Seorang gadis mungil tampak kesusahan berjalan di tengah angin kencang, dan udara dingin yang tiba-tiba menerpa tubuh kecilnya. Kedua tangan gadis itu bersedekap untuk menahan dingin, namun baru saja berjalan beberapa langkah, tiba-tiba angin dingin kembali terbang ke arahnya. Sesaat gadis itu terhenti, untuk mempertahankan keseimbangan tubuhnya, dan perlahan tangannya mengusap kedua mata untuk mengurangi kabut yang masuk ke matanya.
“Aku tidak bisa terus bertahan seperti ini, sepertinya harus menepi dulu, dan harus mencari tempat untuk berteduh sementara.” Sambil menutup matanya yang terasa pedas, gadis itu berusaha mencari jalan ke pinggir. Namun tiba-tiba...
“Minggir… tuan muda akan lewat…” terdengar teriakan dari arah depannya.
Tapi dengan mata yang masih terpejam menahan pedih, dan angin kencang yang masih menderu, gadis itu tidak sempat memperhatikan jalan di depannya dengan baik. Tiba-tiba…
“Brukk…” gadis itu berhenti karena merasa menabrak sesuatu. Ada rasa hangat menjalar di depannya, yang perlahan menyebar ke seluruh tubuhnya…
Perlahan gadis bernama Karen itu membuka satu matanya. Dengan satu mata terbuka, Karen mendongak ke atas, dan betapa terkejutnya gadis itu karena melihat ada laki-laki tampan, tepat berdiri di depannya. Laki-laki itu adalah Tuan Muda Raymond, generasi penerus salah satu pengusaha terkenal di Hongkong. Dalam keseharian, laki-laki itu terkenal dingin dan arogan. Dan saat ini tanpa sengaja Karen telah menabrak laki-laki itu.
“Apakah kamu tidak mendengar apa yang dikatakan pengawalku..” suara dingin seakan menambah hawa dingin, terasa menyerbu ke tubuh Karen. Gadis itu memundurkan langkah kakinya perlahan.
“Maaf.., maaf aku tidak sengaja. Mataku pedih, dan tidak bisa melihat dengan jelas. Maafkan aku.., please..!” Karen berusaha menghindarkan diri dari masalah, karena tidak mau menambah musuh, sedangkan angin masih bertiup kencang. Gadis itu segera melangkahkan kakinya menuju ke trotoar.
“Hempphh… apakah itu bukan hanya akal bulusmu saja, agar bisa mendekati tuan muda. Bukan hanya kamu, banyak gadis yang selalu berkamuflase untuk mendekat dengan tuan muda. Dan kali ini adalah kamu.., kita sudah terlalu familiar dengan tipuan murah seperti itu..” tidak diduga, ketika Karen sudah berusaha untuk menjauh, salah satu pengawal laki-laki muda itu berbicara dengan nada bicara yang terdengar merendahkan.
Karen menghentikan langkahnya sejenak, kemudian menoleh ke arah laki-laki itu dan orang-orang yang bersamanya. Kali ini Karen bisa melihatnya dengan jelas.
„Gila... tampan sekali orang itu. ” Karen terperangah melihat ketampanan laki-laki itu, sejenak gadis itu agak terkejut. Namun dengan cepat Karen tersadar, gadis itu berusaha untuk menetralisir dirinya.
„Aku sudah minta maaf, apakah kalian tidak mendengarnya. Janganlah sombong seperti itu..., banyak orang berwajah tampan di dunia ini. Tapi baru kali ini, aku melihat orang yang sombong, sama sekali tidak ada empatinya.” dengan judes, Karen mengucapkan kata-kata balasan atas ucapan pengawal laki-laki tampan itu.
Tampak beberapa pengawal yang berada di belakang laki-laki itu akan mendekati Karen, namun laki-laki itu mengangkat tangannya ke atas, memberi isyarat agar mereka tidak melanjutkan perselisihan itu. Laki-laki itu tanpa bicara, hanya menatap Karen dengan tatapan dingin, tapi kemudian berjalan meninggalkan gadis itu. Pengawal yang bersamanya, mengikuti anak muda itu. Gadis itu mengambil nafas lega.
“Mimpi apa aku semalam, bisa-bisanya bertemu dengan laki-laki sombong seperti itu. Amit-amit.... " sejenak Karen berkomentar tentang perlakuan orang-orang yang sudah berjalan meninggalkannya.
"Tapi aku tidak boleh terlalu lama berada di tempat ini. Aku harus bergegas pulang, karena angin tampaknya semakin kencang. Dan aku juga tanpa persiapan, baju dinginku kurang tebal. Bisa-bisa aku akan terkena Hipotermia.” kembali pada aktivitas awalnya, akhirnya Karen segera memilih berjalan di depan emperan toko.
Meskipun sedikit ramai dan agak menghambat perjalanan, namun Karen bisa menahan serangan angin dingin. Terlihat banyak orang berdiri di depan emperan toko, mungkin mereka menunggu sampai angin kencang itu berhenti. Karen terus berjalan dengan pandangan lurus ke depan, tidak menghiraukan orang-orang yang menatapnya.
“Aku harus menyeberang jalan dulu, untuk bisa sampai ke apartemenku. Sepertinya angin kencang sudah mulai berkurang, aku akan bisa menyeberang dengan aman.” Setelah emperan toko berakhir, Karen menatap perempatan jalan yang ada di depannya.
Sejenak gadis itu ragu, tetapi karena ingin segera bersembunyi di dalam selimut, akhirnya Karen nekat kembali menerobos tanpa pelindung. Namun baru saja gadis itu turun dari emperan toko, tiba-tiba ada payung di atasnya, dan sebuah jaket tiba-tiba juga berada di bahunya.
“Jangan sok kuat Karen… untung aku tadi melihatmu..” Karen terkejut, dan menoleh ke sumber suara. Gadis itu terkejut, namun senyuman muncul di bibir mungilnya. Tampak senyum ramah Wen Chu teman baiknya, berada di belakangnya.
„Kamu berada di tempat ini juga Chu... Dan selalu kamu harus repot mengurusku..” Karen menyapa anak muda itu. Jaket di pundaknya segera dikenakannya, dan sesaat ada sedikit kehangatan di tubuhnya. Gadis itu kembali berjalan..
„Tidak ada yang repot, dan juga jangan ge er. Aku baru saja belanja di toko, dan melihatmu menerobos angin kencang. Karena tidak mau, kamu kebanyakan bolos aku memutuskan untuk menolongmu. By the way... mau kemana, pulang apartemen kan, aku akan menemanimu..” Wen Chu segera menjejeri langkah gadis itu. Keduanya berjalan berdampingan..
“Okaylah Wen Chu, kamu memang sahabat terbaikku, dan selalu ada untukku..” dengan riang, akhirnya Karen membawa Wen Chu menuju ke apartemen tempat tinggalnya,
********
Di dalam ruangan apartemen …
Karena tinggal hanya dengan papanya, Karen segera menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. Karen bahkan tidak pernah tahu siapa dan bagaimana wajah mamanya, karena papanya selalu menyembunyikan identitas dari mamanya.
“Papa istirahat saja di sofa, Karen akan memasak untuk makan malam ini pa...” melihat papanya yang mendatanginya di dapur, Karen meminta papanya untuk kembali.
“Hempphh… tidak Karen. Papa hanya ingin membantu saja. Kamu barusan pulang, harus bekerja dan menyelesaikan studimu. Biarlah papa yang akan menggantikanmu kali ini sayang…” Tuan Ronald menolak permintaan Karen, dan laki-laki itu berusaha untuk membantu putrinya.
“Tidak boleh pa… papa juga pasti lelah bukan. Pulang kerja, berangkat dari pagi, dan ketika pulang belum ada makanan siap santap di rumah. Ayolah pa... kali ini saja deh. Biarkan Karen yang melayani papa.. " Karen membalikkan badan, dan menarik tangan papanya untuk membawanya kembali ke ruang tamu.
Tuan Ronald hanya bisa geleng-geleng kepala, tetapi akhirnya menurut dengan apa yang diminta oleh putrinya. Perlahan Tuan Ronald duduk di sofa, dan menyalakan televisi yang ada di depannya. Dua orang itu, anak dan bapak memang memiliki hubungan yang sangat dekat. Karen bekerja bukan karena diminta papanya, namun gadis itu yang ngotot ingin mencari pekerjaan, katanya ingin mengisi waktu yang banyak luang. Melihat Karen yang berjalan kembali menuju dapur, Tuan Ronald tersenyum kecut sambil menatap punggung putrinya itu.
“Andaikan saja aku tidak membawamu pergi Karen... aku tidak tahu, Nasib apa yang akan menimpamu.” Tuan Ronald bergumam sendiri. Ada kegetiran dalam tatapan matanya, dan seperti ada sesuatu yang disembunyikan oleh laki-laki itu. Namun entah apa...
Beberapa saat, laki-laki paruh baya itu tenggelam dalam lamunannya. Tidak tahu apa yang dalam pikiran laki-laki itu, yang pasti Karen putrinya yang memenuhi pikirannya saat ini. Tidak lama kemudian, tiba-tiba Karen sudah berjalan dari dapur, dengan dua piring di tangan gadis itu.
“Papa… kita makan dulu yak.. Tapi Karen hanya bisa menyiapkan nasi goreng dengan sosis dan telur ceplok pa.. Waktunya tidak cukup, jika Karen harus menyiapkan menu masakan yang lain..” dengan senyum ceria, Karen meletakkan kedua piring di depan papanya.
“Ha... ha... ha..., cepat sekali kerjamu Karen. Ini semua sudah cukup putriku... kamu memang sangat pintar memasak. Papa menyukainya..” tanpa banyak bicara, Tuan Ronald segera mengambil piring dan mulai menyendokkan nasi ke mulutnya.
Laki-laki paruh baya itu tampak lahap menikmati sesendok demi sesendok, dan memancing nafsu Karen untuk ikut mencicipi hasil masakannya.
“Sangat pas paduan bumbunya sayang… bawang gorengnya sangat terasa..” Tuan Ronald tersenyum puas, dan berkomentar tentang masakan putrinya.
“He.. he.. he.., kan papa juga yang mengajari Karen untuk memasak pa..” Karen sangat bangga dangan pujian dari papanya. Gadis itu segera menyendokkan nasi ke arah mulutnya.., dua orang itu akhirnya makan bersama.
Meskipun hanya tinggal berdua dengan papanya, namun Karen tidak sedikitpun merasa kekurangan kasih sayang seorang mama. Tuan Ronald dengan segala keterbatasannya, selalu berusaha melengkapi sisi kekurangan tangan mama pada putrinya. Sejak kecil, meskipun penghasilan laki-laki itu pas pasan, namun Karen mendapatkan pendidikan yang sangat mahal dan berkualitas.
*********
"Jangan sakiti aku... jangan sakiti putriku....!" terlihat seorang perempuan muda tampak memohon pada beberapa laki-laki di depannya.
"Ha.. ha.. ha.., aku harus membawa putrimu pergi, dan jika perlu aku akan membunuh, dan membuang jasadnya tanpa kamu tahu dimana keberadaannya.." terlihat beberapa orang tertawa, dan tidak ada satupun yang mempedulikannya.
**********
Tuan Ronald yang masih terjaga sambil melihat televisi menajamkan telinganya, namun segera berlari menuju kamar putrinya. Melihat Karen yang seperti ketakutan, laki-laki paruh baya itu mengguncang tubuh Karen yang masih terpejam matanya.. Raut wajah gadis itu terlihat cemas, dan tampak keringat membasahi kening gadis itu.
"Karen ..., bangun Karen..., ada papa disini. Jangan takut putrriku...." laki-laki paruh baya itu masih mengguncang tubuh gadis itu.
Mata Karen perlahan terbuka, dan nafasnya terlihat masih tampak tersengal, Melihat keberadaan papa di depannya, gadis itu segera mengangkat badannya dan memeluk laki-laki paruh baya itu. Karen menyembunyikan wajahnya di dada laki-laki itu.
"Mimpi buruk lagikah..." setelah beberapa saat membiarkan Karen menyembunyikan wajahnya, tuan Ronald menengadahkan wajah putrinya, dan mereka saling beradu pandang, Perlahan gadis itu menganggukkan kepala, mengiyakan pertanyaan dari papanya,
"Papa... terima kasih pa, karena papa selalu ada buat Karen.." Karen yang masih terlihat ketakutan, perlahan mengucapkan terima kasih pada laki-laki itu..
"Tenang... tenanglah putriku.., ada papa disini yang akan selalu menemanimu.. Itu hanya mimpi buruk . Kita berada dalam kehidupan nyata putriku... abaikan itu semua, dan kembalilah tidur Papa akan menemanimu,.." dengan penuh kasih sayang, laki-laki paruh baya itu mengusap rambut Karen.
Merasa tenang karena ada papa yang berada di sampingnya, perlahan Karen kembali menempatkan tubuhnya di atas ranjang, dan memejamkan mata kembali. Laki-laki paruh baya itu hanya mengambil nafas panjang, dan terlihat ada raut iba di wajahnya ketika melihat wajah Karen yang sudah kembali tertidur.
***********
Keesokan paginya…
Karen berjalan tenang menyusuri koridor kampus dengan santai, dan tidak terlihat tergesa-gesa. Gadis itu merasa sudah menyelesaikan semua tugas dari dosen, sehingga pagi ini gadis itu merasa tenang. Tiba-tiba tidak jauh dari tempatnya berjalan, Karen melihat dua gadis muda yang sering memancing emosinya, dan dia memutuskan untuk menghindar. Tapi sudah terlambat bagi Karen untuk menghindar, karena kedua gadis itu sudah melihatnya. Karen akhirnya berjalan menepi dengan menatap lurus ke depan, Tiba-tiba...
“Mina… kita akan dapat contekan tugas nih.. Lihat siapa yang datang ke arah kita..” salah satu gadis itu yang memiliki nama Qian, memberi tahu gadis yang berjalan di sampingnya.
Gadis bernama Mina melihat ke arah Karen, dan tersenyum manis. Tidak lama kemudian, kedua gadis itu bergegas menghampiri Karen, dan berhenti di depannya..
“Selamat pagi Karen, bagaimana harimu … Pasti sangat menyenangkan bukan.” Qian pura-pura berbasa basi. Dan untungnya Karen sudah hafal dengan sikap buruk gadis di depannya itu.
“Benar Karen.. selamat pagi juga. Semoga hari ini, kamu dalam keadaan yang selalu diberkati. By the way... ada tugas dari Tuan Chan bukan. Ngomong-ngomong pasti Karen sudah menyelesaikannya, tidak salah bukan tebakanku..” Mina berusaha untuk bersikap ramah. Karen hanya diam menatap kedua gadis yang sering mencari masalah dengannya itu,
Bersikap diam, tidak memberikan tanggapan apapun, selalu hal itu yang dipilih oleh Karen,. Namun gadis itu tetap bersikap waspada, mengingat kedua gadis itu sering membuat onar, dan masalah dengannya. Qian dan Mina terlahir dengan sendok perak di mulutnya, sehingga semua keinginan mereka selalu terpenuhi. Hal itulah yang membuat keduanya tumbuh menjadi gadis yang congkak, manipulative dan selalu mau menang sendiri.
“Ayolah Karen… please!! Pinjami tugas kamu dong…, kami hanya mau compare dengan pekerjaan kami. Trust me please, kami tidak mencontek hasil karyamu...” Qian mendekati Karen, dan pura-pura bersikap baik. Bahkan Qian meletakkan satu tangan di pundak Karen,
“Hempphhh… Qian, Mina.., apakah kalian tidak mendengar bagaimana penjelasan dari Mr. Chan kemarin. Tugas individu itu ya harus diselesaikan secara individu. Saat ini, banyak sekali tools untuk cek plagiarism pada tugas yang dikerjakan mahasiswa, kalian harus hati-hati..” merasa jengah dengan sikap mereka yang dibuat-buat, akhirnya Karen berkomentar.
Qian dan Mina terlihat kaget, dan keduanya saling berpandangan dengan bahasa isyarat. Kemudian...
“Halah… terlalu banyak omong kamu Karen... Dibaiki malah ngelunjak ..” tiba-tiba Mina merangsek ke depan, dan memepet tubuh Karen ke dinding yang ada di belakangnya.
Sedangkan tangan Qian dengan gesit, menarik tas Karen untuk mengambil buku dari dalam tas tersebut. Karen bertambah jengah, dan berniat untuk menggunakan kekuatannya untuk melawan dua gadis itu. Tetapi..
“Hey… ada apaan ini. Pagi-pagi sudah membuat ulah di depan kelas, apakah kalian tidak ada kerjaan ..” terdengar suara anak muda di belakang kedua gadis itu.
Karen mendongakkan wajah ke atas, dan gadis itu tersenyum melihat kedatangan Wen Chu. Anak muda itu selalu menjadi penyelamat bagi dirinya, Ketika teman-temannya dari kalangan atas sering merundungnya.
Wen Chu bergegas menghampiri ketiga gadis itu, dan tangannya dengan cepat segera merebut tas Karen yang sudah berada di tangan Qian.
“Wen Chu… jangan ganggu kami.. Karen sendiri yang tadi memberi kami ijin untuk meminjamkan pada kami tugas dari Mister Chan. Kenapa kamu mengganggu kesenangan kami Chu...” terdengar suara protes dari Mina. Kedua gadis itu menatap ke arah Wen Chu dengan permohonan.
“Tidak perlu berlagak Mina, Qian.. Aku bisa mengadukan tingkah liar kalian berdua pada Paman Chang... Apakah kalian berdua akan mencobanya..” dengan menggunakan kedekatan dengan papa kedua gadis itu, Wen Chu mengancamnya.
Qian dan Mina memang saudara kembar yang merupakan putri dari Tuan Chang. Sedangkan Wen Chu, karena posisi papanya yang duduk sebagai pejabat dalam pemerintahan, mendapatkan kepercayaan dari Tuan Chang, yang sering bermitra dengan papanya.
“Jangan salah paham Chu...., kami hanya bermain saja kok. Lagian kenapa juga sih, kamu selalu membela dan berdiri di belakang Karen. Jangan bilang, kamu menyukai gadis kampungan itu..” Qian menunjuk ke wajah Karen, dan dengan arogan bertanya pada laki-laki muda itu.
“Apa perlu jawabanku untuk kalian.. Yang pasti, kalian berdua harus mendengar dan mengingatnya. Jika ada aku, tidak aka nada kesempatan bagi kalian untuk menindas Karen. Aku sampai kapanpun akan selalu berada di belakang Karen.” Kembali dengan suara keras, Wen Chu memberikan tanggapan. Sikap laki-laki itu sudah jelas, selalu berusaha melindungi Karen.
„Ayolah Mina... tidak ada manfaatnya juga ribut dengan Wen Chu. Kalau papa di rumah sampai mendengar omongan Wen Chu, malah kita yang akan celaka.” Qian berpikir lebih jernih, menyadari posisi Wen Chu di hadapan papanya. Gadis itu menggandeng tangan Mina, dan mereka dengan bersungut meninggalkan Wen Chu serta Karen.
Wen Chu tersenyum melihat kepergian dua gadis itu, dan laki-laki muda itu mendatangi Karen.
“Bagaimana Karen, are you okay..?”
„Tidak apa Chu... thank.s ya, kamu selalu membantuku di saat ada masalah.” Dengan tulus, Karen memberikan ucapan terima kasih pada Wen Chu,
„Halah... abaikan saja, ayuk kita masuk ke kelas saja. Teman-teman sudah mulai masuk tuh ..” Wen Chu menarik tangan Karen, dan mengajak gadis itu untuk masuk ke dalam kelas. Tanpa penolakan, perlahan Karen mengikuti anak muda itu.
******
Sepulang Kuliah..
Karena masih harus pergi ke perusahaan tempat dirinya bekerja part time, Karen bergegas berlari keluar dari kampus untuk menuju ke halte bus. Sebenarnya, pemilik tempat kerjanya sudah memberikan ijin pada Karen untuk kuliah. Namun gadis itu yang merasa tidak enak, merasa boss nya sudah terlalu sering memberinya dispensasi keterlambatan.
“Syukurlah, pas ada bus kota yang lewat..” Karen segera memasang hoodie di kepalanya, dan menutup kedua telinga dengan menggunakan head phone. Kaca mata hitam melengkapi penampilannya, dan gadis itu segera masuk ke dalam bus.
Setelah melakukan scanning barcode untuk biaya naik bus, Karen segera memilih tempat duduk untuknya. Sambil mendengarkan music, gadis itu mulai memejamkan matanya. Perlahan bus berjalan meninggalkan halte tersebut, dan Karen dengan cepat masuk pada mode tidur. Setelah lima belas menit bus berjalan, tiba-tiba...
“Halte bus Kwun Tong sebentar lagi akan kita singgahi. Siapkan barang dan perlengkapan penumpang..” terdengar pengumuman disampaikan driver bus tersebut.
Mendengar halte bus tujuannya disebut, Karen membuka mata, dan meluruskan punggungnya sesaat. Setelah itu, gadis itu segera berdiri dan berjalan ke depan mendekati pintu keluar.
“Turun di halte..” seseorang bertanya pada gadis itu.
“Yap.. halte depan.” dengan cepat Karen menjawab singkat.
Tidak lama kemudian, bus itu berhenti. Karen segera bergegas turun, kemudian dengan tenang menyeberang di zebra cross yang ada di depan bus tersebut. Tanpa melihat kemana-mana lagi, dengan tenang Karen melangkahkan kaki menuju ke seberang jalan. Setengah berlari, gadis itu segera menuju ke perusahaan yang berdiri di depannya.
“Siang Jack…” sambil menyapa petugas security, gadis itu menyelinap masuk.
Sudah hafal dengan kebiasaan dan keterlambatan Karen, Jack hanya tersenyum sambil melambaikan tangannya. Karen dikenal sebagai gadis periang dan juga ramah pada semua orang yang ada di perusahaan itu, sehingga hampir semua orang mengenalnya.
“Hanya menyelesaikan tugas seperti ini saja tidak selesai-selesai. Aku tidak mau alasannya, secepatnya kalian harus menyelesaikan satu jam kemudian. Jika tidak, aku tidak akan segan untuk memotong gaji kalian. Tanteku sudah sangat baik terhadap kalian, sehingga kalian semua menjadi ngelunjak.” Baru saja Karen akan masuk ke ruang kerjanya, terdengar suara keras seseorang yang memarahi rekan kerjanya.
Gadis itu mengambil nafas untuk menyiapkan dirinya. Perlahan gadis itu mendorong pintu ruangan…, dan melihat siapa yang berani berteriak dalam ruangannya.
*******
Tatapan Karen beradu pandang dengan seorang perempuan cantik, yang mengenakan pakaian dan perlengkapan branded di seluruh tubuhnya. Namun hal itu tidak membuat Karen kagum, melainkan hanya menatap perempuan yang tengah marah itu dengan tatapan tidak suka. Melihat sikap beraninya, perempuan itu seperti memiliki peluang besar untuk menunjukkan eksistensinya di perusahaan.
“Siapa kamu, kenapa malah berani menatapku dengan pandangan seperti itu..?” dengan nada tinggi, perempuan itu bertanya pada Karen.
„Hemppphh...., bukankah seharusnya aku yang bertanya, siapa anda. Datang-datang ke ruangan kerja saya, marah marah dengan tidak jelas. Jika anda tahu, sampai di pintu lobby suara anda terdengar.., jadi akan menimbulkan kesan buruk bagi perusahaan, jika sampai terdengar oleh orang luar.” dengan berani, Karen memberikan tanggapan sambil terus menatap iris mata perempuan itu.
Melihat keberanian Karen berbicara kepadanya dengan tegas, perempuan itu menjadi bertambah marah. Tatapannya tajam, seakan menghujam ke arah Karen. Namun dengan berani, Karena meladeninya..., dan bahkan melihat ke arah perempuan itu sambil tersenyum sinis.. Perempuan itu berjalan mendekat ke arah Karen, kemudian...
„Kamu berani berkata seperti itu kepadaku..., dan kamu belum tahu siapa aku ya.. Ternyata tanteku sudah terlalu lama mengumbar kalian semua, sehingga tingkah dan kerja kalian tidak ada satupun yang benar. Ke depan kalian.., harus mentaati perintahku! Dan ingat, tidak ada keterlambatan untuk alasan apapun, atau kalian harus mengganti jam lembur kalian." dengan nada sombong, perempuan itu menatap balik pada Karen. Tatapan itu seakan melecehkan..
"Hari ini, tanteku sedang melakukan perjalanan ke luar negeri. Dan akulah yang akan menggantikan posisi tante di perusahaan ini, mulai sekarang. Yang penting untuk kalian ketahui, kedatanganku di perusahaan, adalah untuk mendisiplinkan kalian semua,” lanjut perempuan itu dengan suara keras.
Karen menanggapi perkataan itu dengan tersenyum sinis, dilanjutkan mengambil nafas panjang. Karen berpikir, menyadari posisi strategis perempuan itu, tidak ada pilihan lain, selain hanya diam dan mengikuti ucapan perempuan itu. Namun... Karen hanya ingin mengetahui bagaimana rencana gadis itu ke depannya, dan tanpa berkomentar Karen segera berjalan menuju ke arah kursinya dan mengabaikan gadis itu. Tiba-tiba...
“Hey.... apakah kamu yang bernama Karen...?? Jika benar, dengar kata-kataku hari ini. Tidak akan ada dispensasi dalam perusahaan ini ke depannya. Jika kamu melanggar lagi, maka aku tidak akan segan untuk memberikan intruksi pada bagian keuangan untuk memotong gajimu. Kamu harus ingat itu...” tidak mau diacuhkan oleh anak buahnya, terdengar suara perempuan itu tampak mengajak Karen berbicara. Merasa disebut namanya, Karen langsung memutar tubuh dan membalikkan badan, sehingga beradu pandang dengan perempuan itu.
„Sebentar nona... apakah aku tidak keliru mendengarnya. Rubah dulu kontrak kerja yang saya tanda tangani, barulah anda merubah peraturan kerja saya.. Apakah bisa anda semena-mena mengatur kami dengan perintah lucumu itu..” merasa dirugikan dengan ucapan perempuan itu, dengan berani Karen memprotes tindakan itu.
Beberapa rekan kerja Karen hanya menahan nafas, dan menatap Karen dengan pandangan khawatir. Mereka semua menyadari, jika keberadaan karen memiliki tugas utama bagi kesuksesan departemen mereka. Dan jika Karen berani berhadapan dengan pemimpin baru mereka, bisa jadi perempuan itu akan mempersulit Karen ke depannya, dan juga departemen tempat mereka bekerja. Tetapi menengahi pertengkaran itu, mereka juga tidak ada yang berani untuk memberi tahu Karen.
“Ha... ha.. ha..., kamu bertanya tentang kontrak kerjamu...?” sambil tersenyum smirk, perempuan itu berjalan mendekat ke arah Karen. Semua karyawan menahan nafas, tidak berani untuk menatap nasib buruk yang menghampiri Karen rekan kerja mereka.
“Hempphh… tidak salah bukan, jika saya dan semua rekan kerja saya menanyakan tentang hak kami. Tidak bisa semudah itu, dan seenak itu anda akan mengacaukan pekerjaan kami. Pelajari juga hak kami, bukan hanya anda menuntut kinerja kami.” Dengan berani, Karen terus menjawab pertanyaan dari perempuan itu.
Tiba-tiba perempuan itu mengangkat tangan ke atas dan perlahan telapak tangan itu mengarah ke pipi Karen, seperti akan memberikan tamparan. Namun dengan sigap Karen menangkap tangan perempuan itu, kemudian menghempaskan tangan itu kembali ke bawah. Karen menatap perempuan kurang ajar itu dengan tatapan sengit. Tidak ada ketakutan sama sekali dalam tatapan matanya..
“Kurang ajar kamu berani menangkap dan melepaskan tanganku.. Kamu belum tersadar siapa aku dan posisiku di perusahaan ini, dan sudah berani berperilaku buruk terhadapku. Ingat... aku akan memecatmu sekarang juga. Pergi dari perusahaan ini, dan ambil uang pesangonmu di bagian keuangan...” merasa malu dan marah dengan perilaku Karen, perempuan itu berteriak. Mendengar ancaman itu, bukannya takut, Karen malah tersenyum, dan menatap balik perempuan itu.
„Hemppphh... baiklah nona. Aku tidak akan keberatan untuk meninggalkan tempat kerja ini sekarang juga. Dan yang perlu untuk anda ingat, kedatanganku bergabung di perusahaan ini, bukanlah keinginanku semata. Nyonya Jenifer yang membawaku ke perusahaan ini, dan membuatku mau bergabung. Jadi..., jangan pernah mencoba untuk menindasku.” Tanpa takut, Karen berjalan meninggalkan gadis itu.
Di bawah tatapan beringas perempuan itu, Karen melangkahkan kaki ke meja kerjanya, kemudian mengangkat paper box dan membawanya keluar dari kubiknya. Perempuan itu mencibir, dan menatap sebentar ke arah Karen yang meninggalkannya, kemudian keluar dari ruangan itu. Tapi mendengar kata-kata para karyawan itu, perempuan itu menghentikan langkah kakinya, dan berdiri di tengah pintu.
„Karen... jangan dengarkan gadis itu, mengalahkan Karen..” beberapa teman kerjanya menghampiri, dan meminta Karen untuk mengalah. Para karyawan itu akan merasa kehilangan, jika gadis itu meninggalkan tempat kerja itu.
“Mohon maaf Chatrin… aku tidak akan bisa bekerja dalam penindasan tidak beralasan seperti ini. Lebih baik aku meninggalkan perusahaan ini, dan aku yakin akan banyak perusahaan lain yang akan menerimaku..” ucap Karen menenangkan rekan kerjanya.
“Jangan banyak bicara, cepat tinggalkan ruangan ini.. Dan bagi yang lainnya, jika kalian masih berani untuk melawanku, maka ikuti perempuan itu. Tinggalkan perusahaan…” tiba-tiba keponakan Pemimpin perusahaan, berbicara dengan nada judes.
Tanpa bicara, melainkan terus tersenyum sambil menatap perempuan muda yang tengah menatapnya itu, Karen segera membawa berkasnya kemudian berjalan keluar dari dalam ruang kerja tersebut. Tidak ada beban yang dirasakan oleh Karen, dan sama sekali juga tidak ada kekhawatiran meskipun sudah dipecat secara sepihak. Rekan kerja Karen menatap kepergian gadis itu dengan tatapan kasihan, sedangkan perempuan keponakan nyonya Jennifer menatapnya dengan merasa penuh kemenangan,
*********
Boulevard
Setelah membuang paper box dan mengambil semua isi dalam box tersebut, Karen memindahkan isinya ke dalam back pack yang digendong dipunggungnya. Gadis itu segera memesan taksi online, dan meminta pada driver untuk menghentikannya di boulevard. Menatap kapal kapal ferry, boat yang melintas, selalu memberi hiburan tersendiri bagi Karen.
“Aku akan mencoba untuk mencari pekerjaan lagi, nanti malam aku bisa mendaftar secara online.” setelah sampai di boulevard, dan duduk menatap ke depan Karen berpikir sendiri. Sudah terbiasa dengan apa yang akan dilakukan, karena terbiasa mandiri Karen tetap terlihat tenang.
Sebenarnya bukan alasan kekurangan uang, Karen bekerja. Papanya meskipun hanya bekerja pada perusahaan kecil, namun tidak pernah kurang dalam mencukupi kebutuhannya. Selain karena hobby, Karen juga mengisi waktu kosong selesai kuliah. Untuk alasan itulah, Karen bekerja. Jadi meskipun baru saja dipecat dari tempatnya bekerja, gadis itu tidak terlihat bersedih sedikitpun. Tiba-tiba Karen mendengar ada suara gaduh di belakangnya, dan gadis itu melihat ke arah belakang. Tiba-tiba....
"Tap... tap... jangan lari dan bersembunyi...." terdengar teriakan dari dalam sebuah bangunan. Setelah itu terdengar banyak orang berlarian...
“Hempphh... ada keributan apa itu.., kenapa suara marah itu sampai terdengar di tempat ini.” Dari tempat duduknya, Karen berbicara sendiri.
“Tapi sepertinya asyik nih kalau aku menonton, itung itung untuk menghilangkan kesialanku. Siapa tahu, aku akan bisa melampiaskan kemarahanku. he.. he.. he...” gadis itu tersenyum karena merasa mendapat hiburan. Dan tanpa pikir panjang, Karen berdiri dan melangkahkan kaki mendatangi tempat keramaian tersebut.
Namun, baru beberapa langkah dari tempat terakhirnya, tiba-tiba telinga Karen mendengar suara tembakan.., dan gadis itu segera menghentikan langkah kakinya.
„Dor... dor..” terlihat baku tembak terjadi di depan matanya, dan kembali banyak orang berlarian kesana kemari.
Karen yang sudah menghentikan langkahnya, tidak tahu apa yang harus diperbuat. Beberapa orang tampak berlari, dan terlihat ada seorang laki-laki yang terkena tembakan. Tidak tahu mengapa, jika orang-orang banyak menghindar, namun langkah kaki Karen malah mendatangi korban tembakan. Terlihat seorang laki-laki tengah telungkup sambil menahan sakit, terlihat darah mengalir dari perutnya.
“Fuck.., aku tidak bisa hanya diam melihat korban itu.. Aku harus menolongnya...” melihat ada seorang yang terjatuh dan melihat darah segar mengucur, Karen berpikir untuk memberikan pertolongan. Gadis itu segera mengeluarkan scarf dari dalam tas, kemudian mencoba memberikan pertolongan pertama. Tanpa merasa ngeri, Karen mengikat bekas tembakan itu untuk menghentikan pendarahan.
“Antarkan aku ke mobilku di ujung jalan...” tiba-tiba terdengar ucapan lirih dari laki-lakiyang ditolongnya itu.
Tanpa berpikir lagi, Karen menganggukkan kepala, dan segera membantu laki-laki itu berdiri, kemudian memapahnya berjalan menuju mobil yang diparkir tidak jauh dari tempat itu. Dari dalam mobil, berlari mendekat seorang anak muda yang merupakan sopir dari laki-laki itu.
“Tuan muda… anda terluka...saya akan membawa tuan muda ke dalam mobil secepatnya.” Laki-laki itu segera mendatangi Karen, dan mengambil alih laki-laki yang terluka itu. Karen hanya berdiri kaku, tidak tahu apa yang akan dilakukannya..
„Ikut dan bantu saya. Kita harus membawa dan mengantarkan tuan muda ke hospital..” tidak diduga, laki-laki itu meminta tolong pada Karen.
Gadis itu berpikir sejenak, tapi karena tidak ada agenda penting yang harus diselesaikannya, akhirnya Karen ikut masuk ke dalam mobil tersebut. Sedangkan laki-laki yang terkena tembakan itu pingsan, dan wajahnya tidak terlihat begitu jelas. Dengan alasan kemanusiaan, Karen memutuskan untuk menolong laki-laki itu.
*********
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!