Bab 4. Serangan

Mobil melaju kencang, dan bahkan tidak menghiraukan tanda signal lalu lintas, Tidak berapa lama, mobil yang membawa Karen dan laki-laki yang terluka itu sudah sampai di hospital. Beberapa orang sudah stand by di pintu akses Emergence menyambut kedatangan mereka. Dengan bergegas, orang-orang itu segera membawa laki-laki yang tertembak masuk ke dalam ruang pemeriksaan. Karen menghela nafas panjang, dan ketika sadar jika laki-laki yang ditolongnya tadi sudah ada yang menangani, akhirnya Karen memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut. Apalagi terlihat banyak noda darah di baju yang dikenakannya.  Sopir laki-laki yang tertembak tadi, yang memintanya untuk mengikuti sampai hospital, tidak sempat memperhatikannya. Bergegas Karen membalikkan badan, menuju jalan di depan hospital.

“Taksi…” melihat sebuah taksi yang mangkal, Karen memanggil taksi tersebut. Tidak lama sebuah mobil menghampiri gadis itu. Gadis itu bergegas masuk ke dalam mobil, namun...

Baru saja Karen akan naik ke dalam mobil, gadis itu merasa ada yang melihatnya dari belakang. Tanpa pikir panjang, Karen menoleh ke arah tersebut, namun tidak ada satu orangpun yang dilihatnya. Hal itu berlangsung untuk beberapa kali, dan akhirnya Karen mengabaikan hal tersebut, dan segera masuk ke dalam mobil.

“Diantarkan ke mana Non..” sopir taksi bertanya pada Karen, ketika melihat gadis itu sudah duduk menyandarkan punggung di  sandaran kursi.

„Dream Apartment...” sahut Karen singkat.

“Siap Non..”

Begitu mobil berjalan meninggalkan depan hospital, gadis itu mencoba memejamkan matanya. Tampak kelelahan mulai menghampirinya, dan Karen baru menyadarinya…

“Hempphh... hari ini sangat melelahkan, dan juga merupakan hari apesku.. Setelah dipecat, harus berlumur darah orang seperti ini. Lebih baik aku pulang ke rumah .” Karen tersenyum pahit mengingat harinya.

Sambil tetap memejamkan mata, perlahan Karen memijat pelipis alisnya, untuk meredakan ketegangan yang muncul. Lagi-lagi Karen kembali tersenyum pahit, dan akhirnya mencoba melupakan kejadian pada hari ini. Betul-betul hari yang menyebalkan.

*******

Dream Apartment

Sesampainya di apartemen, karena kamarnya berada di lantai tiga, seperti biasanya Karen memilih untuk jalan kaki menggunakan tangga darurat untuk menuju ke lantai atas. Gadis itu menggunakan tangga yang ada di sisi barat apartemen, untuk menuju ke kamar yang ditempatinya bersama Tuan Ronald. Karen selalu menikmati naik turun menggunakan tangga, karena dari sisi apartemen bisa menatap laut biru di kejauhan.

“Hemppph… aku akan mandi terus tidur, untuk kembali membangun semangatku.. Semoga aku terbangun dengan rencana baru yang jauh lebih cemerlang..” Karen bergumam sendiri, berusaha menghibur dirinya sendiri.

Namun ketika langkah kaki Karen sudah sampai di lantai tiga, telinganya menangkap ada suara keributan dari arah ruangan apartemennya, Gadis itu berhenti sesaat, tetapi...

“Brakk… dukk..” terdengar suara pukulan, dan barang yang jatuh.

“Suara apa itu, papa.. . Apakah papa sudah sampai di rumah. ” Karen berpikir sendiri, dan karena mempedulikan keadaan yang mungkin dialami papanya, gadis itu segera berlari menuju pintu.

“Tunjukkan barang itu sekarang juga Ronald…, dan berikan padaku. Maka, aku akan membebaskan dirimu serta putrimu mulai saat ini.” Terdengar suara keras yang ditujukan pada papanya.Otak Karen berusaha mencerna pembicaraan yang masuk ke telinganya itu.

“Apa yang kalian maksudkan, kalian semua ini salah orang. Aku tidak tahu dengan keluarga Song Chi, dan baru mendengarnya saat ini..” suara papa Karen terdengar membela diri.

"Bohong... jelas-jelas kamulah laki-laki itu, yang membawa bayi itu dan melarikan diri dari pertarungan.." terdengar perdebatan sengit dalam ruangan itu,

"Kalian salah orang, aku dan putriku merupakan penduduk asli negara ini.." terdengar Tuan Ronald berusaha mengelak.

"Bluarr... plakkk..." lagi-lagi terdengar suara tendangan dan tamparan,

Karen yang berusaha untuk mengendalikan dirinya, tidak bisa menahan diri. Rasa khawatir pada keselamatan papanya, jauh lebih besar. Gadis itu segera mendekat ke arah pintu, dan....

„Dukk... blamm...” dengan sekuat tenaga, Karen menendang pintu, dan tidak lama pintu itu terbuka.

Terlihat di depan gadis itu, pemandangan yang sangat tidak menyenangkan. Dua orang laki-laki kekar berdiri di hadapan papanya yang tampak lemah tak berdaya..

„Siapa kalian, dan untuk apa berani mengganggu papaku. Keluar semua kalian dari ruangan ini..!” tatapan Karen seperti orang kesetanan. Ruangan tempat tinggal dengan papanya, tampak acak-acakan dan porak poranda, Di sudut dinding, wajah papanya sudah terlihat lebam, dan darah tampak mengalir ke sudut bibir laki-laki itu.

Secara reflek, sambil sudut matanya terus menatap tajam, tangan Karen menarik tongkat bisbol yang disimpannya di bawah sofa. Gadis itu dengan berani dengan memegang tongkat bisbol, kemudian mendatangi dua laki-laki yang berseteru dengan papanya.

"Wowww.... pucuk dicinta, ulampun tiba. Ronald... anak gadismu akan kami bawa bersamaku, atau kamu akan menukar dengan barang yang aku tanyakan tadi.." sambil tersenyum menjijikkan, salah satu laki-laki itu tampak mengancam papa Karen,

“Katakan padaku, untuk apa kamu menghajar papaku. Atau kamu akan merasakan kerasnya tongkat bisboll ini..” dengan tatap bermusuhan, Karen kembali bertanya pada dua orang tersebut. Kedua tangannya mempermainkan tongkat bisboll di atasnya..

Melihat tatapan menjijikkan dari orang-orang itu, dan melihat papanya yang tampak tersungkur tak berdaya, Karen ingin menghabisi keduanya.

„Ha.. ha.. ha.., ada seorang gadis berani untuk mengancamku. Apakah kamu tidak takut mati cantik...?” salah satu dari orang itu, tertawa melecehkan. Dan salah satu laki-laki itu malah berjalan mendekat ke Karen, namun...

„Bukkk...” tidak diduga, tanpa peringatan tongkat bisboll memukul kaki salah satu dari mereka. Laki-laki yang terkena pukulan, langsung melompat karena merasa kesakitan.

„Kurang ajar, memang tidak tahu diuntung kamu perempuan...” tangan laki-laki yang dipukul itu tiba-tiba terangkat ke atas, sepertinya akan memberikan tamparan pada Karen. Namun...

Karen menjadi semakin beringas, untungnya sejak kecil, Tuan Ronald selalu memaksa putrinya untuk berlatih taekwondo, dan olah raga untuk menjaga diri. Kali ini tanpa rasa takut, Karen malah semakin merangsek ke depan, dengan mengayun-ayunkan tongkat bisbol.

„Jangan keburu nafsu... gadis itu masih memiliki manfaat untuk kita. Jika semuanya sudah ada kejelasan, perempuan itu akan bermanfaat untuk kita..”salah satu dari laki-laki itu mengajak bicara temannya yang kesakitan. Dan terlihat keduanya berbicara dengan lirih.

Mendengar kata-kata temannya, laki-laki yang merasa kesakitan itu, mencoba untuk mengendalikan dirinya. Di sisi lain, Tuan Ronald terkejut dengan tindakan yang dilakukan Karen, dan laki-laki itu berusaha untuk menahan gadis itu agar menghentikan serangannya.

“Hentikan tindakanmu Karen…, kita harus mengalah. Tidak seharusnya, kamu melawan kekerasan dengan kekerasan pula, kamu ini seorang gadis.  ” Suara tuan Ronald terdengar memberi pengertian pada putrinya, dan  tampak kekhawatiran pada  wajah laki-laki itu.

Karen mengambil nafas dan berhenti, namun gadis itu masih menatap dua laki-laki yang tampak mengincar papanya itu dengan tatapan bermusuhan.

“Kita tinggalkan mereka dulu, suatu saat kita akan membuat perhitungan lagi. Apalagi informasi yang kita dapatkan belum jelas benar adanya..” akhirnya melihat temannya mengeluarkan darah dari pelipis, satu dari laki-laki itu mengajaknya untuk pergi. Teman satunya menganggukkan kepala, sebagai tanda persetujuan..

„Ingat Ronald... jika memang kamu dan putrimu adalah orang yang dicari oleh Tuan Muda kami, maka kalian tidak akan dapat menghindar. Untuk kali ini, aku akan mengampunimu...” tiba-tiba laki-laki yang terluka di dahi, bersuara dan melihat ke arah Tuan Ronald,

Tidak terlihat ada ketakutan sedikitpun di wajah Ronald, laki-laki itu malah tersenyum sambil melihat pada dua laki-laki di depannya.

„Sampai kapanpun aku akan mengatakan, jika kalian telah salah paham dengan kami. Aku tidak tahu apa yang sejak tadi kalian bicarakan, dan tanyakan. Pergilah... atau putriku akan memanggil polisi untuk menangkap kalian..” dengan berani, Tuan Ronald menanggapi ucapan itu.

Tanpa bicara lagi, dua laki-laki itu segera berjalan keluar dari dalam ruangan itu. Tuan Ronald mengambil nafas lega. Kemudian setelah sepeninggalan dua laki-laki itu, Karen mengambil nafas dalam, kemudian gadis itu melemparkan tongkat bisboll dan berjalan menghampiri papanya.

„Papa... siapa orang-orang itu, dan mengapa mereka menyakiti papa..” Karen segera membantu papanya untuk berdiri. dan membawa Tuan Ronald untuk duduk di atas sofa.

“Tidak perlu kamu pikirkan lagi siapa mereka Karen..., itu tidak penting. Yang penting hari ini, papa dan kamu selamat sayang. Dan jika kamu senggang, buatkan papa minuman hangat dulu..” Tuan Ronald tidak menanggapi pertanyaan gadis itu. Laki-laki itu mengalihkan focus perhatian Karen.

“Baiklah pa.., sekalian Karen akan mengambil air hangat untuk membersihkan luka papa..” Karen akhirnya mengalah. Kesembuhan papanya, menjadi hal yang harus diutamakan saat ini.

Gadis itu segera berjalan menuju dapur, kemudian menyalakan water boiler untuk memanaskan air minum. Sembari menunggu air mendidih, Karen menyiapkan cangkir dan cawan, dan memasukkan gula serta teh celup ke dalamnya. Dengan cekatan, Karen membuat teh manis panas Ketika air sudah mendidih. Tidak lama kemudian, selain teh panas, gadis itu juga membawa baskom kecil berisi air hangat.

“Papa minumlah dulu… Karen akan mengambil Rivanol untuk membantu membersihkan luka papa,” setelah mengantarkan teh, Karen berjalan ke kotak obat. Melihat botol kecil pembersih luka, Karen segera membawa kemudian mengambil beberapa tetes untuk dituang ke dalam baskom berisi air hangat.

Perlahan, dengan sabar Karen membersihkan luka di pelipis dan sudut bibir papanya. Untung saja, darah sudah berhenti menetes, sehingga Karen dapat mengoleskan obat pengering pada luka-luka tersebut.

“Siapa mereka itu sebenarnya pa.., dan kenapa melakukan penyerangan pada papa..” Karen mengulang lagi pertanyaan tentang dua laki-laki itu. Tapi bukannya menjawab, laki-laki paruh baya itu malah... kembali menasehati gadis itu.

„Karen... kan papa sudah bilang tadi, lupakan kejadian hari ini. Semua itu hanya karena kesalah pahaman saja. Besok lagi, jika tanpa sengaja bertemu dengan mereka lagi, lebih baik mengabaikan dan menghindar. Itu akan lebih baik untukmu..” Tuan Ronald malah meminta Karen untuk melupakan. Tampak jika laki-laki paruh baya itu menyembunyikan sesuatu.

„Hemppphh... baiklah, jika itu mau papa.. Sekarang sebaiknya papa segera beristirahat” akhirnya tidak ada pilihan lain bagi Karen, selain mengiyakan perkataan papanya.

Namun, dalam hatinya Karen tidak bisa melupakan kejadian yang baru saja dialaminya.. Gadis itu bertekad ingin mencari sendiri, apa yang menjadi penyebab dari kekisruhan itu.

********

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

Hmmmm🤔🤔

2024-03-01

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Hari-hariku....
2 Bab 2. Nightmare...
3 Bab 3. Dipecat
4 Bab 4. Serangan
5 Bab 5. Temukan Gadis itu
6 Bab 6. Pindah Tempat
7 Bab 7. Menikahlah denganku
8 Bab 8. Ditindas
9 Bab 9. Kita pergi sekarang
10 Bab 10. Mengantar Pulang
11 Bab 11. Selir???
12 Bab 12. Kenapa kamu menangis
13 Bab 13. Rutinitas
14 Bab 14. Waktu yang Tepat
15 Bab 15. Gadis Miskin
16 Bab 16. Perlakuan Lembut
17 Bab 17. Penasaran
18 Bab 18. Identitas Tersembunyi
19 Bab 19. Tamu tak Diundang
20 Bab 20. Ada dimana aku??
21 Bab 21. Perhatian
22 Bab 22. Perawatan Khusus
23 Bab 23. Berusaha Keluar
24 Bab 24. Benteng Pendem
25 Bab 25. Sikap Waspada
26 Bab 26. Silsilah
27 Bab 27. Invitation Letter
28 Bab 28. Ijin Papa
29 Bab 29. Sakit Perut
30 Bab 30. Berusaha Perhatian
31 Bab 31. Pertolongan
32 Bab 32. Akhirnya
33 Bab 33. Merasa Bersalah
34 Bab 34. Papa
35 Bab 35. Galau
36 Bab 36. Kedatangannya
37 Bab 37. Gadisku
38 Bab 38. Aura Bersahabat
39 Bab 39. Merasa Malu
40 Bab 40. Apa yang Terjadi tadi Malam?
41 Bab 41. Misterius
42 Bab 42. Rasa Ingin Tahu
43 Bab 43. Belum Terjawab
44 Bab 44. Kedatangan Nyonya Clara
45 Chapter 45. Kemanapun mengikuti
46 Chapter 46. Calon Istriku
47 Chapter 47. Serba Salah
48 Chapter 48. Gundah
49 Chapter 49. Tindakan tidak Sengaja
50 Chapter 50. Kedatangan
51 Chapter 51. Will you marry me
52 Chapter 52. Batasan Tegas
53 Chapter 53. Dis Orientasi
54 Chapter 54. Bingung
55 Chapter 55. Sikap Posesif
56 Chapter 56. Strategi Baru
57 Chapter 57. Aksi Tindakan
58 Chapter 58. Hasil Pemeriksaan
59 Chapter 59. Penyergapan
60 Chapter 60. Ketegangan
61 Chapter 61. Kebingungan
62 Chapter 62. Misi Rahasia
63 Chapter 63. Terkejut
64 Chapter 64. Lingkungan Baru
65 Chapter 65. Menjalankan Rencana
66 Chapter 66. Merasa Asing
67 Chapter 67. Hilangnya rasa hormat
68 Chapter 68. Evakuasi
69 Chapter 69. Kebohongan
70 Chapter 70. Masa Berlalu
71 Chapter 71. Upaya Pendekatan
72 Chapter 72. Menundukkan Hati
73 Chapter 73. Masih Misteri
74 Chapter 74. Ingatan Samar
75 Chapter 75. Rencana Seru
76 Chapter 76. Taktik
77 Chapter 77. Persiapan
78 Chapter 78. Panik dan Marah
79 Chapter 79. Keras Hati
80 Chapter 80. Apakah Anda Papaku
81 Chapter 81. Asal Usul
82 Chapter 82. Pilihan Sulit
83 Chapter 83. Inikah Cucuku
84 Chapter 84. Bukan Urusanmu
85 Chapter 85. Keragu-raguan
86 Chapter 86. Tega
87 Chapter 87. Berita bahagia
88 Chapter 88. Alur
89 Chapter 89. Pertimbangan Serius
90 Chapter 90. Tatapan Bingung
91 Chapter 91. Bertemu Oma
92 Chapter 92. Suara yang DIrindukan
93 Chapter 93. Perlakuan Lembut
94 Chapter 94. Menjatuhkan Hati
95 Chapter 95. Perkelahian
96 Chapter 96. Pertemuan Kecil
97 Chapter 97. Salah Sasaran
98 Chapter 98. Aku akan Mengejarnya
99 Chapter 99. Terbangun
100 Chapter 100. Tiga Generasi
101 Chapter 101. Chemistry
102 Chapter 102. Invitation
103 Chapter 103. Akhirnya
104 Chapter 104. Kabar Bahagia
105 Chapter 105. Hopeless
106 Chapter 106. Pengorbanan
107 Chapter 107. Hopeless
108 Chapter 108. Laki-lakiku
109 Chapter 109. Keberangkatan
110 Chapter 110. Kerinduan
111 Chapter 111. Penyambutan Hangat
112 Chapter 112. Cuci Otak
113 Chapter 113. Strategi
114 Chapter 114. Ruang Rahasia
115 Chapter 115. Mencari Jalan
116 Chapter 116. Panik
117 Chapter 117. Kebohongan
118 Chapter 118. Pemaksaan
119 Chapter 119. Reuni Keluarga
120 Chapter 120. Kesadaran
121 Chapter 121. Karma
122 Chapter 122. Will you marry me??
123 Chapter 123. Stephen
124 Chapter 124. Metamorfosis
125 Chapter 125. Persiapan Lamaran
126 Chapter 126. Run down
127 Chapter 127. Sambutan yang Baik
128 Chapter 128. Berlian merah muda Argyle
129 Chapter 129. Kebahagiaan
130 Chapter 130. Menyiapkan Adik untuk Azheema
131 Chapter 131. Meyakinkanmu
132 Chapter 132. Kenalan baru
Episodes

Updated 132 Episodes

1
Bab 1. Hari-hariku....
2
Bab 2. Nightmare...
3
Bab 3. Dipecat
4
Bab 4. Serangan
5
Bab 5. Temukan Gadis itu
6
Bab 6. Pindah Tempat
7
Bab 7. Menikahlah denganku
8
Bab 8. Ditindas
9
Bab 9. Kita pergi sekarang
10
Bab 10. Mengantar Pulang
11
Bab 11. Selir???
12
Bab 12. Kenapa kamu menangis
13
Bab 13. Rutinitas
14
Bab 14. Waktu yang Tepat
15
Bab 15. Gadis Miskin
16
Bab 16. Perlakuan Lembut
17
Bab 17. Penasaran
18
Bab 18. Identitas Tersembunyi
19
Bab 19. Tamu tak Diundang
20
Bab 20. Ada dimana aku??
21
Bab 21. Perhatian
22
Bab 22. Perawatan Khusus
23
Bab 23. Berusaha Keluar
24
Bab 24. Benteng Pendem
25
Bab 25. Sikap Waspada
26
Bab 26. Silsilah
27
Bab 27. Invitation Letter
28
Bab 28. Ijin Papa
29
Bab 29. Sakit Perut
30
Bab 30. Berusaha Perhatian
31
Bab 31. Pertolongan
32
Bab 32. Akhirnya
33
Bab 33. Merasa Bersalah
34
Bab 34. Papa
35
Bab 35. Galau
36
Bab 36. Kedatangannya
37
Bab 37. Gadisku
38
Bab 38. Aura Bersahabat
39
Bab 39. Merasa Malu
40
Bab 40. Apa yang Terjadi tadi Malam?
41
Bab 41. Misterius
42
Bab 42. Rasa Ingin Tahu
43
Bab 43. Belum Terjawab
44
Bab 44. Kedatangan Nyonya Clara
45
Chapter 45. Kemanapun mengikuti
46
Chapter 46. Calon Istriku
47
Chapter 47. Serba Salah
48
Chapter 48. Gundah
49
Chapter 49. Tindakan tidak Sengaja
50
Chapter 50. Kedatangan
51
Chapter 51. Will you marry me
52
Chapter 52. Batasan Tegas
53
Chapter 53. Dis Orientasi
54
Chapter 54. Bingung
55
Chapter 55. Sikap Posesif
56
Chapter 56. Strategi Baru
57
Chapter 57. Aksi Tindakan
58
Chapter 58. Hasil Pemeriksaan
59
Chapter 59. Penyergapan
60
Chapter 60. Ketegangan
61
Chapter 61. Kebingungan
62
Chapter 62. Misi Rahasia
63
Chapter 63. Terkejut
64
Chapter 64. Lingkungan Baru
65
Chapter 65. Menjalankan Rencana
66
Chapter 66. Merasa Asing
67
Chapter 67. Hilangnya rasa hormat
68
Chapter 68. Evakuasi
69
Chapter 69. Kebohongan
70
Chapter 70. Masa Berlalu
71
Chapter 71. Upaya Pendekatan
72
Chapter 72. Menundukkan Hati
73
Chapter 73. Masih Misteri
74
Chapter 74. Ingatan Samar
75
Chapter 75. Rencana Seru
76
Chapter 76. Taktik
77
Chapter 77. Persiapan
78
Chapter 78. Panik dan Marah
79
Chapter 79. Keras Hati
80
Chapter 80. Apakah Anda Papaku
81
Chapter 81. Asal Usul
82
Chapter 82. Pilihan Sulit
83
Chapter 83. Inikah Cucuku
84
Chapter 84. Bukan Urusanmu
85
Chapter 85. Keragu-raguan
86
Chapter 86. Tega
87
Chapter 87. Berita bahagia
88
Chapter 88. Alur
89
Chapter 89. Pertimbangan Serius
90
Chapter 90. Tatapan Bingung
91
Chapter 91. Bertemu Oma
92
Chapter 92. Suara yang DIrindukan
93
Chapter 93. Perlakuan Lembut
94
Chapter 94. Menjatuhkan Hati
95
Chapter 95. Perkelahian
96
Chapter 96. Pertemuan Kecil
97
Chapter 97. Salah Sasaran
98
Chapter 98. Aku akan Mengejarnya
99
Chapter 99. Terbangun
100
Chapter 100. Tiga Generasi
101
Chapter 101. Chemistry
102
Chapter 102. Invitation
103
Chapter 103. Akhirnya
104
Chapter 104. Kabar Bahagia
105
Chapter 105. Hopeless
106
Chapter 106. Pengorbanan
107
Chapter 107. Hopeless
108
Chapter 108. Laki-lakiku
109
Chapter 109. Keberangkatan
110
Chapter 110. Kerinduan
111
Chapter 111. Penyambutan Hangat
112
Chapter 112. Cuci Otak
113
Chapter 113. Strategi
114
Chapter 114. Ruang Rahasia
115
Chapter 115. Mencari Jalan
116
Chapter 116. Panik
117
Chapter 117. Kebohongan
118
Chapter 118. Pemaksaan
119
Chapter 119. Reuni Keluarga
120
Chapter 120. Kesadaran
121
Chapter 121. Karma
122
Chapter 122. Will you marry me??
123
Chapter 123. Stephen
124
Chapter 124. Metamorfosis
125
Chapter 125. Persiapan Lamaran
126
Chapter 126. Run down
127
Chapter 127. Sambutan yang Baik
128
Chapter 128. Berlian merah muda Argyle
129
Chapter 129. Kebahagiaan
130
Chapter 130. Menyiapkan Adik untuk Azheema
131
Chapter 131. Meyakinkanmu
132
Chapter 132. Kenalan baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!