Bab 9

"Perhatian semuanya hari ini kelas kita kedatangan murid baru, Nak silahkan perkenalkan dirimu,"ucap guru wanita itu. 

"Halo semuanya perkenalkan nama saya Alleta Queenara, kalian bisa memanggilku Alleta,"ujar Alleta diiringi senyum manis yang membuat semua siswa semakin ricuh. 

"Gila-gila cantik banget cok."

"Ho'oh lebih cantik daripada Sienna."

"Aduh ini mah bidadari nyasar."

"Duh dedek emesh mau ikut abang gak."

"Gila lo mana mau dia ikut sama lo."

"Ya siapa tau."

"Oke diam semuanya!"teriak guru wanita itu dan seketika suasana kelas langsung hening kembali. 

"Nah Alleta kamu bisa duduk bersama Anna." Guru wanita itu menunjuk bangku kosong di baris ketiga, jajaran kedua. 

Setelah mengucapkan terima kasih Alleta langsung turun dari podium dan duduk di kursinya. 

"Kita lanjutkan pembelajaran kemarin."

°°°°

Kring… kring… kring. 

Pembelajaran telah usai, semua siswa berhamburan keluar kelas masing-masing untuk pergi ke kantin. Alleta membereskan semua buku-buku yang berserakan di atas meja ke dalam tasnya. 

Anna sesekali melirik teman sebangkunya, mulutnya terbuka tertutup seolah ingin mengatakan sesuatu. 

Dan Alleta yang peka langsung berkata, "Aku tidak tahu tata letak sekolah ini, bisakah kamu memperkenalkannya sekalian kita pergi ke kantin?" 

"Bo-boleh,"jawab Anna gugup. 

"Ayo." Alleta menarik tangan dingin Anna, saat mereka setengah jalan terdengar suara ribut di depan mereka. 

Tiga gadis dengan penampilan berantakan berjalan masuk, dua gadis berpenampilan biasa menghadang mereka. Dan tanpa memperhatikan Alleta dua gadis itu mengelilingi Anna yang gemetar ketakutan. 

"Hei culun lo mau ke kantin kan? Beliin gue minum pake duit lo,"ucap gadis berambut pendek. 

"Jangan lupa makanannya, oke,"sambung gadis berambut panjang sambil menepuk pipi Anna. 

"Bos mau nitip gak?"tanya gadis berambut pendek pada gadis yang duduk di atas meja sambil memainkan ponselnya. 

"Boleh deh gue mau minuman soda,"ucap gadis itu tanpa mengalihkan perhatiannya dari ponsel. 

"Nah lo dengarkan sana pergi jangan pake lama kalau gak gue habisi lo,"ancam gadis berambut panjang itu. 

"I-iya,"jawab Anna takut. 

Saat Anna hendak pergi pergelangan tangannya dicekal oleh tangan lembut seseorang. Alleta menarik Anna ke belakangnya. 

"A-Alleta,"gumam Anna lirih. 

"Maaf ya kakak-kakak, tapi Anna masih ada urusan dengan saya kalau kakak-kakak ingin beli makanan silahkan jalan sendiri kaki kakak kan masih utuh kecuali lumpuh kami pasti akan membantu,"ucap Alleta lembut namun sangat menusuk. 

Bahkan murid-murid yang belum keluar kelas menghentikan kegiatan mereka dan menyaksikan tontonan gratis di depannya. Sampai-sampai murid yang ada di luar kelas sangat penasaran dan menempelkan wajah mereka di jendela kaca. 

"Gila murid baru itu sangat berani nantang geng Valerie."

"Gue yakin setelah ini murid baru itu akan jadi target bully mereka."

"Kasihan sekali baru juga masuk sekolah udah jadi target mereka."

"Lo! Lo gak tau siapa kita, hah?"teriak gadis berambut pendek. 

"Gak tau dan gak mau tau,"jawab Alleta acuh tak acuh. 

"Lo!"

"Ayo." Tanpa menghiraukan mereka Alleta segera menarik Anna keluar dari kelas. 

"Tunggu!" Valerie turun dari meja dan berdiri di hadapan Alleta. Pupil matanya yang berwarna abu mengamati gadis kecil dari atas ke bawah yang bahkan tingginya hanya mencapai bahunya. 

"Lo murid baru?"

"Iya, kenapa?" 

"Ck, pantas saja, lo mau jadi pahlawan kesiangan hah?"

"Gak. Sudah ya kak, kami tidak punya waktu lagi,"ucap Alleta sedikit tidak sabar, perutnya sudah keroncongan sedari tadi. 

"Sialan! Apa yang kalian lakukan hentikan gadis itu!"teriak Valerie pada antek-anteknya. 

Sedangkan di luar, Camila menatap penuh kebencian pada gadis yang sedang dikepung oleh antek-antek Valerie. 

Setelah menghilang selama 1 tahun gadis jalang itu sudah kembali. Camila semakin cemburu saat melihat penampilan Alleta yang jauh lebih cantik darinya. 

"Sialan kau seharusnya lebih rendah dariku Alleta! Siapa yang mengizinkanmu melampaui diriku, kau seharusnya hidup seperti dulu, seperti tikus mati yang bersembunyi di dalam got." Pikirnya seraya mengepalkan tinju penuh kebencian. 

"Ayo pergi tidak ada gunanya kita di sini,"ajak Camila pada temannya. 

"Hah, oke." 

Setelah mendengar gosip dari teman-temannya tentang murid baru melawan geng Valerie. Nathan berlari terbirit-birit menuju kelas Alleta tanpa mempedulikan tatapan aneh dari semua murid. 

"Duh dasar bocil baru sehari aja udah buat masalah. Bisa gawat nih kalau gua telat, bisa-bisa entar gue dimarahin satu keluarga."

Begitu sampai di depan kelas Nathan menerobos masuk ke dalam yang kebetulan melihat adegan salah satu antek Valerie mengangkat tangannya berniat untuk menampar Alleta. 

Pupil matanya menyusut ketakutan dan dengan gerakan cepat Nathan sudah tiba di hadapan Alleta. 

Plak! 

Seketika keadaan menjadi hening mereka menyaksikan pria yang melindungi gadis kecil itu ditampar oleh antek Valerie. 

"Hiss… sial,"gumam Nathan saat pipinya terasa panas dan perih akibat tamparan itu. 

"L-lo, gu-gue gak sengaja." Tangan antek itu gemetar ketakutan setelah tahu siapa yang dia tampar. 

Nathan salah satu pemuda yang tidak bisa diusik oleh mereka setelah Austin. 

Nathan memberi pelototan tajam sebelum berbalik untuk melihat keadaan Alleta. 

"Lo gak papa kan cil gak ada yang terluka kan?"tanya Nathan beruntun. 

Bukannya menjawab, fokus Alleta malah pada pipi sebelah Nathan yang memerah. Karena melindungi dirinya Nathan yang malah terkena imbas. 

Pupil mata gelap Alleta sangat dingin, dia menatap geng Valerie dengan niat membunuh. Meskipun dia dan Nathan tidak akur, namun tidak ada yang boleh menyakiti keluarganya. 

"Kau!"desis Alleta tajam. 

Mereka mundur ketakutan saat ditatap oleh sepasang mata tajam. 

Sebelum lepas kendali Nathan sudah menyeret Alleta keluar dari kelas. 

"Woi siapapun yang berani ganggu Alleta kalian akan berhadapan langsung sama gue,"peringat Nathan sebelum menghilang. 

Setelah kepergian mereka, keadaan kelas langsung ricuh. 

"Gila, gila siapa sebenarnya murid baru itu."

"Habislah, berani sekali geng Valerie nampar pria itu."

"Ngomong-ngomong ada hubungan apa murid baru dengan Nathan."

Salah satu antek Valerie yang menampar Nathan terduduk lemas, wajahnya pucat pasi, tubuhnya gemetar ketakutan. 

"B-Bos bagaimana ini?"ujarnya kebingungan. 

Valerie menggigit kuku jarinya, sial dia tidak tahu kalau murid baru itu saling kenal dengan Nathan, salah satu pria yang tidak boleh diusik. 

°°°°°

Di ruang UKS. 

"Aduh, aduh pelan-pelan bocil,"ringis Nathan berpura-pura kesakitan. 

"Lebay, lagian kenapa kamu ngelindungin aku, aku bisa jaga diri kok."

"Karena gue gak mau dimarahin sama satu keluarga, ya."

"Lagian badan lo kan kecil bisa gawat nanti."

"Kamu ngeremehin aku?"tanya Alleta sambil mengepalkan tinju kecilnya. 

"Iya, gimana dong?"ledek Nathan dengan senyum konyolnya. 

"Rasain nih." Alleta menekan-nekan kompres dingin di pipi Nathan. 

"Aduh sakit gila!"

"A-anu i-itu maaf gara-gara aku kalian terluka,"ucap Anna gugup menyela pertengkaran mereka. 

Alleta melempar kompres dingin ke wajah Nathan lalu berjalan menuju Anna.

"Ini bukan salah kamu kok, itu salah mereka ayo ke kantin sebelum bel masuk." Alleta menarik Anna keluar dari ruang UKS meninggalkan Nathan sendiri.

"Bocil!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!