Linda menyuapi Karin seperti seorang ibu yang sedang menyuapi anaknya yang masih kecil, seperti yang sering ia lakukan sejak dulu, meski sekarang Karin sudah besar namun dia masih sering menyuapi Karin seperti itu, setiap Karin berada didekatnya.
Membuat Nita merasa iri melihat kedekatan antara Linda dan Karin, karena seharusnya yang diposisi Linda itu adalah dia. Nita sungguh tidak suka melihat Linda yang sedang menyuapi Karin, dan rasanya dia ingin mendorong Linda, mengusirnya dan memintanya untuk menjauhi Karin.
Tapi dia tidak melakukannya dan saat melihat apa yang dilakukan Linda itu, justru membuatnya kembali teringat ke masa lalu, akan apa yang pernah ia lakukan kepada Karin di masa lalu.
Kembali ke masa lalu.
Ingatan Nita kembali ke masa lalu ketika Karin masih berusia tiga tahun, saat dia sedang menyuapi Sakira dan Sahira makan siang.
"ayo Sakira makannya jangan main-main, kunyah makanannya yang benar!" tutur Nita ketika dia sedang menyuapi Sakira dan Sahira, saat Sakira terlihat sedang main-main mengunyah makanan di mulutnya, yang sudah hampir sepuluh menit namun tetap juga masih ada didalam mulutnya, dan tak kunjung ditelannya.
"iya ma" jawab Sakira tidak terlalu serius, karena meskipun berkata iya dia tetap tidak menelan makanannya. sebab Sakira memang terbilang cukup malas kalau makan dan lebih suka jajan.
"mama ak" kata Karin yang masih berusia tiga tahun itu, mendekati Nita dan membuka mulutnya, karena dia juga ingin disuapi oleh Nita. Namun Nita hanya diam melihatnya dan enggan untuk menyuapi.
"mama ak, Karin juga mau makan mama" tutur Karin lagi masih dengan membuka mulutnya, karena Nita tak kunjung juga menyuapinya. Padahal Sakira dan Sahira terus disuapi olehnya.
"kamu juga mau makan?" ujar Nita kemudian setelah cukup lama hanya diam melihat Karin yang sedang membuka mulut didepannya, karena dia tidak ingin menyuapinya, namun tiba-tiba muncul sebuah ide gila di kepalanya saat dia melihat onggokan sambal dipinggir piring yang sedang dipegangnya.
"iya ma" jawab Karin kecil dengan mata berbinar, karena akhirnya mamanya bertanya dan mungkin juga akan menyuapi nya seperti kedua kakaknya.
"ya sudah buka mulut mu yang lebar, aku akan menyuapi mu." tutur Nita mulai mengambil sedikit nasi yang ada dipiring dan mengaduknya dengan banyak sambal, lalu kemudian menyuapinya kedalam mulut Karin.
"mama pedas!" seru Karin saat nasi yang penuh dengan sambal itu masuk kedalam mulut kecilnya, dan seketika membuat mukanya memerah karena rasa pedas yang ia rasakan. Namun alih-alih memberikan minum kepada Karin, Nita justru menutup mulut Karin
"telan!" kata Nita dengan penuh penekanan sembari menutup mulut Karin dengan telapak tangan kirinya, agar Karin tidak membuang makanan yang ada di mulutnya.
"hiks, hiks, hiks, pedas ma." tutur Karin mulai menangis saat Nita memaksanya, untuk menelan makanan yang sungguh terasa amat pedas bagi lidah dan tenggorokannya.
"mama tidak mau tau! Mama bilang telan, telan!" ujar Nita dengan membesarkan bola matanya dan mencubit paha Karin dengan kuat, setelah ia melepaskan tangannya dari mulut Karin.
"hiks, hiks, hiks, iya ma. Sakit ma. Tapi jangan cubit Karin lagi ma." tutur Karin dengan menangis setelah ia menelan makanan yang amat pedas di mulutnya, dan mengusap-usap pahanya yang kena cubit oleh Nita. sebab Nita mencubit paha Karin dengan sangat kuat hingga meninggal bekas warna biru, dan membuat Karin merasa sangat kesakitan.
Tapi Nita belum merasa puas dan kembali menjejalkan nasi penuh sambal itu kemulut kecil Karin, dia bahkan menjejalkan nya berkali-kali dengan kasar, hingga mulut gadis kecil itu semakin memerah dan airmata berlinang membasahi pipi lembutnya.
"Karin kenapa buk?" tanya Linda yang baru selesai mencuci baju dibelakang, saat dia mendengar suara tangisan Karin dan bergegas melihat Karin. Namun saat datang dia sudah melihat Karin yang sedang menangis dengan bibir berwarna merah, dengan tangan sembari mengusap-usap paha kanannya.
"tidak tahu!" jawab Nita tak acuh, namun Sahira yang melihat apa yang dilakukan Nita kepada Karin, tidak terima.
"Karin dicubit mama, dan dikasih makan cabe bu!" tutur Sahira jujur, karena tidak terima ibunya menyakiti adiknya.
"ya tuhan bu, ibu betul-betul keterlaluan dan kejam! Masa anak kecil ini ibu kasih cabe, hingga mulut merah seperti ini!" tutur Linda dengan nada terdengar marah saat mendengar pernyataan Sahira, lalu mengendong Karin dan bergegas memberikan air minum kepada Karin.
"siapa kamu berani berbicara seperti itu? Hanya pembantu, sok ikut campur!" ujar Nita sombong dan marah kepada Linda, karena Linda selalu ikut campur.
"saya memang hanya pembantu dirumah ini, dan juga bukan wanita yang melahirkan Karin! Tapi kasih sayang kepada Karin, tak akan dirugukan! Karena saya menyayangi Karin melebihi darah daging saya sendiri!" tutur Linda menjawab kesombongan Nita, lalu kemudian membawa Karin kedalam kamar, dia sungguh menyayangi Karin hingga dia tidak peduli jika Nita memecatnya, karena dia sungguh tidak terima jika Nita menyakiti Karin.
Apalagi ketika dia melihat bekas cubitan Nita dipaha kecil Karin, yang meninggal jejak warna biru. Sungguh membuat hati Linda terluka dan terasa sangat sakit, seperti disayat oleh sembilu.
"kejam" tutur Linda dengan mata berkaca-kaca, sembari mengusap-usap dan mencium bekas cubitan Nita di paha karin, "maafkan ibu ya nak, lain kali ibu tidak akan lagi meninggalkan Karin terlalu lama bersamanya." ujar Linda terdengar seolah sedang berjanji kepada dirinya sendiri, lalu memeluk Karin dengan erat didalam pelukannya.
Kembali ke masa sekarang.
"sudah bu, Karin kenyang." tutur Karin lembut, menolak suapan bubur ayam dari Linda yang hanya tinggal beberapa suapan lagi, sembari memegangi perut ratanya yang serasa telah penuh.
"nanggung sayang, sedikit lagi ya nak" bujuk Linda masih mencoba untuk kembali menyuapi Karin, karena bubur ayam didalam mangkok yang ia pegang hanya tinggal sedikit lagi. Selain itu sebetulnya Linda juga ingin memberi Karin makan lebih banyak dari biasanya, agar tubuh Karin sedikit berisi, karena menurutnya Karin sangat kurus.
"tapi bu, Karin sudah sangat kenyang." Tolak Karin dengan lembut dan sopan kepada wanita yang telah membesarkannya itu, dan dia tidak berbohong karena dia betul-betul telah kenyang. Sebab sebetulnya dia sudah makan melebihi dari posisinya.
"kalau gitu sesuap lagi ya" bujuk Linda masih berusaha agar Karin masih mau makan, walau hanya sesuap lagi. Tanpa mempedulikan orang yang terus melihat dengan tatapan tidak suka.
Karena Nita dan Sahira terus memperhatikan apa yang dilakukan oleh Linda, terlebih Nita yang menatap seakan ingin membunuh Linda hanya dengan mengunakan tatapan mata.
"hmm, tapi satu ini lagi aja ya bu." tutur Karin menyerah dengan bujukan ibunya, dan akhirnya kembali membuka mulutnya.
"iya nak, hanya satu ini lagi saja." ujar Linda sembari menyuapkan Karin satu sendok lagi, dan, "nah sudah." tuturnya kemudian setelah berhasil menyuapkan Karin satu suapan lagi, lalu kemudian meletakkan sendok ditangannya kedalam mangkok yang masih ia pegang.
"terimakasih bu." ucap Karin dengan sangat hangat sembari menatap wanita dihadapannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments