Bab 16

Axel melempar tubuh mungil Alleta ke atas kasur miliknya kemudian menggulung lengan kemeja sampai siku hingga memperlihatkan urat-uratnya yang menonjol. 

"Kakak, Kakak aku minta maaf…." Alleta beringsut mundur ketakutan, namun pergelangan kakinya dicekal oleh sepasang tangan besar lalu diseret maju. 

Axel menindih tubuh mungil Alleta di bawah kungkungannya, tangannya yang bebas membelai wajah cantik gadis kecilnya. 

"Menurutmu hukuman apa yang pantas untuk gadis nakal sepertimu, hm?" Di tengah malam yang sunyi ini suaranya yang rendah dan magnetis begitu menggoda membuat jantung Alleta berdegup kencang. 

"A-aku…."

"Kau tahu betapa khawatirnya Kakak saat kamu tidak ada di mobil hm,"lanjut Axel dengan tatapan yang dalam seperti dasar jurang. 

"A-aku minta maaf saat itu aku tidak sempat memberitahu Kakak, maaf Kakak maafin aku, kan?"tanya Alleta antisipasi. 

"Hah… jangan lakukan itu lagi." Axel menjatuhkan kepalanya di pundak Alleta, menghirup rakus aroma gadis kecilnya. 

"Emm… aku janji hal itu gak akan terjadi lagi,"tegas Alleta. 

"Jadi, bisakah kakak melepaskanku aku ingin kembali ke kamar."

"Siapa yang menyuruhmu untuk kembali? Tetap di sini." Axel semakin mengeratkan pelukannya, tidak membiarkan Alleta lolos dari cengkramannya. 

"Hah? Ta-tapi bukannya Kakak sudah maafin aku?"

"Kata siapa? Engga tuh. Dan sebagai hukumannya kamu tidur di sini bersama Kakak."

"Apa! Gak mau aku mau kembali ke kamar,"ucapnya panik sambil berusaha melepas tangan baja yang melilit pinggangnya.

Cup. 

Mendadak tubuh Alleta membeku saat merasakan sentuhan lembut dan lembab di lehernya. 

"Ka-kakak menciumku?!" Batinya tak percaya sekaligus syok. Sudah pasti sekarang wajahnya seperti kepiting rebus. 

Axel tersenyum puas dengan reaksi Alleta yang tak lagi memberontak, dia kemudian membawa tubuh mungil Alleta ke pelukannya. 

"Apa kakak harus menciummu dulu supaya kamu berhenti memberontak, hm?"

"Aku… tidak…."

"Oke berhenti protes, sekarang waktunya tidur." Axel menyandarkan kepala Alleta di dada bidangnya dan membiarkan lengannya sebagai bantalan. 

Alleta  bisa mendengar detak jantung kakaknya yang berdegup kencang seperti miliknya. 

"Tapi… ini sangat tidak pantas bagaimana kalau diketahui semua orang?"tanya Alleta khawatir dan takut, dia tidak ingin semua orang di sini salah paham terhadapnya. 

"Tidak ada yang perlu kau khawatirkan, tidur sekarang atau  kakak tidurkan?"tanya Axel sedikit menggodanya. 

"Aku akan tidur sekarang,"ujarnya cepat. 

"Good girl."

°°°°

Kayden melangkahkan kaki panjangnya masuk ke dalam rumah yang sudah gelap gulita. Meski tidak ada penerangan hal itu tidak menjadi hambatan baginya untuk terus berjalan dengan mantap menuju kamarnya. 

Namun, saat melewati ruang kerja langkahnya terhenti ketika melihat lampu di dalam masih menyala. 

"Apa Daddy masih belum tidur?"gumamnya lalu melihat arloji yang menunjukkan pukul 01.00 tengah malam. 

Tok! Tok! Tok! 

"Masuk."

Kayden langsung masuk setelah mendapat instruksi dari ayahnya. Bisa di lihat di kursi kebesaran seorang pria paruh baya yang masih terlihat gagah dan tampan duduk termenung di sana. 

"Oh ternyata kamu, apa operasinya berjalan lancar?"tanya Jayden kepada putera keduanya. 

Jayden Parker, kepala keluarga Parker sekaligus CEO dari perusahaan besar di dunia dengan cabang yang ada di mana-mana. 

"Yah semuanya berjalan baik,"jawab Kayden lalu duduk di sofa dengan kaki yang disilangkan. 

"Kenapa Daddy masih belum tidur jam segini? Apa pencariannya masih belum ada titik terang?"

"Belum, pelaku yang melakukan itu juga masih belum ditemukan. Daddy tidak tahu keberadaan putri kecil Daddy di mana, semoga saja dia baik-baik saja dan dalam keadaan aman."

"Aku harap." Meski masih belum ada petunjuk mereka tidak mudah menyerah dan terus bekerja keras untuk menemukan kembali putri kecil keluarga Parker. 

Setahun yang lalu sejak kecelakaan yang menimpa Sienna, mereka baru mengetahui fakta kalau ternyata putri yang mereka besarkan dengan hati-hati dan dijaga seperti permata bukanlah putri kandung sebenarnya. 

Dan hal itu mampu membuat mereka terkejut dan tercengang terutama Amelia. Amelia tidak bisa mempercayai kalau selama ini dia telah mengurus anak yang bukan milik mereka sendiri. 

Dan semenjak itu mereka melakukan pencarian besar-besaran untuk menemukan kembali putri mereka, namun sampai sekarang mereka masih belum menemukannya. 

"Kalau begitu kita akan melanjutkannya besok, Daddy harus segera istirahat jika terus begadang seperti ini itu tidak baik bagi kesehatanmu dan akan memperngaruhi kinerja kita untuk menemukannya,"nasihat Kayden. Sebagai dokter dia sangat memperhatikan kesehatan keluarganya. 

"Yah Daddy akan istirahat."

°°°°

Keesokan harinya, kediaman Hunter. 

Sophia merasa bingung dengan perilaku putrinya yang sering linglung. 

"Nak, ada apa?"tanya Sophia lembut, namun mampu mengejutkan Camila yang sedang termenung memikirkan  perkataan Alleta kemarin. 

"Hah apa Bu?"

"Kamu kenapa? Ada apa?" Sophia bertanya lagi kepada putrinya. 

"Aku ingin tahu sebenarnya Alleta tidak kabur, kan?"

Ketika nama gadis itu disebut wajah Sophia berubah muram. 

"Kenapa kau menanyakan gadis itu?"

"Aku ingin tahu, Bu jawab aku?"desak Camila. 

"Tidak, dia tidak kabur, tapi diadopsi,"jawabnya cuek. 

"Diadopsi? Diadopsi oleh siapa?"

"Keluarga Carter."

"Apa!" Camila menutup mulutnya tak percaya, ternyata gadis sialan itu diadopsi oleh keluarga yang lebih kaya darinya! 

"Apa kekayaan yang kita miliki juga berkat dia diadopsi?"

"Siapa yang mengatakan itu padamu?" Kali ini bukan Sophia yang bertanya melainkan Nolan yang baru saja masuk ke ruang makan. 

"Ayah…."

"Jawab pertanyaan Ayah, siapa?"

"A-Alleta."

"Apa! Apa kau bertemu dengannya? Apa kau membuat masalah dengannya?"

"I-itu…." Camila sedikit gugup dengan reaksi ayahnya yang berlebihan. 

"Jawab!"teriak Nolan tidak sabar. 

"Kenapa kau membentaknya!"teriak Sophia tak kalah tajam. Dia tidak terima putrinya dibentak seperti itu apalagi gara-gara gadis murahan itu. 

"Tidak ada hal baik jika bersangkutan dengan gadis itu."

"A-aku tidak melakukan apa pun padanya." Camila menunduk takut tidak berani melihatnya, terutama takut kalau ayahnya tahu dia sedang berbohong. 

"Bagus, jika kamu berani membuat masalah padanya lihat apa yang akan Ayah lakukan padamu. Kalau kamu bertemu dengannya carilah jalan memutar atau sebisa mungkin jangan bertemu dengannya, mengerti?"

"Iya,"lirihnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!