Ceklek.
Naina membuka kulkas itu dan mengambil beberapa minuman botol serta cemilan dari sana, lalu membawanya ke teras dimana dia meninggalkan perempuan itu.
"ini kak, silahkan diminum dan dimakan" tutur Naina sopan dan ramah menawari minuman dan cemilan ia bawa kepada perempuan dihadapannya.
"terimakasih" ucap perempuan itu sembari tersenyum ramah. Lalu mengambil ponselnya dari dalam tas dan mengetik pesan kepada seorang.
"aku sedang dirumah pak Dirga say, kamu ada butuh sesuatu gak say?" tulis perempuan itu menyebut nama mantan guru SMA nya, yang memiliki sikap tegas, pemarah dan tidak bisa bercanda itu. Lalu mengirimnya kepada nomor yang diberi nama *sahabatku*
Dan sekian detik kemudian balasan pun langsung masuk.
"kamu sedang apa disana?" balasan dari sahabatku
"aku tidak sengaja bertemu dengan adik pak Dirga, dan dia mengajakku main kerumahnya!" jelas perempuan itu
"oooo" balasannya hanya dengan ber o.
"kok hanya o say?" ketik dan kirim perempuan itu lagi, sambil mengobrol dengan Naina.
"nggak apa sayang" balasan sahabatku itu
"oiya, mumpung kamu lagi disana coba kamu lihat ibuku. Bagaimana keadaannya? Apakah dia nyaman tinggal disana?" kirim sahabatku itu lagi.
"okey, aku akan melihatnya. 😎😎😘" tulis perempuan itu setuju dan siap menjalankan tugas, lalu memasukkan ponselnya kembali kedalam tasnya.
"Naina, kakak baru ingat, teman kakak ada beli rumah pada pak Dirga dan kalau tidak salah keluarga sudah pindah kerumah itu! Apakah Naina tahu rumah yang mana itu?" tutur perempuan itu seolah tidak yakin dan bertanya kepada Naina.
"oh, itu rumah nomor dua! Jadi yang membeli rumah itu adalah teman kak Rin?" jawab Naina sembari melihat wajah perempuan dihadapannya.
"iya" jawab perempuan itu tegas, karena yang membeli rumah itu memang benar adalah teman.
"yuk, kita kesana! Naina akan tunjukkan rumahnya." ajak Naina antusias dan memegang tangan perempuan dihadapannya, lalu berjalan menuju pintu kecil yang berada disebelah timur, karena itu adalah jalan pintas untuk segera menuju ke rumah-rumah yang disediakan untuk para pekerja, yang bekerja disana.
"itu rumahnya" ujar Naina menuju rumah-rumah yang ada didepan sana, sembari terus berjalan mendekati rumah-rumah tersebut, lalu kemudian menghentikan langkah dirumah nomor satu, untuk menyapa seorang wanita yang sedang duduk diteras.
"bik Nita" sapa Naina ramah ketika akan melewati rumah Nita, lalu menghentikan langkah sebentar.
"iya non Naina" jawab Nita sembari tersenyum ramah, lalu melihat perempuan yang ada disebelah Naina dengan alis sedikit terangkat. Karena dia baru pertama kali melihat perempuan itu, "itu siapa non Naina?" tanya Nita kemudian, sedikit penasaran.
"oh, ini kak Rin bik, yang dulu pernah datang kerumah!" jelas Naina mengingatkan Nita sembari melihat perempuan disebelahnya.
Sontak membuat Nita yang teringat akan apa yang ia rasakan malam itu, langsung melihat kearah perempuan yang berbeda disebelah Naina. Dia menatap perempuan itu dengan pandangan menyelidik, lalu memegang jantungnya, yang sejak tadi terasa biasa saja. Tidak seperti saat malam dimana dia melihat punggung Karin.
Selain itu postur tubuh dan rambut perempuan itu juga berbeda dengan perempuan yang di lihat oleh Nita malam itu, karena tubuh perempuan itu lebih kecil dan rambutnya ikal gantung, dengan panjang hampir sepinggang. Sementara perempuan disebelah Naina memiliki tubuh yang berisi dan rambut lurus panjang hanya melebihi bahu sedikit. Selain itu kulitnya juga tidak seputih perempuan itu, dan wajahnya juga full keturunan Indonesia tidak ada sedikitpun blasteran nya!
Dan Nita sangat yakin, bahwa perempuan yang dilihatnya malam itu bukanlah perempuan yang berada disebelah Naina sekarang , tapi adalah Karin, anak kandungnya.
🌾🌾🌾🌾🌾🌾
Dua tahun kemudian.
Malam ini cuaca sedang berangin dan sedang turun hujan, semua pintu-pintu rumah orang-orang sudah pada tutup dan hampir sebagian sudah pada tertidur nyenyak didalam selimut hangat mereka masing-masing, padahal hari masih terbilang sore karena sekarang baru pukul delapan malam.
Namun karena cuaca yang dingin dan terus turun hujan sejak pagi, membuat sebagian orang memilih tidur lebih awal. Hanya orang-orang didalam rumah Nita yang semuanya masih terjaga, ketiga anak Nita sedang sibuk mengobrol bersama diruang TV, sementara Nita sedang duduk didepan meja makan, dia terlihat berkali-kali mengusap-usap dada kiri, karena jantungnya terasa tidak nyaman seperti ada yang sedang berjalan di jantungnya.
Ceklek!
seorang perempuan bertubuh kecil turun dari mobil dan berjalan mendekati sebuah rumah, dengan tangan membawa koper.
Tak!
Tak!
Tak!
Tak! Langkah kaki itu teras berjalan di jantung Nita!
Awalnya rasanya tidak terlalu kuat, namun, semakin lama rasanya semakin kuat. Nita menyadari apa arti itu dan langsung bergegas menuju pintu keluar, dia berjalan dengan terburu-buru, melewati anak-anaknya yang mengobrol dengan asik, "ma" dia bahkan tidak menghiraukan panggilan anaknya, dan tidak menyadari bahwa anak-anaknya juga mengikutinya dibelakang. Lalu membuka pintu dihadapannya dengan cepat, dan seorang perempuan yang sedang berdiri didepan pintu pun terlihat.
Perempuan itu bertubuh ramping, jika ditimbang mungkin beratnya hanya sekitar empat puluh lima. Sebetulnya perempuan itu ingin mengetuk pintu, tapi pintu itu sudah dibuka lebih dulu oleh Nita.
"mama!" kata perempuan itu dengan suara pelan dan terkejut ketika melihat Nita, sebab dia tidak menyangka akan bertemu dengan wanita yang melahirkannya, karena dia tidak sadar bahwa dia telah salah mendatangi rumah. Namun Nita bisa mendengarnya.
"Karin!" kata Nita memanggil nama perempuan dihadapannya dengan suara bergetar, lalu memeluk perempuan yang mengenakan baju kantor warna hitam dengan kemeja berwarna hijau muda tersebut. "Karin, hiks, hiks, hiks, maafkan mama nak. Mama sangat merindukan mu nak, ini benar-benar kamu kan nak?" tutur Nita sembari menangis dan memeluk perempuan yang berparas campuran, seperti orang Pakistan tersebut dengan erat, dan kembali teringat tentang apa yang pernah ia lakukan kepada Karin ketika Karin baru berusia satu tahun.
Beberapa tahun yang lalu!
Diruang keluarga dirumah peninggalan almarhum suami Nita. Terlihat Karin yang baru berusia satu tahun sedang menyusu pada botol tabung susu yang ia pegang dengan kedua tangan kecilnya, dia terlihat begitu tenang menyusu sambil bersandar pada sofa dibelakangnya dengan posisi berdiri.
Sungguh terlihat sangat menggemaskan bagi siapapun yang melihatnya, tapi tidak bagi Nita! Dia sangat jengkel dan kesal melihat itu, lalu menghampiri Karin yang sedang sendirian itu, karena pengasuhnya sedang berada didapur dan itu adalah kesempatan bagi Nita untuk menyakiti Karin.
Perlahan dia mendekati Karin, lalu setelah dekat dia pun langsung mendorong tubuh kecil Karin, hingga Karin terjatuh tersungkur kelantai dengan posisi bibir mencium lantai.
"hiks, hiks, hiks, hiks! Karin terpekik menangis kejang sebagaimana anak berusia satu tahun, dan berusaha untuk duduk dengan bibir berdarah karena bibirnya pecah, sebab membentur lantai. Namun Nita yang melihat itu tidak memperdulikannya dan justru meninggalkan Karin begitu saja, dia sungguh sangat kejam dan tidak berperasaan, bahkan sama sekali tidak ada rasa penyesalan sedikit pun diwajahnya.
"ya tuhan Karin! Kamu kenapa nak?" seloroh Linda berlari dari dapur begitu dia mendengar suara tangisan kejang Karin, lalu mengendong Karin dan terlihat begitu cemas dan panik diwajahnya, ketika melihat bibir Karin berdarah. Lalu membersihkan darah dibibir Karin, dan mengobati lukanya. "maafkan ibu nak, seharusnya ibu tidak meninggalkan kamu sendiri" tutur Linda penuh penyesalan karena telah meninggal Karin, dan lebih seperti seorang ibu untuk Karin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments