Who Am I....????
Seorang gadis mungil tampak kesusahan berjalan di tengah angin kencang, dan udara dingin yang tiba-tiba menerpa tubuh kecilnya. Kedua tangan gadis itu bersedekap untuk menahan dingin, namun baru saja berjalan beberapa langkah, tiba-tiba angin dingin kembali terbang ke arahnya. Sesaat gadis itu terhenti, untuk mempertahankan keseimbangan tubuhnya, dan perlahan tangannya mengusap kedua mata untuk mengurangi kabut yang masuk ke matanya.
“Aku tidak bisa terus bertahan seperti ini, sepertinya harus menepi dulu, dan harus mencari tempat untuk berteduh sementara.” Sambil menutup matanya yang terasa pedas, gadis itu berusaha mencari jalan ke pinggir. Namun tiba-tiba...
“Minggir… tuan muda akan lewat…” terdengar teriakan dari arah depannya.
Tapi dengan mata yang masih terpejam menahan pedih, dan angin kencang yang masih menderu, gadis itu tidak sempat memperhatikan jalan di depannya dengan baik. Tiba-tiba…
“Brukk…” gadis itu berhenti karena merasa menabrak sesuatu. Ada rasa hangat menjalar di depannya, yang perlahan menyebar ke seluruh tubuhnya…
Perlahan gadis bernama Karen itu membuka satu matanya. Dengan satu mata terbuka, Karen mendongak ke atas, dan betapa terkejutnya gadis itu karena melihat ada laki-laki tampan, tepat berdiri di depannya. Laki-laki itu adalah Tuan Muda Raymond, generasi penerus salah satu pengusaha terkenal di Hongkong. Dalam keseharian, laki-laki itu terkenal dingin dan arogan. Dan saat ini tanpa sengaja Karen telah menabrak laki-laki itu.
“Apakah kamu tidak mendengar apa yang dikatakan pengawalku..” suara dingin seakan menambah hawa dingin, terasa menyerbu ke tubuh Karen. Gadis itu memundurkan langkah kakinya perlahan.
“Maaf.., maaf aku tidak sengaja. Mataku pedih, dan tidak bisa melihat dengan jelas. Maafkan aku.., please..!” Karen berusaha menghindarkan diri dari masalah, karena tidak mau menambah musuh, sedangkan angin masih bertiup kencang. Gadis itu segera melangkahkan kakinya menuju ke trotoar.
“Hempphh… apakah itu bukan hanya akal bulusmu saja, agar bisa mendekati tuan muda. Bukan hanya kamu, banyak gadis yang selalu berkamuflase untuk mendekat dengan tuan muda. Dan kali ini adalah kamu.., kita sudah terlalu familiar dengan tipuan murah seperti itu..” tidak diduga, ketika Karen sudah berusaha untuk menjauh, salah satu pengawal laki-laki muda itu berbicara dengan nada bicara yang terdengar merendahkan.
Karen menghentikan langkahnya sejenak, kemudian menoleh ke arah laki-laki itu dan orang-orang yang bersamanya. Kali ini Karen bisa melihatnya dengan jelas.
„Gila... tampan sekali orang itu. ” Karen terperangah melihat ketampanan laki-laki itu, sejenak gadis itu agak terkejut. Namun dengan cepat Karen tersadar, gadis itu berusaha untuk menetralisir dirinya.
„Aku sudah minta maaf, apakah kalian tidak mendengarnya. Janganlah sombong seperti itu..., banyak orang berwajah tampan di dunia ini. Tapi baru kali ini, aku melihat orang yang sombong, sama sekali tidak ada empatinya.” dengan judes, Karen mengucapkan kata-kata balasan atas ucapan pengawal laki-laki tampan itu.
Tampak beberapa pengawal yang berada di belakang laki-laki itu akan mendekati Karen, namun laki-laki itu mengangkat tangannya ke atas, memberi isyarat agar mereka tidak melanjutkan perselisihan itu. Laki-laki itu tanpa bicara, hanya menatap Karen dengan tatapan dingin, tapi kemudian berjalan meninggalkan gadis itu. Pengawal yang bersamanya, mengikuti anak muda itu. Gadis itu mengambil nafas lega.
“Mimpi apa aku semalam, bisa-bisanya bertemu dengan laki-laki sombong seperti itu. Amit-amit.... " sejenak Karen berkomentar tentang perlakuan orang-orang yang sudah berjalan meninggalkannya.
"Tapi aku tidak boleh terlalu lama berada di tempat ini. Aku harus bergegas pulang, karena angin tampaknya semakin kencang. Dan aku juga tanpa persiapan, baju dinginku kurang tebal. Bisa-bisa aku akan terkena Hipotermia.” kembali pada aktivitas awalnya, akhirnya Karen segera memilih berjalan di depan emperan toko.
Meskipun sedikit ramai dan agak menghambat perjalanan, namun Karen bisa menahan serangan angin dingin. Terlihat banyak orang berdiri di depan emperan toko, mungkin mereka menunggu sampai angin kencang itu berhenti. Karen terus berjalan dengan pandangan lurus ke depan, tidak menghiraukan orang-orang yang menatapnya.
“Aku harus menyeberang jalan dulu, untuk bisa sampai ke apartemenku. Sepertinya angin kencang sudah mulai berkurang, aku akan bisa menyeberang dengan aman.” Setelah emperan toko berakhir, Karen menatap perempatan jalan yang ada di depannya.
Sejenak gadis itu ragu, tetapi karena ingin segera bersembunyi di dalam selimut, akhirnya Karen nekat kembali menerobos tanpa pelindung. Namun baru saja gadis itu turun dari emperan toko, tiba-tiba ada payung di atasnya, dan sebuah jaket tiba-tiba juga berada di bahunya.
“Jangan sok kuat Karen… untung aku tadi melihatmu..” Karen terkejut, dan menoleh ke sumber suara. Gadis itu terkejut, namun senyuman muncul di bibir mungilnya. Tampak senyum ramah Wen Chu teman baiknya, berada di belakangnya.
„Kamu berada di tempat ini juga Chu... Dan selalu kamu harus repot mengurusku..” Karen menyapa anak muda itu. Jaket di pundaknya segera dikenakannya, dan sesaat ada sedikit kehangatan di tubuhnya. Gadis itu kembali berjalan..
„Tidak ada yang repot, dan juga jangan ge er. Aku baru saja belanja di toko, dan melihatmu menerobos angin kencang. Karena tidak mau, kamu kebanyakan bolos aku memutuskan untuk menolongmu. By the way... mau kemana, pulang apartemen kan, aku akan menemanimu..” Wen Chu segera menjejeri langkah gadis itu. Keduanya berjalan berdampingan..
“Okaylah Wen Chu, kamu memang sahabat terbaikku, dan selalu ada untukku..” dengan riang, akhirnya Karen membawa Wen Chu menuju ke apartemen tempat tinggalnya,
********
Di dalam ruangan apartemen …
Karena tinggal hanya dengan papanya, Karen segera menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. Karen bahkan tidak pernah tahu siapa dan bagaimana wajah mamanya, karena papanya selalu menyembunyikan identitas dari mamanya.
“Papa istirahat saja di sofa, Karen akan memasak untuk makan malam ini pa...” melihat papanya yang mendatanginya di dapur, Karen meminta papanya untuk kembali.
“Hempphh… tidak Karen. Papa hanya ingin membantu saja. Kamu barusan pulang, harus bekerja dan menyelesaikan studimu. Biarlah papa yang akan menggantikanmu kali ini sayang…” Tuan Ronald menolak permintaan Karen, dan laki-laki itu berusaha untuk membantu putrinya.
“Tidak boleh pa… papa juga pasti lelah bukan. Pulang kerja, berangkat dari pagi, dan ketika pulang belum ada makanan siap santap di rumah. Ayolah pa... kali ini saja deh. Biarkan Karen yang melayani papa.. " Karen membalikkan badan, dan menarik tangan papanya untuk membawanya kembali ke ruang tamu.
Tuan Ronald hanya bisa geleng-geleng kepala, tetapi akhirnya menurut dengan apa yang diminta oleh putrinya. Perlahan Tuan Ronald duduk di sofa, dan menyalakan televisi yang ada di depannya. Dua orang itu, anak dan bapak memang memiliki hubungan yang sangat dekat. Karen bekerja bukan karena diminta papanya, namun gadis itu yang ngotot ingin mencari pekerjaan, katanya ingin mengisi waktu yang banyak luang. Melihat Karen yang berjalan kembali menuju dapur, Tuan Ronald tersenyum kecut sambil menatap punggung putrinya itu.
“Andaikan saja aku tidak membawamu pergi Karen... aku tidak tahu, Nasib apa yang akan menimpamu.” Tuan Ronald bergumam sendiri. Ada kegetiran dalam tatapan matanya, dan seperti ada sesuatu yang disembunyikan oleh laki-laki itu. Namun entah apa...
Beberapa saat, laki-laki paruh baya itu tenggelam dalam lamunannya. Tidak tahu apa yang dalam pikiran laki-laki itu, yang pasti Karen putrinya yang memenuhi pikirannya saat ini. Tidak lama kemudian, tiba-tiba Karen sudah berjalan dari dapur, dengan dua piring di tangan gadis itu.
“Papa… kita makan dulu yak.. Tapi Karen hanya bisa menyiapkan nasi goreng dengan sosis dan telur ceplok pa.. Waktunya tidak cukup, jika Karen harus menyiapkan menu masakan yang lain..” dengan senyum ceria, Karen meletakkan kedua piring di depan papanya.
“Ha... ha... ha..., cepat sekali kerjamu Karen. Ini semua sudah cukup putriku... kamu memang sangat pintar memasak. Papa menyukainya..” tanpa banyak bicara, Tuan Ronald segera mengambil piring dan mulai menyendokkan nasi ke mulutnya.
Laki-laki paruh baya itu tampak lahap menikmati sesendok demi sesendok, dan memancing nafsu Karen untuk ikut mencicipi hasil masakannya.
“Sangat pas paduan bumbunya sayang… bawang gorengnya sangat terasa..” Tuan Ronald tersenyum puas, dan berkomentar tentang masakan putrinya.
“He.. he.. he.., kan papa juga yang mengajari Karen untuk memasak pa..” Karen sangat bangga dangan pujian dari papanya. Gadis itu segera menyendokkan nasi ke arah mulutnya.., dua orang itu akhirnya makan bersama.
Meskipun hanya tinggal berdua dengan papanya, namun Karen tidak sedikitpun merasa kekurangan kasih sayang seorang mama. Tuan Ronald dengan segala keterbatasannya, selalu berusaha melengkapi sisi kekurangan tangan mama pada putrinya. Sejak kecil, meskipun penghasilan laki-laki itu pas pasan, namun Karen mendapatkan pendidikan yang sangat mahal dan berkualitas.
*********
"Jangan sakiti aku... jangan sakiti putriku....!" terlihat seorang perempuan muda tampak memohon pada beberapa laki-laki di depannya.
"Ha.. ha.. ha.., aku harus membawa putrimu pergi, dan jika perlu aku akan membunuh, dan membuang jasadnya tanpa kamu tahu dimana keberadaannya.." terlihat beberapa orang tertawa, dan tidak ada satupun yang mempedulikannya.
**********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
Assalamu'alaikum
isshhh kak Saptaaaaaaa...
knp diem diem bae sich?
koq gk ad notif New novel?
baru tau aqu loh....
stlh cek dftr karya ka2k.....
2023-12-29
0