Mendengar pertanyaan dari laki-laki yang mengantar dan berdiri di dekatnya, Karen tidak berani untuk menjawab. Banyak pertimbangan yang dipikirkan oleh gadis itu, terutama karena merasa belum pernah berinteraksi dengannya, juga sebagai warga baru di komplek itu, Karen tidak berani untuk tampil mencolok. Tapi untuk menolak, gadis itu juga bingung bagaimana harus menjawab.
"Apa identitas gadis itu, baru pindah ke tempat ini beberapa hari, tetapi sudah ada mobil mewah yang mengantarnya. Melihat pengawal yang memberinya pengamanan, sepertinya identitas laki-laki yang mengantar bukan hanya warga biasa..." terdengar percakapan keheranan dari orang-orang yang melihat Karen dan Tuan muda Raymond.
"Benar..., tapi jangan berani untuk berpikiran buruk. Kita tidak boleh menyinggung mereka... Laki-laki itu mendapatkan julukan the most wanted, aku pernah membaca beritanya pada majalah business, dan majalah wanita kelas atas. Jika tidak salah, laki-laki itu CEO Horizon Group, dan juga pewaris keluarga kaya di kota ini.." salah satu dari warga yang berkerumun mengingatkan rekannya.
"Iya benar... kita hanya bisa melihat saja, tidak perlu sampai campur tangan urusan mereka. Meskipun tampan, CEO itu terkenal kejam, Siapapun yang berani menghalangi atau menyinggungnya, bisa lenyap dari muka bumi ini.." salah satu dari mereka berusaha meredam keinginan tahuan warga. Semua yang berada di tempat itu setuju dan menganggukkan kepala, dan pura-pura kembali pada aktivitas terakhir mereka,
Wajah Karen merah padam, karena mendengar apa yang diperbincangkan oleh orang-orang. Gadis itu berpikir untuk mengakhiri semuanya, dan harus bersikap tegas, dan tidak peduli bagaimana status laki-laki di dekatnya itu, gadis itu harus bersikap.
"Tuan Muda... kita tidak pernah saling mengenal sebelumnya. Sekali lagi terima kasih bantuan yang telah Tuan muda berikan. Tetapi, untuk kali ini, tolong hormati dan hargai saya... Kali ini, saya tidak bisa mempersilakan orang asing untuk masuk ke rumah, apalagi papa saya juga sedang tidak ada di rumah Tuan Muda..." dengan memberanikan diri, akhirnya Karen bicara pada Tuan Muda Raymond. Tatapan matanya menyiratkan permohonan.
Mendengar perkataan itu, laki-laki tampan itu tersenyum. Asisten Jiang dan beberapa pengawal kaget mendengar penolakan Karen.
"Hempphh... Miss Karen ini lucu... Bukankah kita sudah melakukan perjalanan sampai ke rumah ini, bagaimana bisa kita belum saling mengenal Miss... Tapi, baiklah. Untuk menghargai privacy, dan juga omongan buruk tentangmu, kami akan meninggalkan rumahmu. Tetap jaga diri, dan jangan ragu untuk menghubungiku, jika kamu memiliki sesuatu yang membutuhkan penyelesaian..." tidak diduga, Raymond tersenyum dan tidak terlihat ada amarah pada dirinya. Ternyata laki-laki itu mau memahami kesulitan yang dipikirkan oleh gadis itu,
Tuan Muda Raymond kemudian memberi isyarat pada asisten Jiang, dan laki-laki itu tanggap apa yang diinginkan tuannya. Asisten Jiang segera mendekat, dan memberikan card name pada tuan mudanya. Sambil tersenyum, Tuan Muda Raymond memasukkan card name ke tas gadis itu. Karen terkejut, dan gadis itu memundurkan langkahnya untuk menjaga jarak.
"Jangan khawatir Miss Karen, itu hanya card name saja. Tidak bernilai, tapi sekali lagi aku tegaskan, jangan ragu untuk menghubungiku jika kamu membutuhkan pertolongan..." kembali Tuan Muda Raymond mengulang kata-katanya.
Tidak ada pilihan lain bagi Karen, selain hanya menganggukkan wajah dan tidak berani menatap ke mata laki-laki tampan itu. Tiba-tiba ponsel asisten Jiang berbunyi, dan laki-laki itu berjalan agak menjauh untuk menerima panggilan. Setelah beberapa saat..., laki-laki itu kembali berjalan mendekati tuan mudanya.
"Tuan Muda, sepertinya kita harus kembali ke perusahaan secepatnya. Ada sedikit masalah yang membutuhkan tanda tangan Tuan Muda.." asisten Jiang tiba-tiba memberanikan diri menginterupsi percakapan Karen dan tuan muda Raymond.
Mata Raymond terlihat berkilat ketika beralih melihat ke arah asisten Jiang...
"Ada masalah apa lagi...?? Apakah masih terkait dengan Robin." dengan cepat ekspresi Tuan Muda Raymond berubah menjadi dingin dan arogan. Sangat berbeda ketika laki-laki tampan itu berinteraksi dengan Karen.
"Benar Tuan Muda.., dan semua manajer Divisi tidak bisa mengendalikan Tuan Robin. Untuk itu, kita harus secepatnya kembali ke perusahaan Tuan Muda.." asisten Jiang mendesak laki-laki itu.
Terlihat Tuan Muda menghela nafas, kemudian laki-laki tampan itu kembali menatap ke arah Karen yang hanya berdiri terpaku sambil menundukkan wajah ke bawah.
"Miss Karen..., aku tidak bisa lama-lama berada di rumahmu. Lain waktu aku akan mampir ke tempat ini, tapi sekarang aku harus kembali ke perusahaan. Ada sedikit masalah yang harus aku selesaikan..." tidak diduga, ekspresi Tuan muda Raymond kembali terlihat ramah dan lembut, ketika laki-laki itu mengajak bicara pada Karen.
Asisten Jiang sampai terkejut dan bingung dengan perubahan ekspresi mendadak dari tuan mudanya.
"Baik Tuan Muda... dengan senang hati.." mendengar laki-laki itu berpamitan, dalam hati Karen bersyukur. Gadis itu mengangkat wajahnya, dan dengan senyuman, gadis itu tersenyum pada laki-laki muda itu. Sejenak mereka saling bertatapan, dan..
"Jiang... kita berangkat." setelah bertatapan, Tuan Muda Raymond segera membalikkan badan, dan mengajak Jiang untuk kembali masuk ke dalam mobil.
Perlahan dua mobil itu meninggalkan halaman tempat tinggal baru Karen. Gadis itu mengambil nafas lega, dan karena tidak mau menjadi topik rasa ingin tahu para tetangga barunya, Karen segera mencari anak kunci, kemudian masuk ke dalam rumah secepatnya.
Tapi baru saja gadis itu akan membuka pintu, firasatnya mengatakan ada orang yang tengah mengintipnya. Namun.. ketika Karen mencoba melihat ke arah yang membuatnya curiga, gadis itu tidak melihat siapapun di tempat itu.
*********
Rumah Peter
Peter berjalan cepat masuk ke dalam rumahnya, dan mama laki-laki itu dengan cepat mengikutinya. Melihat Peter akan berjalan masuk ke dalam kamarnya, perempuan paruh baya itu menarik tangan putranya dan memintanya untuk duduk di sofa.
"Dengarkan mama... Peter, kita perlu untuk bicara...!" dengan ucapan tegas, perempuan paruh baya itu meminta Peter untuk menurutinya.
Peter menghentikan langkah kakinya, kemudian menatap ke wajah mamanya. Ada ketidak sukaan dari tatapan matanya itu, tetapi mengingat siapa wanita yang mengajaknya bicara, Peter berusaha menetralisir dirinya. Setelah mengambil nafas, akhirnya laki-laki muda itu mengikuti mamanya duduk di atas sofa. Laki-laki itu masih berpikir, untuk tidak menyakiti hati perempuan yang melahirkannya.
"Kamu tahu dan sudah melihat sendiri bukan gadis pilihanmu... Perempuan itu bukan gadis baik-baik putraku, dibuktikan dengan mudahnya perempuan itu meninggalkanmu tanpa berpamitan pada orang tuamu, dan pergi dengan laki-laki muda lainnya. Meskipun, mama tahu identitas laki-laki muda yang membawanya itu sangat luar biasa." perempuan paruh baya itu mulai menghasut putranya.
Mendengan mamanya mengungkit tentang Karen, darah Peter seakan naik ke ubun-ubun. Laki-laki itu sangat kenal dan mengetahui seluk beluk yang menyangkut tentang kekasihnya.
"Mama... tidak perlu menjelaskan dan berpikiran buruk pada Karen mam... Peter sangat mengenal Karen, dan dia seorang gadis yang baik. Jadi mama... jangan sekali-sekali mama mencoba untuk memfitnahnya." dengan nada tinggi, anak muda itu membela Karen di depan mamanya. Amarah mulai diluapkan oleh laki-laki itu, Hal itu sangat mengejutkan nyonya Shopia.
"Hemppphh... otakmu memang benar-benar sudah diracuni oleh perempuan itu Peter. Tapi baiklah... mama akan bekerja sama denganmu. Jika kamu ingin menikah dengan perempuan bernama Karen itu, boleh saja. .." tiba-tiba Peter dikejutkan dengan ucapan mamanya.
Anak muda itu mengangkat wajahnya ke atas, dan melihat ada keseriusan di wajah perempuan paruh baya itu. Peter berusaha ingin mencari tahu lebih lanjut...
"Maksud mama... katakan ma..!, syarat apa yang harus Peter penuhi...!" laki-laki itu mendesak mamanya.
"Boleh putraku..., dan itu merupakan hal yang biasa dalam keluarga kita. Kamu hanya bisa menikah dengan Karen, dengan menjadikan gadis itu selirmu, atau istri keduamu. Tita yang akan menjadi istri sahmu.., istri utamamu dalam pergaulan." dengan senyum seringai sadis, perempuan paruh baya itu tersenyum dan menatap ke wajah putranya.
Ucapan mamanya itu, bagaikan geledek di siang bolong... Peter terkejut, kalimat merendahkan harga diri seorang perempuan, keluar dari mulut mamanya, yang juga seorang perempuan. Laki-laki itu menatap wajah mamanya dengan tidak percaya.
"Mama... kenapa mama begitu kejam pada Karen mam... Peter sangat mencintai Karen mam, bahkan bersedia mati untuknya. Jangan pernah berpikiran buruk pada kekasih Peter..." laki-laki muda itu bereaksi keras. Ucapan dari mamanya seperti mata pedang yang menyayat hatinya...
"Itu pilihan yang mama tawarkan Peter... keputusan ada padamu. Mama sudah berani menurunkan standar, tetapi kamu sendiri bukan yang harus menentukan pilihan.." seperti merasa tidak bersalah, perempuan paruh baya berusaha mempengaruhi putranya.
Peter berdiri dari atas sofa, dan beberapa saat menatap mamanya dengan pandangan tidak suka. Tetapi tidak ada yang bisa dilakukan olehnya. Tanpa berbicara apa-apa, Peter berjalan meninggalkan mamanya sendiri.
*************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments