"Akhirnya aku pulang juga"
Ucap Edward dengan senyum yang terus mengembang di bibirnya.
"Tuan muda? Anda sudah pulang? Kenapa tidak memberi kabar sebelumnya"
Ucap seorang penjaga keamanan yang selalu stand by di pos depan dekat gerbang utama. Petter tidak memberinya kabar apapun tentang kepulangan tuan muda mereka hari ini. Jadi tidak ada satu orang pun yang menyambut kepulangan Edward yang mendadak itu.
"Mari masuk tuan muda, Maaf saya tidak langsung mengenali anda"
Ucap pria bernama Arya itu gelagapan, sudah puluhan tahun Ia bekerja sebagai penjaga keamanan di keluarga Anderson.
Tentunya Arya mengenal Edward dengan sangat baik. Penampilan Edward memang tak jauh berubah, hanya saja terlihat semakin dewasa dan tubuhnya semakin tegap dan berotot. Hingga Arya tidak langsung mengenali tuan mudanya itu.
"Santai saja pak, Dimana Mama? Saya ingin memberi kejutan untuk Mama"
Tanya Edward sembari menepuk bahu penjaga rumahnya itu, mereka cukup dekat walaupun usia mereka terpaut cukup jauh.
"Tuan Petter dan Nyonya Sofia sedang pergi keluar tuan muda, tapi ada nona muda di dalam"
Jawab Arya apa adanya, karna sejak satu jam yang lalu sepasang suami istri pemilik rumah ini pergi keluar dan belum juga kembali.
"Nona muda?" Edward mengerutkan dahinya saat mendengar kata itu. "Ah mungkin maksudnya Emily"
Bagaimana Edward bisa lupa dengan Emily, gadis itu adalah seorang pencuri baginya. Emily telah mencuri semua kasih sayang orang tuanya sejak hari pertama kedatangannya di rumah keluarga Anderson.
"Baiklah, kembalilah bekerja. Aku akan langsung masuk ke dalam. Tapi jangan katakan pada siapapun kalau aku sudah pulang. Terutama kepada Mama."
Titah Edward, ia tak ingin kejutannya untuk sang Mama menjadi gagal.
"Baik tuan muda"
Arya mengangguk paham.
Edward pun masuk kerumahnya sendiri dengan cara mengendap-endap seperti maling.
Cek lek
Dengan kunci cadangan yang di berikan Arya, Edward bisa masuk kerumah itu dengan mudah tanpa di ketahui oleh siapapun, bahkan oleh pelayan sekalipun.
"Kenapa rumah ini jadi berbeda? Begitu banyak warna pinknya?"
Edward menghentikan langkahnya sejenak, mengernyitkan dahinya saat melihat dekorasi di dalam rumahnya jadi berbeda dan cukup kontras dari sebelumnya.
"Hmm pasti dia lagi pelakunya"
Tersangka utama langsung tertuju pada Emily, karna Sofia atau Petter tidak mungkin mempunyai selera se girly ini.
Pergerakan Edward yang mencurigakan sedari tadi, diam-diam menarik perhatian Emily yang sejak tadi berada di dapur untuk membuat pancake.
Karna semua pelayan sedang istirahat makan siang jadilah Emily membuat sendiri cemilan favoritnya itu. Namun ketika tengah asik berkutat di dapur, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka.
Awalnya Gadis itu mengira yang datang adalah Petter dan Sofia, tapi betapa terkejutnya Ia saat melihat seorang pria asing mengendap-endap masuk ke dalam rumah.
Emily terus mengawasi pria itu dalam jarak yang cukup aman.
"Siapa dia? Masa ada maling siang-siang begini?"
Emily mencari keberadaan pelayan namun tak di temui satu orang pun.
"Kemana sih mereka? Makan siang aja lama banget"
Gerutu Emily yang sudah mulai panik.
Emily terpaksa harus bergerak sendiri, gadis itu meraih teflon kesayangan Sofia untuk di jadikan senjata. Dengan cara yang sama dengan pria asing itu, Emily ikut mengendap-endap mengikuti pria asing itu dari belakang.
"Lho, kenapa dia masuk kamar kak Edward?"
Emily semakin mempercepat langkahnya dan membuka pintu yang baru saja tertutup itu dengan kasar.
Aakkkk
Teriak Emily setelah masuk kamar Kakaknya itu dan melihat seorang pria dalam keadaan bertelanjang dada, hingga memamerkan otot perutnya yang terbentuk sempurna seperti roti sobek.
Edward yang merasa gerah setelah menempuh perjalanan jauh, dan memutuskan untuk langsung mandi. Tak kalah terkejutnya saat tiba-tiba mendengar teriakan seorang wanita dengan Teflon ditangannya.
"Ssstt. Berisik!"
Edward mendekap mulut Emily agar berhenti berteriak, namun Emily terus memberontak hingga memukul-mukulkan teflon yang Ia bawa ke badan Edward sekenanya.
"Aduh. Aw. stooop!"
Edward mengunci pergerakan Emily dengan kemampuan bela dirinya, mengungkung tubuh gadis bar-bar itu hingga bersandar ke tembok.
"Emph..Emph"
Emily terus memberontak hingga menggigit lengan Edward yang membekap mulutnya.
"Aw..dasar gadis pengacau!"
Edward langsung mengenali gadis pembuat onar itu adalah Emily, walaupun gadis kecil itu kini sudah tumbuh menjadi gadis dewasa yang sangat cantik.
Namun kelakuan gadis itu masih tidak berubah di mata Edward, masih selalu menyebalkan seperti dulu.
Cek lek
"Ada apa Sayang?" Tanya Sofia panik.
Petter dan Sofia yang baru saja pulang kerumah langsung di sambut dengan suara teriakan Emily, tanpa menunggu lama lagi mereka langsung menghampiri sumber suara tersebut, yang ternyata berasal dari kamar Edward.
"A-ada maling Mah!"
Jawab Emily dengan napas terengah-engah. Jari lentik gadis itu bahkan menunjuk ke arah Edward.
"Maling" Beo Sofia dan Petter serentak, netranya langsung menatap ke arah yang Emily tunjuk dimana ada seorang pria dengan keadaan bertelanjang dada disana.
"Woy! Ini gue Edward bukan maling"
Hardik Edward kesal, emosinya sudah habis menghadapi gadis pengacau di hadapannya itu.
"Edward?" Beo Petter dan Sofia lagi secara bersamaan, kali ini di tambah dengan Emily juga. Mereka sama-sama terkejut melihat keberadaan Edward di rumah ini.
***
***
"Lagian kamu itu! Kenapa gak ngabarin dulu kalau mau pulang? Kan gak bakal begini jadinya"
Sentak Sofia sembari mengoleskan salep di badan Edward yang lebam akibat hantaman Emily menggunakan teflon kesayangan sang Mama.
"Huhf. Masih saja aku yang di salahkan disaat seperti ini. Padahal aku adalah korban"
Lirih Edward sembari menatap tajam ke arah Emily. Mendapat tatapan tajam dari sang kakak Emily hanya bisa tersenyum manis.
"Maaf ya kak, aku kirain kakak maling"
Ucap Emily penuh sesal. Mukanya bahkan sampai dibuat sesedih mungkin.
"Edward, adik kamu udah minta maaf tuh. Ayo maafkan"
Titah Petter akhirnya, sedangkan Sofia tangannya masih sibuk mengoleskan salep di badan Edward yang memar dan ternyata memar di badan Edward itu lebih dari 3 titik.
"Iya iya, aku maafkan" Jawab Edward dingin.
"Kamu kapan pulang? Apa kuliah kamu sudah selesai?" Tanya Petter lagi.
"Hem. Sudah"
Jawab Edward masih dengan nada yang dingin, hatinya masih terasa kesal. Karna bukan seperti ini kejutan yang ingin Ia berikan untuk sang Mama, dan semua rencananya kacau gara-gara Emily.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments