Kembali ke masa sekarang.
"maafkan mama nak, hiks, hiks, hiks, hiks" rintih dan tangis Nita dengan penuh penyesalan, dan terus memeluk Karin dengan sangat erat, karena bayangan-bayangan kekejamannya di masa lalu terus berputar dikepalanya. Sedangkan Karin hanya diam, tidak membalas perlakuannya.
Tapi Nita tidak mempedulikan itu, dia memandang wajah Karin sesaat untuk menyakinkan dirinya bahwa yang sedang ia peluk memang benar putrinya, lalu menciumi pipi Karin berkali-kali karena selama ini dia sangat merindukannya.
"Karin! Ini benar-benar kamu dek?" Sahira bertanya sembari mendekati Karin yang sedang dipeluk oleh Nita, namun Karin tak menjawab dan Sahira tidak menghiraukan itu, lalu ikut memeluk Karin dari samping, karena dia juga sangat merindukan Karin. "kemana saja kamu selama ini dek?" tutur Sahira kemudian saat dia memeluk Karin, namun lagi-lagi Karin hanya diam.
Dia tidak mampu menjawab semua pertanyaan itu, sebab dia masih syok dan tak menyangka akan bertemu dengan semua keluarganya secara tak terduga. Dia bahkan tidak tahu bahwa ibunya tinggal disana, karena rumah yang dia tuju sebenarnya adalah rumah nomor dua.
Namun dia nyasar kerumah nomor satu karena tidak memperhatikan nomor rumah, dan hanya fokus pada cat warna putih, sebab rumah nomor dua tadinya berwarna putih, tapi sudah bertukar warna hijau sejak beberapa hari lalu, begitu pula dengan rumah-rumah lain telah bertukar warna sesuai warna yang disukai oleh penghuninya, dan hanya rumah nomor satu yang dicat dengan warna putih.
Selain itu setiap teras rumah semuanya dipasangi dengan lampu yang tidak terlalu terang, dengan tujuan untuk menghemat pemakaian listrik agar tidak terlalu banyak saat membayar listrik, dan hanya mendapatkan tambahan pencahayaan dari rumah besar. Semakin membuat setiap nomor rumah tidak terlihat jelas saat malam.
Dan saat mereka berdua sedang memeluk Karin, ponsel Karin pun berbunyi.
kring, dret, dret,
Kring, dret, dret,
Kring, dret, dret.
Ponsel Karin berbunyi dan bergetar didalam tasnya, sontak membuat Karin bergegas melepaskan pelukan ibunya dan kakaknya, lalu mengambil ponsel didalam tasnya.
"halo Karin, kamu dimana nak? Kenapa sampai sekarang belum sampai?" tanya seorang wanita yang terdengar dari ponsel tersebut, begitu Karin mengangkat panggilan darinya, yang terdengar begitu cemas dari nada bicaranya.
"Karin sudah sampai bu" jawab Karin dengan suara sedikit parau, dan mata terus melihat kepada wanita yang telah melahirkan, yang masih berdiri dihadapannya.
"kamu sudah sampai! Tapi kamu dimana nak?" Linda menelepon dari dalam rumah dan mulai melihat keluar, lalu dia melihat sebuah mobil sedan yang sangat ia kenal sedang terparkir didepan rumah Nita.
Duk! Jantung Linda berdetak kencang, saat dia melihat itu.
"Karin, kenapa ibu melihat mobil mu ada didepan rumah sebelah? apakah kamu sedang disana nak?" tanya Linda dengan darah berdesir kencang, menyadari sesuatu yang selama ini dia takuti.
"hmm, iya ibu, Karin ada disini." jawab Karin dengan perasaan ragu, karena dia tidak ingin menyakiti wanita yang telah membesarnya itu, tapi dia juga tidak bisa berbohong, karena ibunya telah melihat mobilnya.
Tut!
Tut!
Tut!
Mendengar jawaban Karin itu, Linda langsung memutuskan sambungan telepon dan bergegas dengan langkah cepat menuju kerumah Nita.
"Karin ayo kita pulang kerumah nak!" kata Linda menyusul Karin setelah dia sampai dirumah Nita, lalu meraih koper yang berbeda didepan pintu rumah Nita. Karena dia sangat tahu koper itu adalah milik Karin.
"tidak bisa, Karin adalah anakku! Dia akan tinggal disini bersama ku!" serobot Nita merebut koper yang dipegang oleh Linda, dan menahan sekuat tenaga.
"Karin adalah anakku! Aku yang merawat dan membesarkannya!" tutur Linda tidak terima dan tetap mencoba untuk membawa koper Karin, hingga akhirnya saling rebut-rebutan.
"dia anakku, aku ibunya. Dan aku yang melahirkannya!" ujar Nita tidak mau kalah.
"kau yang melahirkannya, tapi kau tidak menginginkannya!" sindir Linda mengingatkan Nita akan masa lalu, "lagi pula jika Karin tinggal disini dia mau tidur dimana? Rumah kalian tidak cocok untuk Karin!" celetuk Linda ketus, seperti sedang mengejek Nita yang status sosialnya sekarang sedang berada dibawah Linda.
Sontak membuat Nita langsung melepaskan tangannya dari koper Karin yang dipegang oleh Linda, saat dia mendengar perkataan itu. Dia tahu Linda sedang menghinanya dan dia tidak bisa menjawab hinaan itu, karena dia memang sudah jatuh miskin dan Karin pasti tidak akan mau tinggal dengannya, oleh sebab itu dia menyerah dan tidak ingin lagi berebut dengan Linda. Meski sebetulnya hatinya merasa sakit.
"ibu, Karin akan tinggal disini!" tutur Karin yang sejak tadi hanya diam melihat keributan, yang dibuat oleh kedua wanita yang sangat berjasa dalam hidupnya itu, dan sebetulnya merasa tidak terima saat ibu angkatnya menghina ibu kandungnya.
Namun dia juga tidak bisa marah pada ibu angkatnya yang selama ini menyayanginya dengan tulus, tapi dia juga tidak bisa melukai perasaan ibu kandungnya, yang selama ini selalu ia rindukan meski selama ini dia selalu berusaha untuk melupakannya.
"tapi nak, bagaimana kamu bisa tidur disini? Disini tidak ada AC!" tutur Linda secara tidak langsung mengingatkan bahwa kulit Karin sangat sensitif, dia tidak bisa terlalu lama kepanasan. Karena kulitnya sangat tipis dan akan memerah seperti kepiting rebus, kalau kepanasan, dan sejak bayi Karin selalu tidur dengan pendingin ruangan, begitu pula setelah Karin tinggal bersama Linda.
Tapi meskipun begitu bukan berarti Karin tidak pernah kepanasan dan hidup susah, karena dia bukanlah perempuan yang manja dan sangat pekerja keras. Walau Linda sangat menyayanginya dan selalu mengutamakannya, bahkan mungkin juga rela memberikan nyawa untuk Karin.
"bu, Karin mohon. Karin sangat lelah." tutur Karin memelas dan meminta pengertian dari ibu angkatnya, karena saat ini dia memang betul-betul letih setelah melakukan perjalanan jauh, dan kemudian dihadapkan pada situasi seperti sekarang.
"hmm, baiklah kalau begitu." tutur Linda menyerah dan merasa sedih, karena ternyata Karin lebih memilih ibu kandungnya, lalu kemudian berjalan meninggalkan Karin dengan perasaan hati terluka dan mata berkaca-kaca, dia kembali kerumahnya.
"ibu kenapa?" tanya Sarah saat melihat ibunya kembali dalam keadaan menangis, namun Linda tidak menjawab dan lebih memilih untuk segera masuk kekamarnya.
"bu!" panggilnya lagi, karena dia sangat penasaran dengan apa yang membuat ibunya menangis.
"ibu cepek, ibu ingin istirahat." jawab Linda tak ingin lagi ditanya oleh Sarah, lalu masuk kekamarnya dan mengunci pintunya. Dan Sarah tidak punya pilihan lain, selain mencari tahu sendiri apa penyebab ibunya terlihat begitu sedih. Lalu kemudian pergi keluar untuk mencari tahu.
Diluar Sarah melihat mobil kakaknya yang terparkir di rumah tangganya, dan tidak sedikit pun berpikir tentang yang aneh-aneh, "kakak sudah pulang" gumamnya pada diri sendiri, karena dia sangat mengenali mobil kakaknya, dan langsung bergegas menuju rumah dimana kakaknya memarkir mobil, Sarah berjalan kesana dengan perasaan hati senang, karena akhirnya setelah dua tahun dia bisa melihat kakaknya kembali dan tak lagi hanya sekedar berkomunikasi di ponsel. Seperti yang mereka lakukan selama dua tahun ini.
Saat Sarah berjalan kerumah itu Karin sudah tidak ada diluar, dia sudah berada didalam rumah Nita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments