Bab 10

Alleta mendorong sepedanya keluar dari parkiran banyak pasang mata melihat ke arahnya, namun Alleta memilih untuk mengabaikannya. 

Pasalnya semua murid-murid di sini pulang dan pergi menggunakan mobil atau motor, ada pula yang dijemput oleh sopir pribadinya dan tidak ada yang datang menggunakan sepeda seperti itu mungkin hanya Alleta seorang. 

"Bos lihat noh murid baru itu, miskin aja belagu sok-sokan jadi penyelamat kalau bukan karena Nathan yang ngelindunginnya udah habis tuh anak,"gerutu antek Valerie yang masih tidak terima kalau mereka kalah dari murid baru itu. 

"Bos bagaimana kalau kita kerjain tuh bocah biar kapok dan gak berani lagi sama kita?"ucap antek Valerie satunya lagi. 

"Gak. Kalian gak denger apa yang dibilang Nathan? Kalau kalian ingin berurusan dengan pria gila itu silahkan, gue gak ikut-ikutan." Setelah mengatakan itu Valerie pergi meninggalkan teman-temannya. 

"Ck, dasar pengecut kalau bukan karena lo sangat berguna gak mau gue jadi antek lo,"gerutu gadis berambut panjang itu. 

"Ayo pergi,"ajak gadis itu kepada temannya. 

"Tunggu!" Mereka berhenti sejenak lalu menoleh saat mendengar teriakan di belakang. 

"Apa?"

"Kalian ingin balas dendam pada murid baru itu kan?"

Kedua gadis itu saling memandang lalu menatap gadis yang seumuran dengan tatapan waspada. 

"Itu tidak urusannya denganmu."

"Aku punya tugas untuk kalian, jika kalian mau, aku akan membayar mahal kalau nggak, itu tidak masalah."

Ketika mendengar kata bayaran mata mereka langsung berbinar. Meskipun mereka anak orang kaya, tapi uang saku yang diberikan oleh orang tua mereka tidak cukup. 

"Jadi, tugasnya apa?"

"Ikut aku."

°°°°

Alleta mengayuh sepedanya dengan pelan sambil menikmati semilir angin yang menerbangkan rambutnya. 

"Tolong ada jambret! Jambret!" 

"Hah? Jambret?"

Tanpa menunggu lama Alleta langsung mengayuh sepedanya lebih cepat kemudian berhenti tepat di samping wanita paruh baya yang tadi berteriak. 

"Kemana jambretnya?"

"Ke sana!" Wanita paruh baya itu menunjuk ke arah jambret itu berlari. 

"Oke." Dengan kekuatan penuh Alleta mengayuh pedal sepedanya menyusul pencopet itu. 

Tidak jauh di depannya dua orang pria berlari sambil membawa tas wanita diikuti beberapa warga yang mengejarnya. 

"Berhenti kalian!"teriak Alleta. 

Kedua pria itu menoleh ke belakang tanpa mengurangi kecepatan lari mereka dan melihat seorang gadis kecil mengejar mereka menggunakan sepeda. 

"Sial!"

Melihat mereka tidak mau berhenti Alleta mengambil tasnya di keranjang, memutar-mutarnya di udara lalu dilemparkan ke arah mereka. 

"Rasain nih!" Dan dengan bidikan yang sempurna tas itu berhasil mengenai salah satu pencopet hingga tersungkur. 

"Aduh!"ringis pria itu yang terkena lemparan itu. 

"Sialan!" Pria satunya lagi menggertakkan gigi sambil membantu temannya yang terjatuh. 

Sebelum kedua pencopet itu kabur Alleta sudah sampai di depan mereka menghadang jalannya. 

"Mau kabur kemana kalian, kembalikan tas ibu itu."

"Gak! Minggir lo kalau gak gue hajar,"ancam pria yang tadi membantu temannya.

"Kembalikan tas ibu itu dulu baru aku minggir,"ucap Alleta dengan gigih. 

"Bacot!" Dengan ganas pria itu berlari menuju Alleta berniat menangkapnya, namun dengan reflek yang cepat Alleta langsung berjongkok mengambil segenggam tanah lalu melemparnya ke muka pria itu hingga mengenai matanya. 

"Akhh!"jerit pria itu. 

Mengambil kesempatan dari pria itu Alleta langsung menendang aset berharganya. 

"Ukh… sial! Dasar gadis sialan!"jeritnya kesakitan sambil menutup aset berharganya. 

Alleta menarik kerah pria lainnya yang hendak kabur membawa tas itu lalu menendang kedua lututnya hingga berlutut di tanah. 

"Akh…!"

Alleta langsung merebut tas itu darinya tidak lupa menginjak masa depannya dengan kejam. 

"Arghh!"jerit pria itu sambil berguling-guling di tanah. 

"Huh itulah akibatnya makannya cari kerja yang halal bukan malah mencopet."

Tak lama kemudian para warga yang tadi mengejar sudah datang. 

"Pak tolong panggil polisi untuk menangkap mereka,"ucap Alleta kepada warga. 

"Saya sudah memanggilnya, neng kasih saja tas itu pada pemiliknya. Kami akan mengurus para pencopet ini."

"Kalau begitu terima kasih."

Alleta kembali mengendarai sepedanya menuju tempat ibu itu berada. 

"Ibu, ini tas milik ibu." Alleta menyerahkan tas di tangannya kepada pemilik. 

"Terima kasih nak, jika bukan karena kamu mungkin tas ibu tidak akan kembali,"ucap wanita paruh baya dengan penuh rasa syukur. Karena di dalam tas ini ada kartu Identitas dan barang berharganya. 

"Oh iya tunggu sebentar." Wanita paruh baya itu mengeluarkan cek dari dalam tas lalu menyerahkannya pada Alleta. 

"Ini tolong diterima sebagai ucapan terima kasih,"ucap wanita itu lembut. 

Mata bulat Alleta membelalak terkejut saat melihat nominal di cek itu, 50 juta. Dia buru-buru mendorong cek itu. 

"Ti-tidak perlu, saya tidak membutuhkannya saya ikhlas kok membantu ibu. Ibu simpan saja uangnya,"tolak Alleta halus. 

Amelia merasa tersentuh oleh kebaikan gadis kecil di depannya. Di zaman sekarang jarang sekali ada orang baik seperti gadis kecil ini. 

"Lain kali ibu harus lebih berhati-hati ke depannya, takut kejadian ini akan terulang lagi,"pesan Alleta. 

"Emm… saya akan lebih berhati-hati."

"Kalau boleh tahu siapa namamu?"tanya Amelia lembut. 

"Namaku…" Perkataan Alleta terhenti kala suara dering ponsel menyela perkataannya. 

"Maaf,"ucap Alleta merasa tidak enak. 

"Tidak papa, jawab dulu teleponnya siapa tau penting."

Alleta kemudian menjawab telepon dari kakaknya. 

"Kakak."

"..."

"Aku masih di jalan ini sebentar lagi mau pulang kok."

"..."

"Iya, bye." Alleta menutup teleponnya lalu memasukkan ponsel ke dalam saku. 

"Maaf saya harus segera pulang, ibu tidak papa ditinggal sendiri di sini?"tanya Alleta sedikit khawatir. 

"Tidak papa sebentar lagi juga anak saya akan datang ke sini." Tepat setelah ucapannya selesai sebuah mobil sport putih berhenti di depan mereka. 

Seorang pria muda keluar dari mobil dengan penampilan biasa, hanya memakai celana olahraga dan sweater. 

"Mommy are you okay, tidak ada yang terluka, kan?"tanya Austin dengan raut wajah khawatir yang sangat kentara terpampang di wajah tampannya. 

"Mommy baik-baik saja, untungnya ada gadis ini yang membantu Mommy,"ucapnya sambil menunjuk Alleta. 

Austin mengalihkan perhatian pada gadis yang berdiri di samping ibunya, ketika melihat wajah gadis itu Austin tertegun sejenak. 

Alleta sedikit tidak nyaman saat ditatap seperti itu dan langsung berpamitan, " Kalau begitu saya permisi dulu."

"Oh iya, terima kasih Nak, jika ada kesempatan lagi saya akan mentraktirmu."

Alleta tersenyum lembut sebagai tanggapan, dia menaiki sepedanya dan kembali melanjutkan perjalanan pulang. 

"Nak ada apa?"tanya Amelia saat melihat putranya masih terus memandang kepergian Alleta. 

"Hah? Oh tidak papa, ayo Mom kita pulang." Austin menuntun ibunya masuk ke dalam mobil. 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!