Tuan Ronald yang masih terjaga sambil melihat televisi menajamkan telinganya, namun segera berlari menuju kamar putrinya. Melihat Karen yang seperti ketakutan, laki-laki paruh baya itu mengguncang tubuh Karen yang masih terpejam matanya.. Raut wajah gadis itu terlihat cemas, dan tampak keringat membasahi kening gadis itu.
"Karen ..., bangun Karen..., ada papa disini. Jangan takut putrriku...." laki-laki paruh baya itu masih mengguncang tubuh gadis itu.
Mata Karen perlahan terbuka, dan nafasnya terlihat masih tampak tersengal, Melihat keberadaan papa di depannya, gadis itu segera mengangkat badannya dan memeluk laki-laki paruh baya itu. Karen menyembunyikan wajahnya di dada laki-laki itu.
"Mimpi buruk lagikah..." setelah beberapa saat membiarkan Karen menyembunyikan wajahnya, tuan Ronald menengadahkan wajah putrinya, dan mereka saling beradu pandang, Perlahan gadis itu menganggukkan kepala, mengiyakan pertanyaan dari papanya,
"Papa... terima kasih pa, karena papa selalu ada buat Karen.." Karen yang masih terlihat ketakutan, perlahan mengucapkan terima kasih pada laki-laki itu..
"Tenang... tenanglah putriku.., ada papa disini yang akan selalu menemanimu.. Itu hanya mimpi buruk . Kita berada dalam kehidupan nyata putriku... abaikan itu semua, dan kembalilah tidur Papa akan menemanimu,.." dengan penuh kasih sayang, laki-laki paruh baya itu mengusap rambut Karen.
Merasa tenang karena ada papa yang berada di sampingnya, perlahan Karen kembali menempatkan tubuhnya di atas ranjang, dan memejamkan mata kembali. Laki-laki paruh baya itu hanya mengambil nafas panjang, dan terlihat ada raut iba di wajahnya ketika melihat wajah Karen yang sudah kembali tertidur.
***********
Keesokan paginya…
Karen berjalan tenang menyusuri koridor kampus dengan santai, dan tidak terlihat tergesa-gesa. Gadis itu merasa sudah menyelesaikan semua tugas dari dosen, sehingga pagi ini gadis itu merasa tenang. Tiba-tiba tidak jauh dari tempatnya berjalan, Karen melihat dua gadis muda yang sering memancing emosinya, dan dia memutuskan untuk menghindar. Tapi sudah terlambat bagi Karen untuk menghindar, karena kedua gadis itu sudah melihatnya. Karen akhirnya berjalan menepi dengan menatap lurus ke depan, Tiba-tiba...
“Mina… kita akan dapat contekan tugas nih.. Lihat siapa yang datang ke arah kita..” salah satu gadis itu yang memiliki nama Qian, memberi tahu gadis yang berjalan di sampingnya.
Gadis bernama Mina melihat ke arah Karen, dan tersenyum manis. Tidak lama kemudian, kedua gadis itu bergegas menghampiri Karen, dan berhenti di depannya..
“Selamat pagi Karen, bagaimana harimu … Pasti sangat menyenangkan bukan.” Qian pura-pura berbasa basi. Dan untungnya Karen sudah hafal dengan sikap buruk gadis di depannya itu.
“Benar Karen.. selamat pagi juga. Semoga hari ini, kamu dalam keadaan yang selalu diberkati. By the way... ada tugas dari Tuan Chan bukan. Ngomong-ngomong pasti Karen sudah menyelesaikannya, tidak salah bukan tebakanku..” Mina berusaha untuk bersikap ramah. Karen hanya diam menatap kedua gadis yang sering mencari masalah dengannya itu,
Bersikap diam, tidak memberikan tanggapan apapun, selalu hal itu yang dipilih oleh Karen,. Namun gadis itu tetap bersikap waspada, mengingat kedua gadis itu sering membuat onar, dan masalah dengannya. Qian dan Mina terlahir dengan sendok perak di mulutnya, sehingga semua keinginan mereka selalu terpenuhi. Hal itulah yang membuat keduanya tumbuh menjadi gadis yang congkak, manipulative dan selalu mau menang sendiri.
“Ayolah Karen… please!! Pinjami tugas kamu dong…, kami hanya mau compare dengan pekerjaan kami. Trust me please, kami tidak mencontek hasil karyamu...” Qian mendekati Karen, dan pura-pura bersikap baik. Bahkan Qian meletakkan satu tangan di pundak Karen,
“Hempphhh… Qian, Mina.., apakah kalian tidak mendengar bagaimana penjelasan dari Mr. Chan kemarin. Tugas individu itu ya harus diselesaikan secara individu. Saat ini, banyak sekali tools untuk cek plagiarism pada tugas yang dikerjakan mahasiswa, kalian harus hati-hati..” merasa jengah dengan sikap mereka yang dibuat-buat, akhirnya Karen berkomentar.
Qian dan Mina terlihat kaget, dan keduanya saling berpandangan dengan bahasa isyarat. Kemudian...
“Halah… terlalu banyak omong kamu Karen... Dibaiki malah ngelunjak ..” tiba-tiba Mina merangsek ke depan, dan memepet tubuh Karen ke dinding yang ada di belakangnya.
Sedangkan tangan Qian dengan gesit, menarik tas Karen untuk mengambil buku dari dalam tas tersebut. Karen bertambah jengah, dan berniat untuk menggunakan kekuatannya untuk melawan dua gadis itu. Tetapi..
“Hey… ada apaan ini. Pagi-pagi sudah membuat ulah di depan kelas, apakah kalian tidak ada kerjaan ..” terdengar suara anak muda di belakang kedua gadis itu.
Karen mendongakkan wajah ke atas, dan gadis itu tersenyum melihat kedatangan Wen Chu. Anak muda itu selalu menjadi penyelamat bagi dirinya, Ketika teman-temannya dari kalangan atas sering merundungnya.
Wen Chu bergegas menghampiri ketiga gadis itu, dan tangannya dengan cepat segera merebut tas Karen yang sudah berada di tangan Qian.
“Wen Chu… jangan ganggu kami.. Karen sendiri yang tadi memberi kami ijin untuk meminjamkan pada kami tugas dari Mister Chan. Kenapa kamu mengganggu kesenangan kami Chu...” terdengar suara protes dari Mina. Kedua gadis itu menatap ke arah Wen Chu dengan permohonan.
“Tidak perlu berlagak Mina, Qian.. Aku bisa mengadukan tingkah liar kalian berdua pada Paman Chang... Apakah kalian berdua akan mencobanya..” dengan menggunakan kedekatan dengan papa kedua gadis itu, Wen Chu mengancamnya.
Qian dan Mina memang saudara kembar yang merupakan putri dari Tuan Chang. Sedangkan Wen Chu, karena posisi papanya yang duduk sebagai pejabat dalam pemerintahan, mendapatkan kepercayaan dari Tuan Chang, yang sering bermitra dengan papanya.
“Jangan salah paham Chu...., kami hanya bermain saja kok. Lagian kenapa juga sih, kamu selalu membela dan berdiri di belakang Karen. Jangan bilang, kamu menyukai gadis kampungan itu..” Qian menunjuk ke wajah Karen, dan dengan arogan bertanya pada laki-laki muda itu.
“Apa perlu jawabanku untuk kalian.. Yang pasti, kalian berdua harus mendengar dan mengingatnya. Jika ada aku, tidak aka nada kesempatan bagi kalian untuk menindas Karen. Aku sampai kapanpun akan selalu berada di belakang Karen.” Kembali dengan suara keras, Wen Chu memberikan tanggapan. Sikap laki-laki itu sudah jelas, selalu berusaha melindungi Karen.
„Ayolah Mina... tidak ada manfaatnya juga ribut dengan Wen Chu. Kalau papa di rumah sampai mendengar omongan Wen Chu, malah kita yang akan celaka.” Qian berpikir lebih jernih, menyadari posisi Wen Chu di hadapan papanya. Gadis itu menggandeng tangan Mina, dan mereka dengan bersungut meninggalkan Wen Chu serta Karen.
Wen Chu tersenyum melihat kepergian dua gadis itu, dan laki-laki muda itu mendatangi Karen.
“Bagaimana Karen, are you okay..?”
„Tidak apa Chu... thank.s ya, kamu selalu membantuku di saat ada masalah.” Dengan tulus, Karen memberikan ucapan terima kasih pada Wen Chu,
„Halah... abaikan saja, ayuk kita masuk ke kelas saja. Teman-teman sudah mulai masuk tuh ..” Wen Chu menarik tangan Karen, dan mengajak gadis itu untuk masuk ke dalam kelas. Tanpa penolakan, perlahan Karen mengikuti anak muda itu.
******
Sepulang Kuliah..
Karena masih harus pergi ke perusahaan tempat dirinya bekerja part time, Karen bergegas berlari keluar dari kampus untuk menuju ke halte bus. Sebenarnya, pemilik tempat kerjanya sudah memberikan ijin pada Karen untuk kuliah. Namun gadis itu yang merasa tidak enak, merasa boss nya sudah terlalu sering memberinya dispensasi keterlambatan.
“Syukurlah, pas ada bus kota yang lewat..” Karen segera memasang hoodie di kepalanya, dan menutup kedua telinga dengan menggunakan head phone. Kaca mata hitam melengkapi penampilannya, dan gadis itu segera masuk ke dalam bus.
Setelah melakukan scanning barcode untuk biaya naik bus, Karen segera memilih tempat duduk untuknya. Sambil mendengarkan music, gadis itu mulai memejamkan matanya. Perlahan bus berjalan meninggalkan halte tersebut, dan Karen dengan cepat masuk pada mode tidur. Setelah lima belas menit bus berjalan, tiba-tiba...
“Halte bus Kwun Tong sebentar lagi akan kita singgahi. Siapkan barang dan perlengkapan penumpang..” terdengar pengumuman disampaikan driver bus tersebut.
Mendengar halte bus tujuannya disebut, Karen membuka mata, dan meluruskan punggungnya sesaat. Setelah itu, gadis itu segera berdiri dan berjalan ke depan mendekati pintu keluar.
“Turun di halte..” seseorang bertanya pada gadis itu.
“Yap.. halte depan.” dengan cepat Karen menjawab singkat.
Tidak lama kemudian, bus itu berhenti. Karen segera bergegas turun, kemudian dengan tenang menyeberang di zebra cross yang ada di depan bus tersebut. Tanpa melihat kemana-mana lagi, dengan tenang Karen melangkahkan kaki menuju ke seberang jalan. Setengah berlari, gadis itu segera menuju ke perusahaan yang berdiri di depannya.
“Siang Jack…” sambil menyapa petugas security, gadis itu menyelinap masuk.
Sudah hafal dengan kebiasaan dan keterlambatan Karen, Jack hanya tersenyum sambil melambaikan tangannya. Karen dikenal sebagai gadis periang dan juga ramah pada semua orang yang ada di perusahaan itu, sehingga hampir semua orang mengenalnya.
“Hanya menyelesaikan tugas seperti ini saja tidak selesai-selesai. Aku tidak mau alasannya, secepatnya kalian harus menyelesaikan satu jam kemudian. Jika tidak, aku tidak akan segan untuk memotong gaji kalian. Tanteku sudah sangat baik terhadap kalian, sehingga kalian semua menjadi ngelunjak.” Baru saja Karen akan masuk ke ruang kerjanya, terdengar suara keras seseorang yang memarahi rekan kerjanya.
Gadis itu mengambil nafas untuk menyiapkan dirinya. Perlahan gadis itu mendorong pintu ruangan…, dan melihat siapa yang berani berteriak dalam ruangannya.
*******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments