Tatapan Karen beradu pandang dengan seorang perempuan cantik, yang mengenakan pakaian dan perlengkapan branded di seluruh tubuhnya. Namun hal itu tidak membuat Karen kagum, melainkan hanya menatap perempuan yang tengah marah itu dengan tatapan tidak suka. Melihat sikap beraninya, perempuan itu seperti memiliki peluang besar untuk menunjukkan eksistensinya di perusahaan.
“Siapa kamu, kenapa malah berani menatapku dengan pandangan seperti itu..?” dengan nada tinggi, perempuan itu bertanya pada Karen.
„Hemppphh...., bukankah seharusnya aku yang bertanya, siapa anda. Datang-datang ke ruangan kerja saya, marah marah dengan tidak jelas. Jika anda tahu, sampai di pintu lobby suara anda terdengar.., jadi akan menimbulkan kesan buruk bagi perusahaan, jika sampai terdengar oleh orang luar.” dengan berani, Karen memberikan tanggapan sambil terus menatap iris mata perempuan itu.
Melihat keberanian Karen berbicara kepadanya dengan tegas, perempuan itu menjadi bertambah marah. Tatapannya tajam, seakan menghujam ke arah Karen. Namun dengan berani, Karena meladeninya..., dan bahkan melihat ke arah perempuan itu sambil tersenyum sinis.. Perempuan itu berjalan mendekat ke arah Karen, kemudian...
„Kamu berani berkata seperti itu kepadaku..., dan kamu belum tahu siapa aku ya.. Ternyata tanteku sudah terlalu lama mengumbar kalian semua, sehingga tingkah dan kerja kalian tidak ada satupun yang benar. Ke depan kalian.., harus mentaati perintahku! Dan ingat, tidak ada keterlambatan untuk alasan apapun, atau kalian harus mengganti jam lembur kalian." dengan nada sombong, perempuan itu menatap balik pada Karen. Tatapan itu seakan melecehkan..
"Hari ini, tanteku sedang melakukan perjalanan ke luar negeri. Dan akulah yang akan menggantikan posisi tante di perusahaan ini, mulai sekarang. Yang penting untuk kalian ketahui, kedatanganku di perusahaan, adalah untuk mendisiplinkan kalian semua,” lanjut perempuan itu dengan suara keras.
Karen menanggapi perkataan itu dengan tersenyum sinis, dilanjutkan mengambil nafas panjang. Karen berpikir, menyadari posisi strategis perempuan itu, tidak ada pilihan lain, selain hanya diam dan mengikuti ucapan perempuan itu. Namun... Karen hanya ingin mengetahui bagaimana rencana gadis itu ke depannya, dan tanpa berkomentar Karen segera berjalan menuju ke arah kursinya dan mengabaikan gadis itu. Tiba-tiba...
“Hey.... apakah kamu yang bernama Karen...?? Jika benar, dengar kata-kataku hari ini. Tidak akan ada dispensasi dalam perusahaan ini ke depannya. Jika kamu melanggar lagi, maka aku tidak akan segan untuk memberikan intruksi pada bagian keuangan untuk memotong gajimu. Kamu harus ingat itu...” tidak mau diacuhkan oleh anak buahnya, terdengar suara perempuan itu tampak mengajak Karen berbicara. Merasa disebut namanya, Karen langsung memutar tubuh dan membalikkan badan, sehingga beradu pandang dengan perempuan itu.
„Sebentar nona... apakah aku tidak keliru mendengarnya. Rubah dulu kontrak kerja yang saya tanda tangani, barulah anda merubah peraturan kerja saya.. Apakah bisa anda semena-mena mengatur kami dengan perintah lucumu itu..” merasa dirugikan dengan ucapan perempuan itu, dengan berani Karen memprotes tindakan itu.
Beberapa rekan kerja Karen hanya menahan nafas, dan menatap Karen dengan pandangan khawatir. Mereka semua menyadari, jika keberadaan karen memiliki tugas utama bagi kesuksesan departemen mereka. Dan jika Karen berani berhadapan dengan pemimpin baru mereka, bisa jadi perempuan itu akan mempersulit Karen ke depannya, dan juga departemen tempat mereka bekerja. Tetapi menengahi pertengkaran itu, mereka juga tidak ada yang berani untuk memberi tahu Karen.
“Ha... ha.. ha..., kamu bertanya tentang kontrak kerjamu...?” sambil tersenyum smirk, perempuan itu berjalan mendekat ke arah Karen. Semua karyawan menahan nafas, tidak berani untuk menatap nasib buruk yang menghampiri Karen rekan kerja mereka.
“Hempphh… tidak salah bukan, jika saya dan semua rekan kerja saya menanyakan tentang hak kami. Tidak bisa semudah itu, dan seenak itu anda akan mengacaukan pekerjaan kami. Pelajari juga hak kami, bukan hanya anda menuntut kinerja kami.” Dengan berani, Karen terus menjawab pertanyaan dari perempuan itu.
Tiba-tiba perempuan itu mengangkat tangan ke atas dan perlahan telapak tangan itu mengarah ke pipi Karen, seperti akan memberikan tamparan. Namun dengan sigap Karen menangkap tangan perempuan itu, kemudian menghempaskan tangan itu kembali ke bawah. Karen menatap perempuan kurang ajar itu dengan tatapan sengit. Tidak ada ketakutan sama sekali dalam tatapan matanya..
“Kurang ajar kamu berani menangkap dan melepaskan tanganku.. Kamu belum tersadar siapa aku dan posisiku di perusahaan ini, dan sudah berani berperilaku buruk terhadapku. Ingat... aku akan memecatmu sekarang juga. Pergi dari perusahaan ini, dan ambil uang pesangonmu di bagian keuangan...” merasa malu dan marah dengan perilaku Karen, perempuan itu berteriak. Mendengar ancaman itu, bukannya takut, Karen malah tersenyum, dan menatap balik perempuan itu.
„Hemppphh... baiklah nona. Aku tidak akan keberatan untuk meninggalkan tempat kerja ini sekarang juga. Dan yang perlu untuk anda ingat, kedatanganku bergabung di perusahaan ini, bukanlah keinginanku semata. Nyonya Jenifer yang membawaku ke perusahaan ini, dan membuatku mau bergabung. Jadi..., jangan pernah mencoba untuk menindasku.” Tanpa takut, Karen berjalan meninggalkan gadis itu.
Di bawah tatapan beringas perempuan itu, Karen melangkahkan kaki ke meja kerjanya, kemudian mengangkat paper box dan membawanya keluar dari kubiknya. Perempuan itu mencibir, dan menatap sebentar ke arah Karen yang meninggalkannya, kemudian keluar dari ruangan itu. Tapi mendengar kata-kata para karyawan itu, perempuan itu menghentikan langkah kakinya, dan berdiri di tengah pintu.
„Karen... jangan dengarkan gadis itu, mengalahkan Karen..” beberapa teman kerjanya menghampiri, dan meminta Karen untuk mengalah. Para karyawan itu akan merasa kehilangan, jika gadis itu meninggalkan tempat kerja itu.
“Mohon maaf Chatrin… aku tidak akan bisa bekerja dalam penindasan tidak beralasan seperti ini. Lebih baik aku meninggalkan perusahaan ini, dan aku yakin akan banyak perusahaan lain yang akan menerimaku..” ucap Karen menenangkan rekan kerjanya.
“Jangan banyak bicara, cepat tinggalkan ruangan ini.. Dan bagi yang lainnya, jika kalian masih berani untuk melawanku, maka ikuti perempuan itu. Tinggalkan perusahaan…” tiba-tiba keponakan Pemimpin perusahaan, berbicara dengan nada judes.
Tanpa bicara, melainkan terus tersenyum sambil menatap perempuan muda yang tengah menatapnya itu, Karen segera membawa berkasnya kemudian berjalan keluar dari dalam ruang kerja tersebut. Tidak ada beban yang dirasakan oleh Karen, dan sama sekali juga tidak ada kekhawatiran meskipun sudah dipecat secara sepihak. Rekan kerja Karen menatap kepergian gadis itu dengan tatapan kasihan, sedangkan perempuan keponakan nyonya Jennifer menatapnya dengan merasa penuh kemenangan,
*********
Boulevard
Setelah membuang paper box dan mengambil semua isi dalam box tersebut, Karen memindahkan isinya ke dalam back pack yang digendong dipunggungnya. Gadis itu segera memesan taksi online, dan meminta pada driver untuk menghentikannya di boulevard. Menatap kapal kapal ferry, boat yang melintas, selalu memberi hiburan tersendiri bagi Karen.
“Aku akan mencoba untuk mencari pekerjaan lagi, nanti malam aku bisa mendaftar secara online.” setelah sampai di boulevard, dan duduk menatap ke depan Karen berpikir sendiri. Sudah terbiasa dengan apa yang akan dilakukan, karena terbiasa mandiri Karen tetap terlihat tenang.
Sebenarnya bukan alasan kekurangan uang, Karen bekerja. Papanya meskipun hanya bekerja pada perusahaan kecil, namun tidak pernah kurang dalam mencukupi kebutuhannya. Selain karena hobby, Karen juga mengisi waktu kosong selesai kuliah. Untuk alasan itulah, Karen bekerja. Jadi meskipun baru saja dipecat dari tempatnya bekerja, gadis itu tidak terlihat bersedih sedikitpun. Tiba-tiba Karen mendengar ada suara gaduh di belakangnya, dan gadis itu melihat ke arah belakang. Tiba-tiba....
"Tap... tap... jangan lari dan bersembunyi...." terdengar teriakan dari dalam sebuah bangunan. Setelah itu terdengar banyak orang berlarian...
“Hempphh... ada keributan apa itu.., kenapa suara marah itu sampai terdengar di tempat ini.” Dari tempat duduknya, Karen berbicara sendiri.
“Tapi sepertinya asyik nih kalau aku menonton, itung itung untuk menghilangkan kesialanku. Siapa tahu, aku akan bisa melampiaskan kemarahanku. he.. he.. he...” gadis itu tersenyum karena merasa mendapat hiburan. Dan tanpa pikir panjang, Karen berdiri dan melangkahkan kaki mendatangi tempat keramaian tersebut.
Namun, baru beberapa langkah dari tempat terakhirnya, tiba-tiba telinga Karen mendengar suara tembakan.., dan gadis itu segera menghentikan langkah kakinya.
„Dor... dor..” terlihat baku tembak terjadi di depan matanya, dan kembali banyak orang berlarian kesana kemari.
Karen yang sudah menghentikan langkahnya, tidak tahu apa yang harus diperbuat. Beberapa orang tampak berlari, dan terlihat ada seorang laki-laki yang terkena tembakan. Tidak tahu mengapa, jika orang-orang banyak menghindar, namun langkah kaki Karen malah mendatangi korban tembakan. Terlihat seorang laki-laki tengah telungkup sambil menahan sakit, terlihat darah mengalir dari perutnya.
“Fuck.., aku tidak bisa hanya diam melihat korban itu.. Aku harus menolongnya...” melihat ada seorang yang terjatuh dan melihat darah segar mengucur, Karen berpikir untuk memberikan pertolongan. Gadis itu segera mengeluarkan scarf dari dalam tas, kemudian mencoba memberikan pertolongan pertama. Tanpa merasa ngeri, Karen mengikat bekas tembakan itu untuk menghentikan pendarahan.
“Antarkan aku ke mobilku di ujung jalan...” tiba-tiba terdengar ucapan lirih dari laki-lakiyang ditolongnya itu.
Tanpa berpikir lagi, Karen menganggukkan kepala, dan segera membantu laki-laki itu berdiri, kemudian memapahnya berjalan menuju mobil yang diparkir tidak jauh dari tempat itu. Dari dalam mobil, berlari mendekat seorang anak muda yang merupakan sopir dari laki-laki itu.
“Tuan muda… anda terluka...saya akan membawa tuan muda ke dalam mobil secepatnya.” Laki-laki itu segera mendatangi Karen, dan mengambil alih laki-laki yang terluka itu. Karen hanya berdiri kaku, tidak tahu apa yang akan dilakukannya..
„Ikut dan bantu saya. Kita harus membawa dan mengantarkan tuan muda ke hospital..” tidak diduga, laki-laki itu meminta tolong pada Karen.
Gadis itu berpikir sejenak, tapi karena tidak ada agenda penting yang harus diselesaikannya, akhirnya Karen ikut masuk ke dalam mobil tersebut. Sedangkan laki-laki yang terkena tembakan itu pingsan, dan wajahnya tidak terlihat begitu jelas. Dengan alasan kemanusiaan, Karen memutuskan untuk menolong laki-laki itu.
*********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments