Beberapa saat menunggu dan tenggelam dalam lamunannya, Peter tiba-tiba melihat Karen berjalan ke arahnya. Laki-laki itu tersenyum, dan memandang kekasihnya Karen yang terlihat sangat cantik. Laki-laki muda itu segera berdiri, kemudian berjalan menyambut Karen dengan senyuman manis di bibirnya. Namun tidak diduga...
"Hey kakak... sedang menunggu siapa nih. Menungguku ya..." tiba-tiba Qian teman satu kelas Karen mendahului mendekat ke arah Peter.
Laki-laki yang merasa tidak mengenal gadis itu blank sesaat, dan terbersit pikiran untuk menanggapi gadis itu.
"Anda siapa Nona..., tidak baik seperti ini. Aku sedang menungguku kekasihku, jadi maaf menyingkirlah dariku sejenak.." merasa dari depan Karen melihat interaksinya dengan gadis itu, Peter berusaha menyingkirkan gadis itu dari dekatnya.
Namun Qian yang mengetahui jika laki-laki itu akan menjemput Karen, malah berusaha menghalangi pertemuan itu. Gadis itu ingin jika ada kesalah pahaman antara laki-laki itu dengan Karen, dan dia bisa mendekati laki-laki itu.
"Mmmmpphh... kenapa sih kakak pura-pura lupa terhadapku. Ataukah karena kakak sedang mengincar gadis lain di kampus ini... Kakak kejam..." Qian pura-pura merajuk. Di depan Peter atau posisi Qian membelakangi, dengan tatapan marah Karen melihat ke arah dua anak muda itu. Tapi terlihat Karen berusaha menahan perasaannya.
"Karen... akhirnya kamu keluar sayang, aku sudah menunggumu sejak tadi." Peter berusaha mendorong Qian dari hadapannya. Laki-laki tersenyum dan mendekati Karen yang berdiri melihatnya.
Qian tidak menyukai perlakuan Peter terhadapnya, gadis centil itu malah memeluk laki-laki itu dari belakang. Perlakuan itu membuat Peter menjadi salah tingkah...
"Percayalah sayang, aku tidak mengenal gadis ini. Aku juga tidak tahu, gadis ini bisa sampai gila dan seagresif ini.." dengan tatapan bersalah, Peter berusaha menjelaskan pada Karen.
"Aku percaya padamu kak Peter... Qian memang selalu seperti itu. Tidak akan pernah membiarkanku untuk sedikit merasa bahagia di kampus. Aku juga tidak paham, ada dendam apa gadis itu pada leluhurku di masa lalu." untungnya Karen bukan gadis yang dengan mudahnya untuk ditindas, Senyuman smirk Karen, memberi tanggapan atas tatapan maaf dari kekasihnya.
Melihat bagaimana Karen bersikap terhadapnya, Qian menjadi marah. Gadis muda itu melepaskan pelukan dari belakang Peter, kemudian mendekati Karen. Namun belum sampai di depan gadis yang ditujunya, tidak diduga Peter berusaha melindungi kekasihnya...
"Nona... menyingkirlah dari depan kami. Trik burukmu mengotori pandangan mata kami, pergilah. Aku tidak akan terkecoh dan tertipu dengan trik kotormu itu..." tidak mau menyakiti hati Karen yang masih terganjal penjelasan darinya, Peter berusaha menghalangi gadis itu.
"Kak.., kamu mengusirku. Memang apa sih untungnya perempuan kelas bawah bernama Karen ini... Cantik juga tidak, kaya apalagi... Tapi dengan sadisnya, kakak malah mengabaikanku.." Qian bereaksi, karena merasa tersinggung dengan perilaku Peter terhadapnya.
Karen tidak mau menambah masalah, gadis itu sengaja hanya diam saja. Bagaimanapun melihat sikap gadis manja itu, pasti Qian memang hanya sengaja memancing emosinya. Namun... karena sudah hampir setiap hari, Qian dan Mina selalu mengganggunya, Karen sudah kebal terhadap mereka.
"Pergilah... aku ada urusan yang penting untuk aku bicarakan dengan kekasihku. Jangan ganggu kami..!" masih dengan nada tegas, Peter mengusir Qian untuk menyingkir.
Dari arah belakang, Mina yang mengetahui hal itu segera menarik tangan Qian dan membawanya dari tempat tersebut. Peter menghela nafas, dan melihat bagaimana keagresifan teman kuliah kekasihnya. Karen hanya bisa tersenyum melihat ulah dua gadis trouble maker itu.
"Kamu tidak apa sayang..., ikutlah denganku dulu. Kita akan membicarakan sesuatu.." melihat Karen yang masih diam terpaku, Peter segera mendekati gadis itu.
"Kita akan kemana kak Peter, Karen masih banyak agenda hari ini. Jika mau ketemu, kita bisa bicara di food court saja, tidak perlu mencari tempat lain.." Karen masih merasa enggan untuk diajak pergi oleh Peter. Akhirnya mengusulkan tempat yang masih berada di area kampusnya,
"Jangan di kampus lah sayang..., atau bagaimana jika kita bicara di cafe yang tidak jauh dari kampus ini." tapi Peter merasa keberatan.
"Mmmmppphh... tapi kak Peter... Aku benar-benar banyak aktivitas hari ini... Aku masih harus menghadapi interview pekerjaan paruh waktu... Jadi, hanya di tempat ini kita berbincang, karena akan bisa menghemat waktuku." Karen tetap bersikukuh.
"Baiklah.. aku akan mengikutimu.." akhirnya tidak ada pilihan lain bagi Peter selain mengalah.
Dua anak muda itu segera melangkahkan kaki menuju ke food court.
*************
Beberapa saat mereka terdiam..
Di food court campus, Peter terus memandangi wajah cantik Karen yang tampak mengabaikannya. Terlihat ada rasa enggan pada diri Karen untuk menemui kekasihnya.
"Karen... maafkan sikap mamaku tempo hari ya...! Aku benar-benar tidak bisa berpisah denganmu Karen, tetap bertahanlah untukku..." Peter memecah kesunyian. Laki-laki itu membuat permohonan pada gadis itu.
Karen mengangkat wajahnya ke atas, mecoba untuk mengerti, Namun ketika mengingat jika mama dari laki-laki di depannya tidak menyukainya, gadis itu hanya tersenyum kecut.
"Bagaimana Karen sayang, kamu pasti mengerti bukan..?? Ayolah.." laki-laki itu terus berharap. Terlihat Karen mendengus, kemudian...
"Peter... tidak ada harapan untuk hubungan kita ke depannya Peter. Lebih baik kita berpisah dari sekarang, kita mulai menjauh daripada hanya rasa sakit yang nantinya akan kita peroleh. Akupun juga akan mencoba untuk melupakanmu Peter.." dengan suara pelan tapi tegas, Karen mengucapkan apa yang dipikirkannya.
Mendengar ketegasan Karen, dan kata-kata itu begitu saja meluncur dari bibir gadis yang dicintainya, Peter merasa kaget. Laki-laki itu menatap dengan tajam ke wajah gadis itu...
"Apa yang kamu ucapkan Karen, cabut kembali ucapanmu. Semua yang ada dalam pikiranmu itu tidak benar, mama pasti akan menerima kita sayang, kita hanya perlu untuk membuktikannya. Bahkan kamu juga mendengar bukan, jika mama bisa mempertimbangkanmu untuk menjadi selir. Itu jalan untuk kita Karen..., dan setelah aku menikah dengan Tita, perlahan aku akan mengurus perceraian untuknya. Kamu akhirnya menjadi istri utamaku sayang..." Peter bicara semakin ngelantur. Bukannya berusaha mengambil hati Karen, tetapi malah mengungkit hal yang merendahkan. Dan dengan tatapan berkilat,
"Plak... jaga ucapanmu Peter. Begitu teganya kamu merendahkanku, merendahkan status seorang perempuan. Tidak akan pernah ada kamus dalam hidupku, sampai aku menjadi selir dari seseorang. Jangan pernah bermimpi.." tamparan keras bersarang di rahang Peter. Laki-laki itu menjadi terkejut, tidak menyangka akan seheboh itu reaksi Karen.
Mata Karen tanpa sadar menggenang air mata, dan menatap kekasihnya itu dengan penuh amarah. Mendengar perkataan itu keluar dari mulut kekasihnya Peter, gadis itu merasa seperti direndahkan..
"Jangan salah paham Karen... bukan itu maksudku. Bertunangan dan menikah dengan Tita adalah keinginan mama, Jika tidak, maka aku akan tercoret dari akta keluarga, sehingga tidak akan mendapatkan warisan keluargaku. Setelah aku mendapatkan pembagian warisan, aku hanya akan menjadikan istri utamaku Karen, aku akan membuang Tita.. Mengertilah.. please." Peter berusaha menjelaskan. Tetapi semua terdengar hanya untuk kepentingannya, bukan kepentingan mereka berdua.
Tapi bukannya Karen menjadi luluh, tatapan perempuan itu menjadi semakin marah. Karen sama sekali tidak mengira, jika Peter akan menjadi tidak tahu malu, dan mengatakan hal itu kepadanya.
"Ternyata aku telah salah memilihmu menjadi seorang kekasih Peter. Lebih baik kamu bicara baik-baik padaku, dan mengatakan lebih baik kita berpisah saja. Bukan malah membual, dan mengumbar kata-kata tidak jelas seperti itu. Ingat Peter,.. mulai detik ini kita tidak berada dalam hubungan lagi. Aku memutuskanmu.." ucapan tegas kembali mengalir keluar dari bibir Karen. Gadis itu membalikkan badan, dan akan pergi meninggalkan laki-laki itu sendiri. Tapi, Peter memegangi pergelangan tangannya.
"Jangan egois Karen..., apakah itu yang kamu lakukan padaku, setelah ada Tuan Muda yang kemarin berpura-pura mengaku sebagai tunanganmu. Jangan bermimpi Karen, kamu hanya akan menjadi mainan bagi keluarga kaya..." tanpa sadar, Peter mengungkit kembali pertemuan mereka terakhir. Mendengar kata-kata itu, Karen menjadi terkejut dan...
"Mainan... mainan siapa Tuan Peter...?? Karen memang kekasihku, dan akan mengisi ranjang pengantin yang ada di dalam kamarku..." tiba-tiba ada suara bass laki-laki, yang memberi tanggapan atas ucapan Peter.
Jantung Karen berdegup kencang, karena merasa tidak ada janji atau memiliki teman laki-laki selain Wen Chu. Tetapi suara itu bukan milik laki-laki itu, dan gadis itu melihat ke belakang...
********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments