Rumah sakit.
"bagaimana dengan anak saya dok?" tanya Yuda kepada seorang pria yang mengenakan jas putih, yang baru saja keluar dari ruang NICU. Pria itu lebih tua sedikit darinya.
"saya tidak bisa memberi harapan terlalu banyak. Bayi bapak dipaksa lahir sebelum waktunya, dia lahir dengan tubuh kecil dan sangat lemah, selain itu kulitnya juga bermasalah!" tutur dokter itu dengan raut wajah sedih, mencoba menjelaskan tentang kondisi bayi Nita, yang baru saja ditangani olehnya.
"kulitnya bermasalah? Maksud dokter?" tanya Yuda tidak mengerti.
"sepertinya selama hamil istri bapak sering mengonsumsi obat-obat keras, dan itu berimbas kepada bayi bapak, membuat bayi bapak kelebihan suatu zat yang menyebabkan kulitnya menjadi sensitif dan mudah mengelupas, meski disentuh dengan sangat lembut. Dengan kulit seperti itu dan kondisi tubuh yang sangat lemah, kemungkinan bayi bapak bisa bertahan hidup itu sangat mustahil. dan saya tidak ingin memberikan bapak sebuah harapan palsu. Kemungkinan bayi bapak hanya akan bertahan selama seminggu, jika dia bisa hidup lebih dari itu! Itu adalah sebuah mukjizat." terang dokter itu sembari menepuk punggung Yuda, untuk memberi Yuda sebuah kekuatan agar bisa menerima semuanya.
Dan seketika membuat Yuda tertegun, "lalu dok bagaimana dengan istri saya?" tanya Yuda lagi setelah diam sesaat dan kemudian kembali teringat akan Nita, yang beberapa saat lalu juga ditangani oleh dokter itu.
"istri bapak tidak ada masalah, dia hanya perlu istirahat yang cukup untuk memulihkan kondisinya pasca melahirkan." ujar dokter itu karena memang tidak ada masalah terhadap Nita, selain hanya tubuh yang sedikit lemah karena baru saja habis melahirkan.
"Nita, bisa katakan padaku selama kamu hamil apakah sering minum obat-obat keras, tanpa resep dokter?" tanya Yuda begitu dia memasuki ruang dimana Nita sedang dirawat, dan kebetulan diruangan itu hanya ada mereka berdua.
"tidak! Memang kenapa?" jawab Nita dan bertanya dengan acuh tak acuh, tanpa melihat wajah Yuda yang sedang berdiri disebelah kiri ranjangnya. Yang menatapnya dengan ekspresi wajah geram dan tidak menyangka bahwa Nita setega itu kepada bayinya.
"dokter bilang, selama hamil kamu sering mengonsumsi obat-obat tanpa resep dokter. Dan itu berimbas buruk kepada bayi mu. Dokter juga bilang mungkin dia tidak akan bertahan lebih dari seminggu!" tutur Yuda dengan menatap ekspresi wajah Nita dalam-dalam, karena dia ingin melihat apakah Nita benar-benar tidak menginginkan bayi itu.
"oh!" kata Nita terlihat tidak perduli dan tanpa sedikitpun ada kesedihan dimatanya, setelah mengetahui tentang keadaan bayinya.
"Hanya oh?!" ujar Yuda mulai geram, dan menatap Nita dengan tatapan tidak mengerti, bagaimana seorang ibu bisa memiliki hati yang begitu dingin terhadap anaknya sendiri.
"iya, hanya oh! Memangnya aku harus berkata apa lagi? Lagi pula selama ini kamu juga tahu bahwa aku tidak menginginkan bayi itu!" jawab Nita dingin, dengan ekspresi wajah datar dan terlihat sungguh tidak acuh.
"aku tidak menyangka ternyata kamu benar-benar ibu yang kejam Nita, dan aku hanya bisa berharap suatu hari nanti kamu akan menyesali perbuatan kamu ini!" kecam Yuda, dan terlihat sangat kecewa terhadap Nita.
"aku tidak akan pernah menyesalinya, dan aku berharap anak itu betul-betul tidak akan memiliki umur yang panjang!" timpal Nita menjawab perkataan Yuda, dengan begitu mudahnya mengatakan perkataan itu.
Seolah tidak takut kalau perkataan itu dikabulkan oleh tuhan, namun sepertinya tuhan hanya mendengar doa seorang ibu yang baik, karena setelah Nita mengucapkan perkataan itu. Kondisi bayinya pun berangsur-angsur membaik, dia tumbuh menjadi bayi yang sangat cantik.
Dokter yang menanganinya dan merawatnya selama dirumah sakit, sangat menyayanginya dan memberinya nama Karin. Karena dia yang merawat Karin selama lebih dari dua bulan, dan menganggap Karin seperti anaknya sendiri. Jadi sebagai kenang-kenangan sebelum Karin keluar dari rumah sakit, beliau meminta kepada Yuda untuk memberikan nama itu.
🌾🌾🌾🌾
Kembali ke masa sekarang.
"Nita, apa yang sedang kamu pikirkan?" pertanyaan Yuda mengagetkan Nita dari lamunan, dan membuat Nita tersentak lalu memandang kearah Yuda.
"apakah kamu pernah menghubungi Linda dan mencari tahu tentang keberadaan anak itu?" tanya Nita secara tiba-tiba setelah dia melihat kearah Yuda.
"pernah! Tapi setelah satu tahun kita pergi nomor telepon Linda tak aktif lagi, dia tidak bisa dihubungi dan putus komunikasi, lalu saat aku kembali ke kampung untuk menjemput Karin, Linda sudah tidak tinggal disana. Dia sudah pindah ke kota lain." jelas Yuda mengerti siapa yang sebetulnya sedang ditanyakan oleh Nita, meski Nita tidak menyebutkan namanya. "bukankah dulu aku sudah mengatakannya kepada mu, ketika aku baru kembali dari kampung?! tapi saat itu kamu sungguh tidak acuh, kamu sungguh tidak peduli akan nasib anakmu sendiri!" seru Yuda lagi menyalahkan Nita dan menyesali perbuatan Nita.
Dia juga berharap andai dulu Nita bersikap dewasa, mungkin mereka tidak akan kehilangan Karin, dan Karin akan tetap bersama mereka. "kenapa?" tanya Yuda mulai menyadari sesuatu dan melihat wajah Nita, "Kenapa kamu tiba-tiba bertanya tentang Karin? Apakah kamu mulai merindukannya?" tebak Yuda kemudian setelah dia mengamati wajah Nita, dan menyesali perasaan rindu Nita yang menurut Yuda datang setelah terlambat.
"hiks, hiks, hiks, hiks" tangis Nita pecah setelah dia mendengar perkataan Yuda, karena dia sudah tidak bisa lagi menahannya, "kamu pasti ingin mencemooh dan mencerca ku! Aku terima, karena ini memang salah ku. Aku adalah ibu yang jahat, aku tidak pantas menjadi seorang ibu. Dan tuhan sekarang sedang menghukum ku dengan perasaan rindu yang begitu menyesakkan dada. Aku bahkan tidak bisa bernafas, karena perasaan rindu itu terasa begitu menyesakkan dan menekan paru-paruku." tutur Nita dan meraung dengan penuh penyesalan, dan berkali-kali memukul-mukul dadanya untuk mengurangi rasa sesak yang ia rasakan di dadanya.
Membuat anak-anaknya yang lain mendengar suara tangisannya, dan berlari kekamar Nita, untuk mengetahui apa yang sebetulnya terjadi kepada ibu mereka.
"papa, mama kenapa?" tanya Sakira, Sahira dan Rido bersamaan, begitu mereka masuk kekamar orang tua mereka, dan mendapati Nita yang sedang menangis sambil meraung ditempat tidur, dan berkali-kali memukuli dadanya sendiri.
"kalian tanyakan lah sendiri kepada mama kalian!" jawab Yuda malas dan enggan, lalu beranjak meninggalkan Nita dan lebih memilih untuk duduk di teras depan, seorang diri.
"mama, sebetulnya ada apa?" tanya Sakira sambil memeluk Nita, dan mencoba menenangkan ibunya agar ibunya tidak lagi memukuli dadanya sendiri.
"iya ma, sebetulnya mama kenapa?" tanya Sahira yang juga cemas, dan merasa penasaran mengapa tiba-tiba ibunya menangis seperti itu.
"apakah mama bertengkar dengan papa?" tanya Rido dan mulai duduk disebelah Nita, karena selama ini mereka bertiga tidak pernah melihat kedua orang tua mereka bertengkar, dan ini adalah yang pertama kalinya ibu mereka membuat mereka cemas seperti ini.
"tidak ada, mama tidak bertengkar dengan papa. mama tiba-tiba hanya merasakan sesak dan ingin menangis." tutur Nita menjawab pertanyaan anak-anaknya, dan menyeka air matanya. Karena dia tidak ingin anak-anaknya mengetahui apa yang pernah ia lakukan dimasa lalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments