"apakah ini gara-gara seorang perempuan yang mama lihat tempo hari itu?" tebak Sakira, karena sejak kejadian itu dia sering melihat ibunya melamun, dan terlihat seperti banyak pikiran.
"seorang perempuan?!" sela Sahira, dan memandang Nita dengan tatapan menyelidik, karena dia memang sering melihat ibunya yang selalu terlihat bersedih, ketika sedang memegang sebuah foto dan Sahira tahu foto siapa itu.
"tidak Sakira, ini tidak ada hubungannya dengan perempuan itu." kilah Nita berbohong. Namun tetap tidak bisa menghilangkan kecurigaan Sahira.
"siapa wanita yang mama lihat itu? Apakah dia Karin?" buru Sahira. Karena dia adalah orang yang tak mudah untuk dibohongi.
"hmm, sepertinya." jawab Nita tidak terlalu yakin, dan terlihat sangat terluka karena rasa rindu yang mendalam. Ditambah lagi dia juga ingat bahwa dulu Sahira sangat dekat dengan Karin.
"dimana mama melihatnya?" tanya Sahira lagi, karena dia juga masih ingat akan adiknya yang bernama Karin. Sebab dulu dia sangat menyayanginya Karin, dan sering bermain dengannya. Meski pada akhirnya akan berujung kena marah oleh Nita, dan melarangnya untuk dekat dengan Karin.
Namun saat itu dia tidak bisa jauh dengan Karin, dan lebih memilih untuk dimarahin oleh ibunya setiap hari.
Masa lalu dimasa kecil Sahira!
"Sahira menjauh dari anak itu" perintah Nita tegas, sembari memegang Sahira dan menjauhkan Sahira dari gadis kecil yang baru berusia tiga tahun.
Ketika Sahira yang baru berusia tujuh tahun, sedang bermain dengan gadis kecil yang sangat cantik, yang memiliki wajah yang imut, bulu mata lentik, alias tebal, hidung mancung, bibir tipis dan rambut ikal gantung, dengan kulit yang sangat putih! Seperti anak keturunan arab-arab dan lebih mendekati India Pakistan, karena ayah Yuda, mertuanya Nita asli orang Pakistan.
"kenapa ma? Diakan adik Sahira!" lontar Sahira tidak mengerti mengapa ibunya tidak suka dia bermain dengan adiknya sendiri, padahal adiknya yang baru berusia tiga tahun itu sangat lucu, cantik dan imut.
"kamu tidak boleh dekat dengan dia, karena dia bukan adikmu!" tutur Nita tegas dan tidak mengakui bahwa gadis kecil berusia tiga tahun itu adalah anaknya.
"bagaimana bisa mama bilang dia bukan adikku? Dia lahir dari perut mama, itu artinya dia adalah adikku." berontak Sahira tidak terima, karena meskipun saat itu dia baru berusia empat tahun, namun dia sangat ingat dengan jelas saat-saat ketika Nita sedang mengandung adiknya itu.
Membuat Nita yang mendengarnya menjadi semakin marah.
"pokoknya Mama bilang dia bukan adikmu! Maka dia bukan adikmu!" bentak Nita marah, dan menarik Sahira agar ikut dengannya, lalu mengunci dirinya dan Sahira didalam kamar.
"mama bukan pintunya, Sahira mau bersama Karin, kasihan Karin dia menangis diluar. Sahira mau menemaninya!" seru Sahira merengek sebagaimana anak kecil, sembari menggoyang-goyangkan tangan Nita, karena Nita sedang duduk ditempat tidur tepat dihadapannya dan memohon agar Nita mau membukakan pintu.
Namun Nita tidak menggubrisnya, dan hanya diam mendengarkan suara tangisan Karin, yang sedang menangis diluar pintu memanggil Sahira dan mengetuk-ngetuk pintu kamar Nita.
"hiks, hiks, hiks, hiks. Mama buka bukanya, hiks, hiks, hiks, Karin mau masuk juga, Karin mau main sama kakak, hiks, hiks, hiks, kakak." tangis Karin didepan pintu, memanggil-manggil memanggil ibunya dan juga kakaknya, dan mengetuk-ngetuk pintu didepannya dengan tangan kecilnya.
Gadis kecil itu menangis disana selama hampir setengah jam, dan terdengar sangat memilukan, betapa dia begitu tidak inginkan dan membuat Linda begitu merasa sedih dan kasihan melihat semua. Dia tidak kuat terus melihat gadis kecil itu menangis dan akhirnya mendekati gadis kecil itu.
"sayang, sini sama ibu." Linda meraih gadis kecil dihadapannya, lalu menggendongnya dan membawanya kekamar depan, kamar dimana gadis kecil itu tidur dan memeluk gadis kecil itu sampai tertidur. Gadis kecil itu tertidur karena terlalu letih menangis, dan berkali-kali terisak didalam tidurnya.
"seharusnya kamu tidak lahir dari perutnya. Seharusnya kamu lahir dariku saja!" tutur Linda dengan mata berkaca-kaca sembari mencium pucuk kepala gadis kecil didalam pelukannya, lalu kemudian membaringkan gadis kecil itu ditempat tidur.
Kembali ke masa sekarang.
"didepan gerbang rumah utama, tapi sepertinya mama salah lihat!" kata Nita dengan suara ragu, dan berharap Sahira berhenti bertanya.
"kapan?" ujar Sahira lagi melontarkan pertanyaan dan terlihat tidak sabar, karena dia juga sangat merindukan Karin.
"sudahlah Sahira, jangan tanyakan itu lagi kepada mama!" sela Sakira, karena dia tidak suka dan tidak ingin ibunya semakin bersedih, akibat pertanyaannya-pertanyaannya yang diajukan Sahira. Dan mencoba melindungi ibunya!
Sementara Rido tidak mengerti siapa perempuan yang sedang dibicarakan oleh ibu dan juga kakak-kakaknya, karena sejak lahir dia belum pernah bertemu dengan Karin. Dan usianya sekarang juga baru menginjak dua belas tahun, karena Nita mengandung dan melahirkan Rido setelah dua tahun mereka menetap dikota ini, dan Nita serta keluarganya sudah menetap dikota ini selama empat belas tahun.
Selain itu bocah laki-laki kurus itu juga belum pernah melihat foto Karin, karena Nita hanya memiliki satu foto Karin ketika masih berusia empat tahun. yang tidak sengaja dia dapatkan dari dalam dompet Yuda, sekitar lima tahun yang lalu, dan kemudian mengambilnya lalu menyimpannya didalam dompetnya sendiri.
Pagi harinya di tempat lain!
"halo bu" suara perempuan di sebrang yang sedang berbicara di ponsel, terdengar begitu jelas sedang berbicara dengan ibunya.
"iya sayang" jawab ibu dari perempuan tersebut, dengan mendekatkan sebuah ponsel ke telinganya.
"ibu, Karin sudah membeli rumah seperti yang selama ini ibu idam-idamkan, letaknya didalam perkebunan dan peternakan milik orang yang cukup dekat dengan Karin. Karin membelinya dengan cara kredit, dan Karin belum sempat melihat rumah itu. Kalau ibu ada waktu cobalah main kesana dengan Sarah nanti siang." perempuan itu berbicara didepan laptop sembari menulis diatas kertas, seperti sedang membuat pembukuan, namun tidak terlalu jelas karena tertutup oleh tangannya.
"Karin, kenapa kamu begitu ceroboh nak? Kenapa kamu membeli rumah tanpa melihatnya dulu?" cerca Linda takut kalau Karin sampai ditipu, membeli rumah tanpa melihatnya lebih dulu, meski dia membeli dari orang yang dia kenal. Namun jaman sekarang kita tidak bisa sembarang percaya terhadap orang, karena saudara sendiri saja bisa menipu kita, apa lagi orang lain!
"iya, Karin tahu bu, Karin salah! Karena itu Karin mau ibu dan Sarah melihat rumah itu, dan kalau dapat hari ini juga." tutur perempuan yang sangat mirip seperti orang Pakistan tersebut, namun versi campuran antara Indonesia dan Pakistan, dengan nada penuh penyesalan, seolah ikut merasakan apa yang sedang dicemaskan dan di khawatirkan oleh ibunya.
Meski dia tidak melihat wajah ibunya sekarang, namun dia tahu ibunya pasti sangat cemas dan kecemasan itu akan terlihat jelas diwajah ibunya.
"iya, begitu Sarah pulang sekolah nanti, ibu dan Sarah akan langsung pergi kesana!" tutur ibunya dengan suara penuh kecemasan, dan terdengar begitu jelas, membuat perempuan itu tersenyum mendengarnya.
"kalau gitu sebentar lagi Karin akan kirimkan alamatnya, dan kalau ibu sudah melihat rumah itu, Karin ingin ibu, ayah dan Sarah segera pindah kesana!"
"baiklah, kalau ibu sudah melihat rumahnya ibu akan pindah kesana." jawab ibunya setuju.
"karena ibu sudah setuju, kalau gitu Karin tutup teleponnya ya?"
"iya sayang" ujar ibunya dan kemudian.
Tut. Tut. Tut. Sambungan pun terputus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments