Bab 19

"Loh Sabrina kapan kamu kembali? Kenapa gak bilang-bilang?"tanya Amelia begitu terkejut dengan kehadiran ponakannya yang jarang ditemui.

"Aku baru kembali tadi pagi, aku sengaja gak bilang sama ibu biar jadi kejutan,"balas Sabrina. 

"Oh begitu, tapi kenapa kamu bisa bareng Kayden?"

"Ah… itu… aku mampir dulu ke sini untuk makan dan tidak sengaja bertemu sepupu, jadi aku ikut ke sini. Sopirku tidak bisa jemput, Bibi aku bolehkan ikut pulang bareng Bibi?"tanyanya sedikit berbohong. Tidak mungkinkan dia mengatakan kalau ditinggalkan oleh tunangannya sendiri, mau ditaruh di mana mukanya. 

"Sialan! Siapa sih gadis itu bisa-bisanya merebut tunanganku."

"Em… tapi mobilnya su-"

"Boleh! Kakak boleh ikut kok, ayo masuk." Sienna menyela perkataan ibunya lebih dulu. Dengan begitu gadis itu tidak bisa masuk ke dalam mobilnya. 

"Sienna!"peringat Amelia tajam. Dia tidak bermaksud menolak permintaan Sabrina, tapi bagaimana dengan Alleta. Masa gadis kecil itu harus pulang sendiri, sedangkan dia yang mengajak tidak bertanggung jawab. 

"Kenapa? Mommy, Kak Sabrina kan keluarga kita, sedangkan gadis itu orang asing. Masa kita harus menelantarkan kak Sabrina demi orang asing,"ketus Sienna. 

"Nak di mana Alleta? Apa dia masih di kamar mandi?"tanya Amelia pada putranya. Tidak ingin lagi memperdulikan perkataan putrinya. Entah sejak kapan putri yang selalu bersikap lembut menjadi seperti ini. 

"Alleta sudah pulang lebih dulu, dia menitip pesan pada Mommy katanya terima kasih sudah mentraktirnya,"jawab Kayden. 

"Oh gitu…, "ucap Amelia sedikit kecewa. Dia sebenarnya ingin sedikit lebih lama bersama gadis itu, rasanya seperti ada sesuatu yang hilang di lubuk hatinya. 

°°°°

"Kakak sakit… aku mohon lepasin aku,"ringis Alleta sambil berusaha melepaskan cekalan Axel yang memegang pergelangan tangannya dengan kuat. Matanya perlahan mulai berkaca-kaca. Baru kali ini dia melihat kakaknya semarah itu, Alleta bahkan tidak tahu alasan kenapa kakaknya bisa semarah ini. 

Seolah tuli Axel terus menarik tangan Alleta menuju mobil. Pada saat ini perasaannya diliputi amarah yang memuncak, memikirkan bagaimana Alleta keluar dari toilet bersama pria lain membuat dia tidak bisa berpikir secara rasional. Rasa kesal, marah dan cemburu bercampur menjadi satu. 

Entah sejak kapan perasaan ini menghantuinya. Setiap kali Alleta berdekatan dengan pria lain ada rasa tak terima di dalam hatinya seolah barang berharga miliknya akan direbut oleh orang lain. Rasa kepemilikan dan posesif yang tinggi membuat dia selalu berpikir untuk membawa Alleta jauh dari semua orang, membuatkan istana untuknya di mana hanya mereka berdua saja tinggal. 

Axel langsung memasukkan Alleta ke dalam mobil, memakaikan seatbelt untuknya lalu pergi ke kursi kemudi. 

Segera mobil hitam itu melesat meninggalkan restoran. Sepanjang perjalanan Alleta terus memejamkan mata dengan air yang berlinang, tangan yang memegang seatbelt bergetar ketakutan. 

"Bunda…,"lirih Alleta. 

Dengan kecepatan tinggi Axel menjalankan mobilnya menuju mansion dan tak butuh waktu lama mereka sudah sampai. Alleta langsung membuka pintu mobil, namun pintunya terkunci secara otomatis. 

"Kakak… akh!" 

Axel memojokkan Alleta ke jendela, menatap wajahnya secara intens dengan pupil matanya yang dingin dan berbahaya. 

"Apa yang kau lakukan bersamanya, hm?" Axel bertanya dengan suara rendah dan serak membuat bulu kuduk Alleta berdiri. 

"A-apa…?"

"Aku tanya sekali lagi apa yang kalian lakukan Alleta?!"tanyanya dengan penuh penekanan. 

"A-aku tidak melakukan apa-"

"Bohong!"sentak Axel sambil mencengkram kedua bahu Alleta dengan kuat. 

"Aku benar-benar tidak melakukan apa pun!"teriak Alleta secara spontan bersamaan dengan air mata yang terus berjatuhan. Alleta berusaha mati-matian menahan rasa takut di dalam hatinya. 

"Heh apa menurutmu aku bodoh? Seorang pria dan wanita keluar dari toilet secara bersamaan, menurutmu apa yang akan orang lain pikirkan jika melihatnya?"

 Alleta menggigit bibir bawahnya kuat ketika mendengar perkataan yang menyudutkan dirinya. Apa menurutnya dia semurah itu. 

"Hanya demi menemui pria itu kamu berani bolos sekolah?"ujarnya seraya tersenyum sinis. 

"Aku gak bolos, itu karena sek-"

"Tugasmu hanya belajar dan belajar, Alleta. Kau harusnya sadar diri,"ucap Axel tanpa sadar. 

Deg. 

Seketika tubuhnya membeku, Alleta tidak percaya kakaknya akan berkata seperti itu. Ya dia sadar tanpa bantuan darinya dia tidak akan bisa seperti ini, bisa bersekolah, mendapat kasih sayang dan hidup dengan bebas dan aman tanpa khawatir kelaparan dan ketakutan.  

Axel tiba-tiba tersadar, dia kemudian menatap Alleta dengan panik. Karena rasa cemburu membuat dia kehilangan akal dan tanpa mendengar penjelasan darinya dia langsung berkata seperti itu. 

"Ka-Kakak tidak bermaksud seperti itu…."

"Aku tau aku akan belajar dengan giat, jadi tolong buka pintunya…"lirih Alleta dengan bibir bergetar. Cairan bening mulai menggenang di pelupuk matanya,  Alleta berusaha menahan  air matanya yang akan jatuh. 

"Sayang…."

"Kakak aku mohon… hiks…." Alleta buru-buru menutup mulutnya yang akan mengeluarkan isak tangis. 

Axel tidak punya pilihan lain selain membuka kunci untuknya. Rasa bersalah dan penyesalan menyelimuti hatinya. Alleta langsung keluar dan berlari masuk ke dalam rumah yang gelap gulita. 

"Kejutan!"  

Suasana yang tadi gelap menjadi terang, di ruang keluarga orang tua yang seharusnya berada di luar negeri berdiri di hadapannya bersama bibi Elen dan Nathan. 

"Apa kamu terkejut? Bunda sengaja gak bilang-bilang sama kamu biar jadi surprise,"ujar Laura dengan senyum lembutnya. 

"Iya saking terkejutnya dia mau nangis,"ujar Nathan bermaksud bercanda. Dia tidak tahu kalau Alleta nangis bukan karena terkejut. 

"Loh sayang jangan nangis,"ujar Laura panik. 

Alleta langsung berhambur ke pelukan hangat ibunya, air mata yang sedari tadi ia tahan seketika pecah. Tangisan yang menyayat hati terdengar di ruangan itu. Axel yang baru menapakkan kaki di pintu seketika berhenti. 

Atensinya mengarah pada keempat orang khawatir dan berusaha menenangkan tangisan gadis kecil itu.

"Baby girl ada apa cerita sama Bibi."

"Sayang kenapa? Apa ada yang menyakitimu? Jangan nangis Bunda  akan merasa sedih jika kamu seperti ini." Laura mengusap punggung kecil Alleta yang bergetar. 

"Bibi lihat pergelangan tangannya biru dan bengkak,"celetuk Nathan sambil mengangkat tangan Alleta, memperlihatkan pergelangan tangan Alleta yang terluka kepada mereka. 

Seketika semua perhatian tertuju pada lengan Alleta tak terkecuali Axel yang langsung bergegas ke arah mereka dan mengambil alih tangan Alleta. 

"Bajingan mana yang berani menyakiti putriku!"teriak Luke yang tidak bisa menahan emosinya. 

"Sial jika aku tahu siapa bajingan itu, lihat saja aku akan menghajarnya sampai menjadi bubur,"gerutu Elena. 

"Panggil dokter!"perintah Axel pada Nathan. 

Alleta menarik tangannya dari genggaman Axel lalu bersembunyi di belakang Laura. 

"Sayang…?"

"Bunda aku ingin ke kamar."

Terpopuler

Comments

Kavina

Kavina

Axel kl lagi cemburu buta serem bgt kasian Alleta 🥺

2023-12-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!