"hmm, bagus juga" tutur Ririn melihat pemandangan dibalik luar jendela dan mengerti mengapa sahabatnya itu ingin komputernya berada disana. tak lain agar dia bisa menikmati pemandangan itu sembari melakukan pekerjaannya.
Karena mengerti semua itu Ririn tak lagi banyak bicara dan langsung meletakkan meja itu disana, lalu meletakkan komputer, keyboard, mos, printer dan semua peralatan yang berhubungan dengan komputer tersebut, dan kemudian menyusunnya dengan sangat rapi diatas meja itu.
"oiya kak, ibu memasakkan makanan enak untuk kita berdua, adek akan menjemputnya dulu ya dan membawanya kemari!" seru Sarah teringat akan makanan yang dibuat oleh ibunya, dan langsung berlalu pergi mengambilnya tanpa menunggu persetujuan dari Karin.
Sementara Karin tidak berbuat apa-apa dan hanya memandang kepergian Sarah sesaat, lalu kemudian melihat kearah sahabatnya Ririn dan mereka berdua saling tersenyum, seolah apa yang mereka pikirkan sama.
"kamu suka tidak disini say?" tanya Ririn kemudian setelah hanya tinggal mereka berdua didalam kamar itu
"lumayan" jawab Karin singkat sembari duduk didepan komputer miliknya, lalu mulai menghidupkannya.
"apakah dulu kamu tahu bagaimana kamu dan mereka terpisah say?" Ririn bertanya karena mulai penasaran tentang masa lalu sahabatnya, sebab selama ini Karin tidak pernah menceritakan masa kecilnya, dan Ririn tidak pernah menduga bahwa wanita yang selama ini di panggil ibu oleh Karin ternyata bukan ibu kandungnya.
Karena Ririn selalu melihat Karin sangat dekat dengan ibunya dan ibunya sangat menyayanginya, oleh sebab itu dia tidak pernah menaruh curiga meski wajah Karin sangat berbeda dengan Linda dan juga tidak mirip dengan Sarah.
"mereka sengaja meninggalkan ku!" jawab Karin dengan tersenyum kecut, melihat kepada Ririn dan kembali teringat akan bagaimana ibunya meninggalnya dulu, lalu perlahan matanya mulai berkaca-kaca, ketika mengingat saat menyedihkan itu, bahkan dadanya terasa sesak. Namun dengan secepat kilat Karin kembali menguasai dirinya, dan tersenyum kecut kepada dirinya sendiri.
"saat itu kamu usia berapa say?" pertanyaan Ririn selanjutnya, karena semakin penasaran dan duduk ditepi tempat tidur didekat Karin yang sedang duduk didepan komputer.
"enam tahun" jawab Karin dan kembali tersenyum kecut, mengingat betapa kejamnya wanita yang melahirkannya ketika itu.
"kejam sekali" lontar Ririn dengan perasaan kesal, dan tidak terima sahabatnya diperlukan seperti itu ketika saat kecil. "tapi kenapa sekarang kamu tinggal kembali bersama mereka say?" tanya Ririn kemudian tidak mengerti dengan jalan pikiran sahabatnya itu. Yang seharusnya marah dan menolak untuk mengakui keluarganya itu.
"entahlah" tutur Karin, karena dia sendiri juga tidak mengerti dengan jalan pikirannya, mengapa dia tinggal disitu, bukannya menolak mengakui mereka dan malah merasa terluka saat melihat wanita yang melahirkannya mengeluarkan air mata, seolah hati di sayat-sayat dan tercabik-cabik, rasanya begitu amat sakit.
"kamu kenapa sih ke sini terus?" tutur Rido diruang tamu saat Sarah yang tua setahun dari nya itu, kembali memasuki rumahnya dengan tangan membawa sepiring penuh berisi bakwan dan risol goreng yang masih panas, karena ibunya baru selesai menggorengnya. Dan Rido sangat tidak suka melihat Sarah yang sering keluar masuk rumahnya dengan tidak sopan, dan bersikap seolah sedang masuk kerumahnya sendiri.
"kenapa memangnya? tidak boleh!" jawab Sarah dengan menyolot, dan sama sekali tidak peduli dengan laki-laki yang bertanya kepadanya itu.
"Iya tidak boleh!" tutur Rido tegas, sungguh tidak suka dengan Sarah.
"mau kamu tidak boleh atau pun boleh, aku tidak peduli! Aku akan tetap datang kesini dan masuk sesuka hatiku, karena kakakku tinggal disini! Jadi itu artinya aku bisa bebas datang kesini kapanpun aku mau!" tutur Sarah cuek dan berlalu meninggalkan Rido begitu saja. Membuat Rido semakin geram melihatnya, namun dia tidak bisa berbuat banyak selain menahannya.
Karena dia tidak mau Karin yang baru kembali itu keluar dari rumah, tidak mau tinggal lagi bersama mereka dan membuat ibunya merasa sedih.
"aku sungguh tidak suka pada dia kak, dia suka masuk kerumah kita sesuka hatinya!" tutur Rido dongkol berbicara kepada Sakira, setelah Sarah melewati mereka. Karena Sakira juga sedang bersama Rido diruang tamu.
"sama kakak juga tidak menyukainya, tapi kita tidak punya pilihan lain selain membiarkannya, dari pada nanti mama sedih, kalau ketidak sukaan kita terhadap anak itu membuat Karin pergi dari sini!" ujar Sakira karena sebetulnya dia juga tidak suka dengan Sarah, namun terpaksa menahannya juga. Dan semua itu semata-mata demi ibunya.
Sarah begitu betah dikamar Karin, dia hanya pulang kerumah sebentar untuk mandi dan berganti pakaian, setelah itu dia akan kembali kerumah Nita dan terus berada di kamar Karin. Dia mengobrol dengan Karin dan memainkan komputer Karin, dan saat malam dia juga enggan untuk pulang dan lebih memilih tidur bersama Karin.
Sungguh kedekatan Sarah kepada Karin membuat Rido yang adik Karin sesungguhnya merasa iri, dan terkadang ingin merasakan diposisi Sarah. Apa lagi ketika dia melihat Sarah yang sedang memainkan komputer Karin dengan begitu leluasa, tanpa sedikitpun ada kata privasi dari Karin. Sangat membuat Rido iri dan juga ingin dekat dengan kakaknya itu.
Namun dia tidak tahu bagaimana caranya, dan selalu merasa kaku setiap berhadapan dengan kakaknya itu. Seperti pagi ini saat dia melihat Karin yang telah bersiap akan mengantarkan Sarah ke sekolah, dia berdiri canggung dan ragu didekat Karin, sebetulnya dia juga ingin diantar oleh Karin tapi tidak pandai mengatakan keinginannya.
"sudah siap dek?" Karin bertanya kepada Sarah yang telah rapi dan sedang menunggu dirinya, setelah dia keluar dari kamar, lalu melihat sekilas kearah Rido yang juga belum berangkat sekolah.
"sudah kak" jawab Sarah karena dia memang sudah siap sejak tadi.
"kalau gitu yok kita berangkat, Rido juga naik sekalian biar kakak antar!" ujar Karin juga mengajak Rido untuk naik ke mobilnya, dengan melihat kearah Rido sebentar, sebab bagaimana pun Rido adalah adiknya dan dia tidak ingin pilih kasih, meski selama ini dia tidak mengenalnya dan baru dua hari bertemu.
"terimakasih kak" jawab Rido tidak menolak, karena memang itu juga yang dia inginkan. Lalu bergegas masuk kedalam mobil Karin dan duduk di kursi penumpang yang ada dibelakang kursi pengemudi, karena yang duduk didepan disebelah Karin adalah Sarah.
"pakai Seatbelt nya" perintah karin setelah dia menghidupkan mesin mobilnya. lalu kemudian menjalankan mobilnya.
"siap kak" jawab Sarah sambil melirik kearah Rido yang duduk dibelakang, dan terlihat sedang mengejek Rido, tapi Rido tidak mempedulikannya.
Begitu pula dengan Karin, dia juga tidak menanggapi perkataan Sarah dan memilih hanya fokus menyetir mobilnya. Lalu mengantarkan Rido lebih dulu karena sekolah Rido lebih dekat dari sekolah Sarah.
Setelah selesai mengantarkan Sarah dan Rido, Karin mampir kesebuah toko kain, dia membeli beberapa meter kain yang akan ia buat menjadi baju tunik untuk nya sendiri, karena selain bekerja disebuah perusahaan pariwisata, Karin juga pandai mendesain pakaian dan menjahit, namun dia tidak mengembangkan kepandaian itu dan hanya menggunakan untuk dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments