimana kalau dia balas dendam pada kita nanti?"tanya Mila khawatir. 

"Tenang saja, pengecut itu gak bakal balas dendam,"jawab Sela sambil mengisap rokoknya. 

"Berhenti!"  

Seketika kegiatan mereka terhenti, semua orang mengalihkan perhatiannya ke arah sumber suara, di sana berdiri seorang gadis kecil dengan piyama kelinci tersemat di tubuhnya. 

Alleta mengatur nafasnya yang terengah-engah, sulit sekali mencari keberadaan mereka. Setelah nafasnya mulai membaik dia mulai memperhatikan sekeliling. 

Dua orang wanita yang dikenalnya tengah bersandar di tembok dengan rokok di tangan mereka, sedangkan di sisi lain sekelompok wanita tengah menghajar gadis yang sudah babak belur. 

"Apa nih, pahlawan kesiangan datang lagi,"ejek Sela. 

Tidak mempedulikan ejekan Sela, Alleta perlahan melangkah mendekati Valerie. 

"Hei, kamu masih kuat, kan?"tanya Alleta. 

"Tenang aja… gue masih ku-" Sebelum perkataannya selesai Valerie sudah pingsan. 

"Yah pingsan." Tidak mau berlama lagi di sini Alleta segera menggendong Valerie di punggung kecilnya. 

"Berhenti, mau lo bawa ke mana dia?!"

"Itu bukan urusanmu!"

"Sialan! Apa yang kalian lakukan hentikan dia!"

Melihat sekelompok wanita bertubuh tinggi mengepungnya Alleta menguatkan pegangan di tubuh Valerie agar tidak jatuh. 

"Mending kalian minggir sebelum kalian menyesal."

"Ih takut…."ejek mereka lalu tertawa kencang.

Melihat mereka lengah Alleta langsung mengambil kesempatan, dia menginjak kedua kaki wanita yang menghalangi jalannya lalu berlari menuju jalan raya. 

"Kabur!"

"Aduh!"ringis kedua wanita itu kesakitan. 

"Persetan! Cepat kejar mereka!"teriak Sela marah. 

Pada saat ini, di sisi jalan yang sepi seorang gadis kecil tengah mengangkut beban di punggungnya dan di belakang segerombol wanita mengejarnya seperti zombie. 

"Berhenti!"

"Gak mau!" Alleta terus berlari tanpa henti menuju supermarket di mana kakaknya berada. 

"Kakak! Kakak!" Alleta melambaikan tangannya dengan panik begitu melihat kakaknya berdiri tidak jauh darinya dengan wajah dingin dan aura membunuh. 

Axel berjalan cepat menuju gadis kecilnya yang begitu kewalahan. 

"Apa yang terjadi?"tanyanya saat melihat gadis kecilnya dipenuhi keringat. 

"Kakak jangan marah dulu, kita harus pergi ke rumah sakit."

Axel meminta seseorang untuk mengambil alih gadis yang berada di gendongan Alleta. 

Alleta menoleh ke belakang untuk melihat apa mereka masih mengejarnya, tapi ternyata tidak di ujung jalan sekelompok wanita terdiam kaku dengan raut wajah marah terutama, Sela. 

Alleta menjulurkan lidahnya tak lupa mengacungkan kedua jari tengahnya. 

"Sialan!"desis Sela. 

"Siapa laki-laki itu?"tanya Mila sedikit penasaran dengan pria jangkung yang berdiri di samping Alleta. 

"Lo gak denger, gadis sialan itu memanggilnya Kakak,"sentak Sela. 

°°°°

Rumah sakit. 

"Dokter bagaimana keadaan teman saya,"tanya Alleta sedikit khawatir. 

"Temanmu baik-baik saja semua lukanya sudah ditangani, jadi kamu tidak perlu khawatir." Kayden tak bisa menahan tangannya yang gatal untuk menepuk kepala Alleta pelan, dia merasa gemas dengan raut wajah gadis kecil di depannya apalagi dengan penampilannya yang lucu, piyama kelinci dan sandal kecil berbulu. 

"Syukurlah." Alleta akhirnya bisa bernafas lega. 

"Ayo pulang."

"Ta-tapi…."

"Tidak ada tapi-tapi Alleta,"ucapnya penuh penekan, dia sudah sangat kesal dengan hilangnya Alleta yang tiba-tiba ditambah dokter yang dengan lancang menyentuh gadis kecilnya. 

Axel langsung saja mengangkat tubuh mungil Alleta seperti karung beras. 

"Kakak turunkan aku!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!