"Karin, apa kabar nak? Ini papa." tulis Yuda dan mengirimkannya kepada nomor itu, dan langsung mendapatkan balasan instan dari pengaturan yang telah di setting, dan terdapat pada ponsel pintar dengan merek tertentu.
"halo, maaf saat saya sedang sibuk. tapi nanti ketika saya sedang tidak sibuk saya pasti akan segera menghubungi anda!" balasan instan itu langsung masuk sesaat setelah Yuda mengirim pesan, dan langsung dibaca oleh Yuda.
"seperti benar, dia sedang sibuk" ujar Yuda sembari melihatkan pesan instan yang masuk di ponselnya, dengan nomor yang telah diberi nama Karin. Kepada Nita, yang sedang berdiri disebelahnya.
Membuat guratan rasa kecewa diwajah Nita, ketika dia melihat pesan itu, karena dia sangat berharap bisa langsung berbicara dengan Karin, dan mendengar suaranya. Bahkan jantungnya berdebar tidak karuan sejak tadi, dan terus merasa gugup saat Yuda mencoba menghubungi nomor Karin.
Begitu banyak kata yang ia susun didalam hati, untuk ia katakan kepada Karin, betapa dia begitu amat menyesal dan sangat merindukannya. Namun saat membaca pesan itu semua sirna seketika. Berganti dengan rasa kecewa yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, hanya bisa dirasakan dari nafas yang memburu dan dada yang terasa amat sesak. Karena rasa seperti tak diinginkan dan telah dilupakan!
"ma!" panggil Sahira menyadari bahwa ibu sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja, dengan memegang pundak Nita.
"mama tidak apa-apa" Nita mencoba menyembunyikan apa yang ia rasakan, dan mencoba untuk memaksakan senyuman dibibir nya. Meski berat tapi dia berhasil melakukannya. "mama mau kekamar dulu sebentar." tutur Nita kemudian setelah dia memasang senyum diwajahnya, untuk menyembunyikan rasa sedih dan kecewa di hatinya. Lalu pergi kekamarnya, meninggalkan ketiga anaknya dan suaminya yang masih berdiri memperhatikannya.
"ma!" panggil Sahira lagi dan ingin mengikuti Nita, karena dia tahu sekarang ibunya sedang sangat sedih, namun Yuda melarangnya.
"biarkan mama kalian menenangkan dirinya sebentar. Jangan ganggu dia!" larang Yuda ketika Sahira mencoba untuk mengikuti Nita, karena dia tahu sekarang yang dibutuhkan Nita hanyalah menyendiri didalam kamarnya.
🌾🌾🌾🌾🌾🌾
Sementara itu ditempat lain. Disebuah kampus universitas yang cukup terkenal dikota itu. Naina yang telah selesai mengikuti mata kuliahnya, mulai berjalan meninggalkan gedung pendidikan tersebut, dan saat dia melewati area tempat para pedagang kaki lima dia pun melihat seorang perempuan yang cukup dia kenal.
Lalu menghampirinya dan memanggilnya.
"kak Rin!" panggil Naina bersemangat dan memegang tangan perempuan yang ia panggil tersebut. Perempuan itu adalah perempuan yang pernah datang kerumahnya beberapa waktu lalu.
"Naina" kata perempuan itu menyebut nama Naina dengan sedikit terkejut, setelah dia menoleh kearah Naina yang sedang memegang tangannya. Sebab dia tidak menyangka akan bertemu Naina disana.
"kak Ririn sedang apa disini?" tanya Naina menyebut nama lengkap perempuan tersebut sembari tersenyum ramah padanya, dan bersikap sangat manja padanya dengan terus memegangi tangan perempuan itu. Seperti gadis kecil!
"tidak ada, hanya sedang ingin main kesini saja dan juga rindu dengan makanan yang dijual disini!" tutur perempuan itu jujur, karena dia memang ingin membeli jajanan yang hanya dijual disana.
"kalau begitu artinya hari ini kakak tidak sibuk dong?" kata Naina dengan masuk dan niat hati tertentu, namun dia sembunyikan dengan sangat baik dan tidak terlihat diwajahnya.
"iya hari ini kakak tidak sibuk. Memangnya kenapa?" jawab perempuan itu dan balik bertanya, karena dia tidak mengerti mengapa Naina bertanya tentang sibuk atau tidaknya dia.
"tidak ada, hanya ingin mengajak kakak main kerumah." Naina mengutarakan maksudnya tersebut, "mau ya kak Rin? kan hari ini kakak tidak sibuk!" paksa Naina dengan manja sesuai dengan sifat aslinya.
"hmm, baiklah" jawab perempuan itu setelah berpikir sejenak, dan akhirnya setuju.
"oiya, kak Rin naik apa kesini?" tanya Naina lagi kemudian, setelah dia celingak-celinguk kesana kemarin, tapi tak melihat satu pun kendaraan didekat perempuan itu, lalu kemudian melihat kearah area parkir yang cukup penuh dengan kendaraan.
"naik ojek." jawab perempuan itu jujur, karena dia memang tidak memiliki kendaraan dan saat dia pergi kerumah Naina beberapa hari yang lalu, dia naik mobil sahabatnya dan diantar oleh sahabatnya. Dan sekarang dia merasa sedikit canggung ketika Naina menanyakan itu, karena sebetulnya kesenjangan ekonomi mereka cukup terlihat, tapi dia berusaha bersikap biasa saja.
"oh, kalau gitu kita sama! Hahaha" seru Naina tertawa renyah, karena dia juga pergi ke kampus dengan menaiki ojek, sebab dia lupa meletakkan kunci mobilnya dimana dan selain itu dia juga belum terlalu mahir menyetir mobil dan masih sering gerogi, akhirnya dia memilih pergi ke kampus dengan mengunakan jasa ojek.
"kalau gitu Naina pesan ojek dulu ya kak" kata Naina kembali setelah selesai tertawa dan kemudian mulai membuka aplikasi di ponselnya, lalu memesan taksi online disana. tidak menunggu lama taksi itu pun datang, "yok kak Rin" ajak Naina dan kemudian masuk kedalam taksi yang dia pesan, di ikuti oleh perempuan itu, yang telah duduk disampingnya.
Dan taksi itu pun melaju ketempat yang tertera di alamat, yang tercantum jelas di peta GPS yang ada di ponselnya.
"kita sudah sampai dek" kata supir taksi tersebut setelah mobilnya berhenti disebuah rumah besar satu-satunya yang ada disekitar tempat itu, dengan cat hitam yang dipadukan dengan warna kuning emas, yang terlihat sangat mewah dari luar.
"oiya, terima kasih, ini uangnya dan ambil saja kembaliannya." tutur Naina yang terlihat begitu murah hati, sembari memberikan uang bulat seratus ribu kepada supir tersebut, karena ongkosnya seharusnya hanya empat puluh lima ribu, lalu kemudian keluar dari mobil itu.
"terimakasih banyak dek" ucap supir itu setelah melihat uang yang diberikan oleh Naina, lalu kemudian pergi.
"yok kak Rin masuk!" ajak Naina sembari memegang tangan perempuan disebelahnya. Lalu membuka gerbang dan melangkah masuk. Mereka berjalan melewati halaman yang cukup luas, hingga akhirnya mereka sampai diteras.
"kakak duduk disini saja ya?!" kata perempuan itu menghentikan langkah kakinya setelah mereka berada diteras, karena dia merasa sangat segan untuk masuk kesana, dia merasa tidak percaya diri karena status sosial mereka yang sangat berbeda. Ibarat rakyat jelata masuk ke istana raja, pasti akan merasa minder dan tidak percaya diri.
Meski dia pernah datang kesini sebelumnya, namun itu semua terjadi hanya karena tugas saja.
"kenapa disini saja kak Rin? Kita kedalam saja yuk!" ajak Naina tidak mengerti mengapa perempuan disebelahnya begitu ragu untuk masuk kedalam rumahnya, padahal dia tidak pernah membeda-bedakan status sosial seseorang.
"tidak apa, kakak lebih suka disini." tutur perempuan itu jujur, karena dia memang merasa lebih nyaman diluar.
"baiklah, kalau gitu kita duduk disini" Naina tidak lagi memaksa, "tapi tunggu sebentar ya kak, Naina ambil minuman dulu" lalu bergegas masuk kedalam rumah, Naina berlari menuju ruang makan dan mendekati kulkas empat pintu dihadapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments