Namun saat Naina akan masuk kerumah Nita, dia berjalan berpapasan dengan Karin yang sedang berjalan keluar. Naina menghentikan langkahnya dan memperhatikan Karin dari atas hingga bawah, dia terkesima melihat Karin yang terlihat sangat cantik, dia baru pertama kali melihatnya dan tidak mengenalnya, karena itu dia tidak menegur dan hanya diam.
Begitu pula dengan Karin, dia tidak menegur Naina Karin hanya melihat Naina sekilas dan bergegas masuk kedalam mobil. Lalu kemudian pergi dengan mengendarai mobilnya.
"bik Nita..." panggilan Naina didepan pintu rumah Nita sebelum dia masuk, setelah Karin pergi.
"disini, didapur non." jawab Nita saat mendengar suara Naina memanggilnya.
"bik, tadi perempuan yang keluar itu siapa bik?" tanya Naina penasaran setelah dia masuk kedapur dan mendapati Nita yang sedang memasak bersama Sahira.
"oh, itu Karin, anak ke empat bibi." jawab Nita dengan wajah sumringah saat menyebut nama Karin, sembari melihat Naina yang baru masuk kedapur dengan membawa tiga buah labu Siam ditangannya, "nona Naina diluar tadi bertemu dengannya ya?" tanya Nita kemudian setelah dia melihat Naina, dan Naina menyerah labu Siam di tangannya kepada Nita.
"iya bik, diluar saat akan masuk tadi." jawab Naina sembari duduk disalah satu kursi yang ada didapur "Ternyata anak-anak bibi memang sungguh cantik-cantik ya, dan yang tadi itu bahkan lebih cantik dari kak Sakira dan Sahira." komentar Naina mengomentari anak-anak Nita, dan muncul sebuah ide dikepalanya untuk menjodohkan kakaknya dengan Karin, dan mempertemukan mereka.
Karena dia berfikir Karin sangat cantik dan kakaknya pasti akan langsung menyukainya, bila dia bertemu dan melihat Karin. Meski Naina tidak mengenal Karin, namun menurutnya Karin sangat cocok untuk kakaknya.
"masak sih non Naina? bibi jadi tersanjung non Naina memuji anak bibi cantik-cantik!" tutur Nita merendah sembari tersenyum, dan sebetulnya bangga karena memang anaknya sungguh cantik-cantik, apa lagi Karin.
"iya bik, anak-anak perempuan bibi sangat cantik-cantik" tegas Naina karena dia memang tidak berbohong. Membuat Sahira sedikit tersipu karena ternyata Naina mengakui bahwa dia juga cantik. "oiya, bibi masak apa? Naina mau dong!" seru Naina kembali sembari melihat masakan yang sedang dibuat oleh Nita.
"hanya masak tumis sayur kangkung dan ikan goreng balado non, nona mau?" jawab dan tanya Nita sembari menatap Naina yang telah berdiri disebelahnya.
"mau bik, kebetulan Naina belum makan." tutur Naina jujur, karena dia memang belum makan.
"kalau gitu Sahira bantu ambilkan ya" kata Sahira menawarkan sembari mengambil piring untuk Naina, sementara Nita mulai menyalin masakannya yang telah matang, kedalam wadah kaca bermotif bunga-bunga yang biasa dia gunakan.
"boleh kak Sahira" jawab Naina jujur dan terlihat sudah tidak sabar diwajahnya, karena dia memang sudah lapar ditambah lagi aroma harum masak Nita membuatnya semakin lapar, dan tidak sabar ingin segera memakannya.
"segini cukup non?" tanya Sahira mengambilkan nasi untuk Naina.
"cukup kak Sahira" jawab Naina sopan, lalu mengambil piring yang berisi nasi tersebut dari tangan Sahira, dan bersiap mengambil sayur tumis kangkung dan ikan goreng balado dihadapannya.
"oiya non, labu Siam ini untuk apa non?" tanya Nita saat dia teringat akan labu Siam yang dibawa oleh Naina tadi, ketika Naina mulai menyuapi makanannya.
"itu Naina mau minta tolong kepada bibi untuk memasakkan sayur labu Siam itu untuk Naina bawa pulang, biar bisa Naina makan bersama kakak Dirga nanti sore." tutur Naina menyampaikan niatnya semula, karena memang itulah tujuan awalnya saat dia datang tadi.
Namun belum sempat ia katakan karena terburu tergoda oleh masakan Nita.
"hmm, kalau gitu bibi masakkan sekarang ya, biar langsung nona bawa pulang nanti saat nona akan pulang." kata Nita sembari mulai mengupas labu Siam ditangannya.
"boleh bik." jawab Naina setuju, dan kembali melanjutkan makannya dengan lahap.
🌾🌾🌾🌾🌾🌾
Sore harinya.
Dirga yang baru selesai mandi sehabis kembali dari melihat kandang ayam kampung petelur miliknya, mulai terasa lapar dan bergegas menuju meja makan. Dia mengambil piring yang sudah disediakan diatas meja makan, lalu mengisinya dengan nasi hangat dan sayur tumis labu Siam yang dicampur dengan teri, yang di tumis dengan bumbu iris sederhana yaitu bawang putih, bawang merah dan cabe hijau.
Namun rasanya terasa sungguh nikmat di lidah Dirga, dan membuatnya tak berhenti makan, dia bahkan sampai menambah dua kali karena sangking enaknya.
"Naina, siapa yang membuat sayur tumis labu Siam ini?" tanya Dirga saat dia melihat Naina yang baru masuk keruang makan dimana Dirga sedang makan, karena dia belum pernah merasakan tumis labu Siam seenak itu dan dia berpikir Naina pasti mengetahui masakkan siapa itu.
"bik Nita, enakkan kak?" jawab Naina dan juga mengajukan pertanyaan, sembari duduk di kursi meja makan didepan Dirga.
"iya enak" jawab Dirga jujur, sembari menghabiskan makanannya tak bersisa.
"karena kakak juga suka, bagaimana kalau setiap hari Naina meminta kepada bik Nita untuk memasakkan makanan untuk kita." Naina meminta pendapat kepada Dirga dan melihat Dirga dengan pandangan penuh harap. Ia begitu berharap Dirga menyetujui idenya itu.
"nggak usahlah Naina, bik Nita itu sibuk, lagi pula kakak juga tidak enak kalau menambah pekerjaannya." Dirga menolak ide Naina, karena Nita memang sibuk selain mengurusi kebun, Nita juga harus menyiapkan makanan untuk anak-anak dan suami, ditambah lagi Nita juga memiliki seorang putra yang masih sekolah.
Selain itu Dirga juga menjaga jarak dari kedua anak perempuan Nita, yaitu Sakira dan Sahira. Entah mengapa Dirga merasa tidak nyaman jika berdekatan dengan mereka, dan selalu merasa risih. Padahal mereka cantik, namun Dirga sama sekali tidak tertarik dan sebetulnya Dirga tidak hanya seperti itu kepada mereka saja, dia juga seperti itu kepada perempuan-perempuan lain, oleh karena itu tidak ada yang pernah melihatnya dekat dengan perempuan, termasuk Naina.
Yang kadang menganggap dan berpikir kakaknya itu seperti tidak normal.
"sayang sekali, padahal masakkan bik Nita enak lo!" ujar Naina dengan mimik wajah kecewa, karena Dirga menolak usulannya.
Sementara Dirga hanya diam menatap sayur tumis labu Siam yang ia makan tadi, karena dia juga sangat menyukai rasa masakkan Nita, dan mulai berpikir untuk merubah pikirannya.
"kalau kakak tidak mau bik Nita memasakkan makanan untuk kita dirumah ini, karena tidak ingin menambah pekerjaannya. Bagaimana kalau sesekali saat ketika sedang tidak berselera makan, kita makan dirumah bik Nita! Lagi pula bik Nita tidak akan keberadaan dan tidak akan terlalu menambah pekerjaannya, karena hanya sesekali saja." bujuk Naina masih mencoba dan tidak mau menyerah sembari melihat wajah kakaknya, dan menyadari bahwa kakaknya mulai terpengaruh oleh perkataannya. "bagaimana?" tanya Naina mendesak meminta jawaban, karena Dirga hanya diam setelah mendengar perkataannya. Sebab dia begitu ingin mempertemukan Dirga dengan salah satu anak Nita, yaitu Karin.
"terserah kamu saja Naina" tutur Dirga kemudian setelah cukup lama hanya diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments