Wen Chu berdiri sambil memegang bahu Karen, dan terlihat sahabatnya itu masih beradu pandang dengan laki-laki kasar itu. Tiba-tiba Wen Chu melihat dari arah mobil belakang, keluar dua perempuan yang mana satu perempuan muda, dan satunya lagi memiliki usia di atasnya. Kedua perempuan itu mendatangi Karen..., dan Karen sangat terkejut melihat siapa yang berjalan ke arahnya,
"Kamu....., bukannya kamu yang bersama dengan mamanya Peter...? Apakah kamu yang menjadi dalang pencegatan ini?" pernah bertemu dengan salah satu gadis itu, Karen menunjuk ke arah gadis yang lebih muda.
"Ha... ha... ha..., ternyata kamu masih mengenalku perempuan ja**lang.. Ingat namaku adalah Tita..., dan aku akan menjadi istri Peter tidak lama lagi. Hal itu yang akan aku tegaskan kepadamu..." sambil tertawa terbahak, perempuan muda itu tertawa.
"Huh... aku tidak butuh laki-laki pengecut seperti Peter, bawa pergi saja dari hadapanku.." Karen mendengus kesal, karena lagi-lagi karena Peter dirinya harus berurusan dengan perempuan itu,
Wajahnya tampak kesal, dan Wen Chu menepuk pelan pundak Karen, mencoba untuk menenangkannya.
"Apa katamu bicara kasar pada adikku...Aku peringatkan juga, menjauhlah sejauh mungkin dengan Peter. Jika kamu tidak mau celaka..," tidak diduga satu perempuan yang datang bersama Tita, yang ternyata adalah kakak sepupunya bernama Cici, mendekat dan tangannya mengarah ke leher Karen untuk mencengkeramnya.
Melihat teman baiknya ditindas seperti itu, tangan Wen Chu secara reflek menarik tangan gadis itu. Namun laki-laki yang menghentikan mobil mereka, dengan cepat bertindak menangkap kedua tangan anak muda itu dengan cepat.
"Kalian berdua ini betul-betul perempuan hina..., menimpakan kesalahan Peter kepadaku.. Hey jangan main tangkap orang, lepaskan tangan temanku,." setelah berhasil membebaskan dirinya dari tangan Cici, Karen melihat ke arah dua orang laki-laki yang masih memegangi Wen Chu..
"Apa kamu bilang...?" Tita mengangkat tangan untuk memberikan tamparan ke pipi Karen. Namun Karen bukan gadis yang dengan mudah untuk mereka tindas. Dengan cepat, satu tangan Karen juga terangkat dan menangkap tangan Tita yang terarah kepadanya. Untuk memberi pelajaran, Karen memutar tangan Tita.., dan.
"Sakit... lepaskan ja***lang..." Tita menjerit kesakitan.
Dari arah belakang, satu laki-laki mendekat dan ingin menghentikan Karen. Namun dengan lincah gadis itu berkelit, dan satu kakinya menendang ke belakang. Gadis itu tersenyum, dan bersyukur jika papanya selalu memberikan latihan ilmu bela diri padanya. Tendangan yang dilakukan Karen. tepat mengenai pinggang laki-laki itu. Dengan cepat, satu tangannya menghempaskan tubuh Tita, hingga gadis itu tersungkur.
" Aaawww... Hey., jangan menyerah, habisi saja gadis kampungan ini. Ternyata peringatan lisan tidak diindahkan olehnya, hanya dengan kita beri pelajaran kekerasan, sepertinya gadis ini baru paham.." Tita berteriak memberi perintah pada orang-orang yang datang bersamanya.
Tidak lama kemudian, enam orang laki-laki datang mengepung Karen dan Wen Chu. Keduanya saling berpandangan...
"Jangan khawatir Karen... aku akan melindungimu dengan sekuat tenagaku. Semoga saja, polisi melihat hal ini dari kamera pengawas.." terdengar Wen Chu mencoba menenangkan Karen. Tapi gadis itu hanya tersenyum dan menganggukkan kepala.
Tanpa orang-orang itu sadari, Karen menarik ikat pinggangnya keluar. Gadis itu akan menggunakan ikat pinggang itu sebagai senjata dalam menghadapi mereka. Mata Wen Chu terbelalak, namun diapun kemudian melakukan hal yang sama,
"Puakkk.." tanpa Wen Chu ketahui, sebuah tendangan mengenai punggungnya. Laki-laki itu jatuh tersungkur dan mengaduh kesakitan.
"Kurang ajar... kalian beraninya bermain curang." Karen segera melompat, dan sambil mengibas-kibaskan ikat pinggang, Karen berusaha melindungi dirinya.
Gadis itu berjongkok, untuk memeriksa Wen Chu. Tampak darah mengalir keluar dari sudut bibirnya.. Karen menatap Wen Chu yang terluka dengan tatapan prihatin.
"Larilah Karen, selamatkan dirimu.." dengan kesakitan, Wen Chu meminta Karen untuk melarikan diri dari tempat itu.
"Apa yang kamu katakan Chu... aku bukan tipe gadis seperti itu. Kamu membelaku, tetapi aku malah meninggalkanmu. Jikalau kita akan terluka, aku juga akan terluka denganmu.." mata Karen berkilat. Jiwa pecundang tidak ada dalam diri gadis itu.
Gadis itu segera kembali melompat, dan mengarahkan serangan ikat pinggang pada laki-laki yang mengepungnya. Dengan cepat dan kekuatan penuh, Karen kembali melemparkan ikat pinggang ke laki-laki yang ada di depannya.
"Seet..." tapi dengan cepat, laki-laki itu menangkapnya.
Karen tersenyum, dan dengan sekuat tenaga gadis itu menghentakkan ikat pinggang itu, dan tubuh laki-laki itu terpental. Tapi, apa dayalah tenaga seorang gadis. Dari arah samping dan belakang, beberapa laki-laki menyerang ke depan, dan mengelilingi Karen sendiri. Dari pinggiran dekat mobil, Tita dan gadis yang bersamanya bersorak melihat posisi Karen yang terdesak.
"Ya Tuhan... apa yang harus aku lakukan. Papa..., maafkan dosa-dosa Karen pa," menyadari posisinya, Karen tidak berharap banyak.
Dengan serampangan, Karen hanya menggunakan kaki dan ikat pinggang di tangannya. Tiba-tiba..
"Bukk..." sebuah tendangan mengenai punggung Karen, dan gadis itu tersungkur ke depan. Rahang Karen menyentuh tanah, dan darah mengalir keluar dari pipi dan dagunya. Gadis itu tidak bisa berharap banyak..
"Dor..." tiba-tiba terdengar suara tembakan dari arah belakang. Tubuh salah satu pengawal Tita, jatuh tersungkur. Namun Karen tidak bisa melihatnya dengan jelas, karena pandangan matanya kabur..., dan tidak lama gadis itu terbaring pingsan.
********
Beberapa Saat kemudian...
Perlahan Karen membuka matanya perlahan, dan silau lampu tampak di depannya. Tetapi Karen yang sudah sadar tidak mengetahui posisinya berada saat ini. Bau harum aroma parfum maskulin masuk ke indera penciumannya, namun tetap saja gadis itu tidak tahu ada di mana posisinya saat ini,
"Ada dimanakah aku, interior dan furniture di kamar ini sangat mewah dan elegant. Siapa yang membawaku kesini.." Karen bertanya pada dirinya sendiri.
Perlahan Karen mengangkat tubuhnya, ada rasa nyeri di punggung dan pinggang gadis itu. Sambil meringis, gadis itu mencoba bangkit dari posisi tidurnya. Ketika tanpa sadar Karen menyentuh rahang dan dagunya, ada kassa yang menutup lukanya.
"Apakah ini rumah sakit, tapi kenapa ada kamar rumah sakit semewah ini..?" lagi lagi Karen bertanya pada dirinya sendiri.
Warna cat dominan hitam, dan putih menandakan jika kamar yang ditempatinya ini untuk laki-laki. Tetapi dari furniture, dan tata lay out ruangan, bukan orang sembarangan yang akan menjadi pemilik kamar ini.
"Ataukah Wen Chu yang membawaku ke rumahnya. Jika benar, oh my God.., bagaimana aku akan menjelaskan pada kedua orang tua anak itu. Aku harus mencoba bangun, dan mencari tahu sendiri. Karena aku akan bisa gila, jika hanya sendiri berada di dalam ruangan ini.." perlahan Karen berusaha turun dari sisi ranjangnya. Merasa tidak enak jika merepotkan keluarga Wen Chu.., Karen bertekad untuk keluar dari kamar itu.
Ternyata seluruh bagian tubuh Karen terasa sakit, dan gadis itu berpikir dalam keadaan seperti itu, dirinya tidak akan bisa meninggalkan kamar itu. Namun tekad Karen sangat kuat, gadis itu terus mencoba untuk berusaha. Dengan berpegangan pada sandaran ranjang, Karen mencoba berdiri.
"Honey... apa yang kamu lakukan sayang...?" Karen terkejut, pintu kamar tiba-tiba terbuka. dan terdengar teriakan khawatir seorang laki-laki.
Ternyata laki-laki tampan yang berkali-kali menemuinya, yang bernama Raymond itu berlari ke arahnya, dan di belakangnya ada seorang dokter yang mengikutinya. Laki-laki muda itu segera memegangi tubuh Karen, kemudian mendudukkan kembali di pinggiran ranjang.
"Tuan muda..., kenapa saya bisa berada di tempat ini..? Siapa yang membawa saya kesini.." merasa tidak enak pada laki-laki itu, karena sudah beberapa kali laki-laki itu memberinya pertolongan, Karen bertanya dengan suara lirih.
"Tenanglah Karen.., saat ini kamu berada di tempat yang aman. Jangan takut, dokter akan memeriksamu kembali.." laki-laki muda itu ternyata Tuan muda Raymond.
Masih merasa bingung, akhirnya Karen menuruti apa yang dikatakan oleh laki-laki muda itu. Perlahan Karen kembali duduk di pinggiran ranjang. Dokter segera mendatangi gadis itu, dan meminta Karen untuk kembali berbaring.
*********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments