Drrrd Drrrd Drrrd
"Anak itu! Buat masalah apa lagi dia?"
Tebak Petter saat menerima panggilan masuk dari sekolah putranya.
"Hallo"
Petter mengangkat telepon itu dengan malas.
"Hallo Tuan Petter, Edward telah memukul salah seorang teman sekolahnya hingga anak itu masuk rumah sakit. Pihak keluarganya menuntut pertanggung jawaban orang tua dari anak yang telah mematahkan tulang rusuk putra mereka. Mereka mengancam akan menuntut lewat jalur hukum jika permintaan mereka tidak di penuhi"
Jelas seorang guru Bk bernama Denny panjang lebar.
Denny sudah terbiasa mengubungi orang tua Edward karna terlalu seringnya anak itu membuat masalah. Jadi tak ada rasa canggung lagi saat Ia mulai bercerita tentang kesalahan anak nakal itu.
"Namanya juga anak laki-laki pak, wajar kalau mereka berkelahi. Tenang saja saya akan menanggung semua biaya pengobatan anak itu"
Jawab Petter dengan santainya, karna Ia sudah biasa menghadapi kenakalan putra semata wayangnya, dan hal itu dianggap wajar oleh Petter.
"Tapi tuan pihak keluarga korban tetap menuntut permohonan maaf dari keluarga Edward jika tidak mereka tetap akan menuntut lewat jalur hukum."
"Ck. Memangnya mereka tidak tahu Edward itu anak siapa?"
Sisi Arogan Petter sebagai pejabat paling berkuasa di wilayah itu akhirnya keluar karan kesabarannya mulai menipis.
"Mereka tidak tahu Tuan dan katanya tidak mau tahu"
Jawab Denny sungkan, saat mendengar nada bicara Petter mulai berubah.
"Baiklah istri saya akan datang kesana sekarang, saya sedang ada urusan penting yang tidak bisa di tunda."
***
***
"Maafin Papa ya Mah, Papa benar-benar ada urusan yang tidak bisa di tunda"
Petter menceritakan semua masalah yang di buat putra semata wayang mereka disekolah, dan meminta istrinya itu untuk menggantikan dirinya datang ke sekolah Edward.
"Iya Pah, ini Mama sudah di jalan menuju sekolahnya Edward kok. Benar-benar anak itu, sepertinya Edward akan merasa ada yang kurang jika dalam satu bulan saja tidak membuat masalah yang menyebabkan orang tuanya di panggil kesekolah"
Ucap Sofia setengah bergurau dan di sambut tawa renyah oleh Petter.
Petter dan Sofia benar-benar memanjakan Edward, dan menganggap semua kenakalannya adalah hal yang wajar.
Hampir semua kenakalan remaja pernah Edward lakukan, Kali ini bocah remaja 17 tahun itu menghajar teman sekolahnya hingga masuk rumah sakit hanya karna hal sepele.
Edward tak terima saat bocah malang itu duduk dibangku yang biasa di duduki Edward dan teman-temannya di kantin sekolah.
Petter sebenarnya merasa tidak tega membiarkan Sofia yang sedang hamil besar harus datang ke sekolah Edward, tapi mau bagaimana lagi Petter punya urusan yang tidak bisa di tinggalkan.
"Papa gak usah khawatir ya. Kali ini Mama pasti akan menasehati Edward habis-habisan, supaya anak itu tidak mengulangi kesalahannya lagi."
"hmmm..Iya Mah, tapi jangan terlalu keras padanya ya"
Petter mengiyakan ucapan istrinya, walaupun Pria blasteran Asia Amerika itu tahu betul bagaimana watak putranya. Tidak akan mempan hanya dengan dinasehati saja.
BRAKKK! JEDAR..
Belum juga Petter mengakhiri teleponnya dengan Sofia, pria itu di kagetkan dengan suara dentuman yang sangat keras.
"Suara apa itu Mah?"
Kecemasannya semakin bertambah saat tak ada jawaban lagi dari sofia, padahal telepon mereka masih terhubung.
"Haloo...haloo"
Lima menit berlalu namun tak juga ada respon dari Sofia, padahal sambungan telepon mereka belum terputus.
Tok tok tok
"Masuk!"
Cek lek
"Permisi Pak, Bapak presiden sudah tiba"
Beritahu seorang wanita cantik dengan dandannya yang rapih. wanita itu adalah sekretarisnya Petter.
"Baiklah mari kita sambut kedatangan beliau dengan sebaik mungkin"
Petter yang Saat itu menjabat sebagai Gubernur di daerah paling ujung di negaranya, nampak antusias menyambut kunjungan presiden yang terbilang sangat langka itu.
Namun rasa antusiasnya sedikit terusik karna ulah putranya, juga istrinya yang tiba-tiba hilang kabar. Tapi Petter tetap bersikap profesional dan menyambut kedatangan sang presiden dengan antusias.
***
***
5 jam berlalu, Petter cukup puas karna begitu banyak wacana yang Ia bahas dengan sang presiden, salah satunya tentang cara mengatasi masalah penyelundupan tenaga kerja ilegal juga tentang perdagangan manusia yang masih sangat sering terjadi di wilayah yang Ia pimpin.
Wilayah yang di pimpin Petter saat ini, memiliki jarak yang sangat dekat dengan 2 negara tetangga sekaligus. Jadi wilayah itu masih menjadi jalur favorit para Mafia untuk menyelundupkan barang ilegal atau TKI ilegal yang akan di salurkan ke berbagai negara atau sebaliknya dari luar negri masuk ke negara ini.
Drrrd Drrrd Drrrd
Ponsel Petter bergetar lagi, kali ini sebuah panggilan masuk dari no tak di kenal.
"Hallo.."
"Hallo tuan Petter, istri anda mengalami kecelakaan lalu lintas dan sekarang sedang di rawat di rumah sakit xxxx"
Petter yang baru saja akan menyandarkan tubuhnya yang lelah di atas sofa, kini tertegun dengan mulutnya yang menganga.
***
***
Dunia Petter seakan berhenti untuk sesaat ketika melihat kondisi istrinya. Kaki pria itu seakan kehilangan tenaga untuk menopang berat badannya sendiri, Petter jatuh dengan kondisi berlutut di atas lantai ketika melihat Sofia terbaring lemah dengan berbagai alat penunjang kehidupan terpasang di tubuhnya.
Kedukaannya tak berhenti sampai di situ, Ia kembali harus menerima kenyataan saat melihat perut Sofia sudah dalam keadaan rata.
"Maafkan kami Tuan, Janin dalam kandungan Ibu Sofia tidak bisa di selamatkan. Dan demi keselamatan Ibu Sofia, terpaksa rahim nyonya sofia harus ikut di angkat juga"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments