Dengan harapan suatu hari nanti Nita akan menyesali perbuatannya, dan mungkin akan merindukan Karin seumur hidupnya.
"selamat! akhirnya kamu telah berhasil menjauhkannya dari hidup mu!" kata Yuda dingin ditelinga Nita, ketika mereka akan masuk ke mobil dan meninggalkan Karin, dibawah asuhan pengasuh yang sudah mengasuhnya sejak bayi.
Wajah gadis kecil itu terlihat sangat memilukan ketika itu, dia bahkan mulai menangis dan berlari mengejar mobil yang ditumpangi oleh Nita, Yuda dan kedua kakaknya.
"mamaaaa! hiks, hiks, hiks, Karin mau ikut." gadis kecil itu berlari mengejar mobil itu hingga terjatuh berkali-kali, hingga lutut dan telapak tangannya berdarah karena terluka oleh pasir dan batu, "jangan tinggalkan Karin maaa!." rengeknya dan berharap wanita yang melahirkannya itu akan berubah pikiran, lalu mobil itu berhenti dan membawanya.
Namun semua itu tidak terjadi, mobil itu terus berjalan meninggalkannya. Dan Nita tidak pernah melihat kebelakang, dia juga sama sekali tidak pernah datang mengunjungi Karin, sungguh saat itu gadis kecil itu tidak mengerti, mengapa wanita yang melahirkan bisa begitu kejam kepadanya, dan meninggalkannya, padahal dia juga anaknya.
kembali ke masa sekarang.
"mamaaaa!" suara itu menggema ditelinga Nita, dan membuat Nita gelisah didalam tidurnya, dia bahkan berbalik ke kiri-kanan berkali-kali, "Karin!" sentak Nita begitu dia terbangun dan membuka matanya.
Lalu mengatur nafasnya, setelah dia sadar bahwa dia baru saja bermimpi, dan kemudian melihat kearah lelaki yang sedang tidur nyenyak disebelahnya.
Lelaki yang dulu sangat dia benci, dan melihat wajahnya membuat Nita kembali teringat akan kejadian malam itu. Kejadian dua puluh satu tahun silam, ketika dia sedang mengandung Karin. Namun belum sempat Nita kembali tenggelam dalam ingatannya.
"mama" suara Sahira, yaitu anak keduanya terdengar dari balik pintu, langsung menyadarkannya dan membuyarkan lamunannya.
"iya nak" jawab Nita dan bergegas turun dari tempat tidur, lalu berjalan menuju pintu dan kemudian membuka pintu dihadapannya, karena sebetulnya dia sudah sedikit kesiangan.
"mama sudah bangun? Didepan ada nona Naina, dia sepertinya ingin makan disini. Karena sejak tadi dia terus bertanya hari ini mama masak apa?" jelas Sahira melihat wanita yang telah melahirkannya, yang terlihat masih cantik dan awet muda meski sudah berusia empat puluh enam tahun, setelah Nita membuka pintu kamar dan keluar dari kamar.
Karena Naina memang sering makan dirumah mereka, sejak dia berusia sepuluh tahun, dan cukup akrab dengan Sakira dan Sahira. Selain itu Naina juga sedikit penasaran dengan rahasia awet muda Nita, meski sudah melahirkan lima orang anak namun Nita masih terlihat cantik, dan selalu membuat Sahira merasa iri dengan mamanya itu, sebab dia tidak mewarisi kecantikannya.
"mama belum tahu mau masak apa, tapi coba tanyakan pada nona Naina dia mau makan apa?" ujar Nita sambil melihat Sahira sebentar dan mulai berjalan menuju dapur, karena meskipun dia tidak ingin mengambil hati pak Dirga, namun tetap harus memperlakukan adik bosnya itu dengan baik.
"terserah bibi saja, apa pun yang bibi masak Naina pasti suka." seru Naina langsung sebelum Sahira bertanya kepadanya, ketika dia memasuki rumah yang berukuran sepuluh kali sepuluh, yang ditempatinya Nita dan keluarganya, lalu menerobos begitu saja mengikuti Nita kedapur.
Seperti yang sudah sering ia lakukan, karena sejak kecil Naina memang selalu berkeliaran disana. Dan bahkan sudah menganggap Nita seperti ibunya.
"bibi, apa bibi tahu aku sangat kesal pada kak Dirga! Pria tua itu semakin kesini semakin suka mengatur dan membuat aturan." celoteh Naina mengomel dan mengatai kakaknya sendiri dengan sebutan pria tua, tanpa diminta setelah dia memasuki dapur yang berukuran tiga kali dua itu.
Dia menganggap kakaknya sebagai Pria tua, karena kakaknya sudah berusia tiga puluh tahun namun belum juga menikah, dan tidak pernah terlihat memiliki seorang pacar.
"nona Naina, kenapa nona Naina mengatakan kakak nona sebagai pria tua? Dia itu masih muda, dan lagi dia berbuat seperti itu karena dia sangat menyayanginya nona Naina, dia hanya ingin menjaga nona Naina karena nona adalah satu-satunya saudara dan keluarga yang dia miliki!" Nita mencoba menasehati Naina dengan tutur kata sangat lembut, seperti sedang berbicara dengan putri kesayangannya.
Sembari menyiapkan masakan untuk dinikmati oleh seluruh anggota keluarganya, termasuk juga Naina.
"bibi tidak tahu sih bagaimana terasa terkekang Naina selama ini." seru Naina dengan raut wajah sedih, karena dia ingin Nita membelanya dan merasakan apa yang ia rasakan, namun ternyata Nita juga berpihak kepada Dirga.
"bibi tahu non, nona pasti sangat jenuh dan ingin bebas seperti teman-teman nona. Tapi nona juga harus tahu kadang kebebasan bisa menjerumuskan kita kepada hal yang tidak baik." tutur Nita masih menasehati Naina dengan lembut seperti seorang ibu, karena kebanyakan teman-teman Naina bukanlah anak-anak baik-baik.
"bik, Naina sekarang sudah berusia delapan belas tahun lo bik. Naina sudah bisa membedakan baik dan buruk." ujar Naina sedikit merajuk namun masih membantu Nita menyiapkan bumbu.
"bibi tahu nona, tapi masalahnya pak Dirga masih belum yakin dan belum bisa membiarkan nona bertanggung jawab atas diri nona sendiri. Tapi mungkin nanti setelah pak Dirga memiliki seorang istri, dia pasti akan memberikan sedikit kelonggaran kepada nona!" hiburan Nita dan mencoba memberikan semangat kepada Naina, agar dia tak lagi kecewa dengan kakaknya.
"kira-kira kapan itu akan terjadi bik?" Naina berbicara dengan perasaan hampa, "dia bahkan tidak pernah terlihat memiliki pacar, dan selalu sibuk dengan bekerjaanya!" tutur Naina seperti sudah tidak memiliki harapan, karena Naina memang tidak pernah melihat Dirga dekat dengan seorang wanita, dan selalu sibuk dengan pekerjaannya.
"bibi juga tidak tahu nona" ujar Nita menanggapi pertanyaan Naina karena dia juga bingung.
"hmm, alangkah baiknya jika kak Dirga keluar dan bertemu dengan salah satu anak bibi, lalu kemudian jatuh cinta!" gumam Naina namun dapat didengar oleh Nita dengan sangat jelas.
"nona, anak bibi tidak akan cocok dengan pak Dirga." sela Nita menjawab gumaman Naina sembari tersenyum, lalu meletakkan nasi goreng buatannya diatas meja, dimana Naina sedang duduk.
"kenapa bik?" tanya Naina karena dia tidak mengerti mengapa anak Nita tidak cocok dengan kakaknya, padahal mereka cantik-cantik dan terlihat cocok untuk kakaknya.
"anak bibi hanya tamatan SMA, mana cocok dengan pak Dirga yang seorang insinyur pertanian dan peternakan. selain itu beliau juga pernah menjadi guru." tutur Nita merendah, karena dia cukup tahu diri. Meski dulu dia pernah berada diatas tapi itu dulu, sebelum usaha suaminya bangkrut karena kebakaran yang melahap habis restoran miliknya.
Membuatnya terlilit hutang dan akhirnya bekerja kepada Dirga, sejak sepuluh tahun lalu sebagai pengurus dan penjaga peternakan.
"ah bibi, itu semua tidak penting. Yang penting itu adalah hati." tutur Naina dengan berapi-api, karena sebetulnya dia sangat ingin menjodohkan salah satu anak Nita kepada kakaknya, tapi dia belum memiliki kesempatan sebab Dirga sangat sibuk dan cukup jarang berada dirumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments