"Sam itu mirip dengan Papanya," kedua alis gelap Mama terangkat. "Terkadang mereka sudah berpikir jauh dari yang kita bayangkan, dan ada banyak hal yang tidak bisa kita duga dari Sam dan Papanya."
"Mas Sam---" Aku menggumam.
Rasanya Aku tak sanggup bernapas tenang saat berdiri di hadapan Mama sekarang. Aku diam, sementara kepalaku penuh dengan jutaan pertanyaan tentang Mas Sam. Oh Tuhan, apa yang sebenarnya tersembunyi di antara kami?
"Ah, bicara begini jadi ingat kisah Mama dan Papa dulu. Tidak pernah Mama sangka ada laki-laki seperti Papa di dunia ini ... Jadi rindu dengannya," Ucap Mama dengan nada berseloroh. "Sebentar Berlian, Mama ke depan dulu ya!" Beliau kemudian pamit sebentar untuk mengantarkan air minum dingin untuk Papa yang baru sampai ke rumah.
Mengetahui hal tadi, memberikan ku rasa penasaran untuk mencari tahu kebenaran yang mungkin saja tersimpan selama ini. Mungkinkah antara yang disampaikan Mama ada kaitannya dengan alasan Mas Sam sebenarnya menikahi ku?
Selain itu... soal Laras... Aku akan menghentikan sementara balas dendamnya untuk menyakiti Mbak Aina. Aku tidak sanggup melakukannya untuk waktu sekarang.
"Kamu sudah lama bangun?"
Tanpa diduga, Mas Sam sudah berdiri di belakangku. Dan jantungku berpacu cepat selagi merasakan tatapan suamiku yang mengisyaratkan curiga.
"Mas?---Lumayan sekitar 30 menit yang lalu." Jawabku terbata. "Kamu sejak kapan berdiri di belakangku?"
Ia mengenyahkan pertanyaan ku dengan datar, dan berjalan menghampiri ku, atau mungkin hanya mendekat padaku. Dan untuk kenyataannya, Mas Sam berdiri di depan panci masakan. Ia lalu menghadap ku dan berkata, "Siapa yang masak makanan pagi ini?"
Mataku membulat, sebelah alisku terangkat. "Mama, memangnya kenapa Mas?"
Mas Sam mengernyit dan seandainya itu wajah orang lain, ekspresi dingin yang dinampakkannya ini mungkin tidak akan membuatku takut. Tapi aku merasakan ancaman dari pandangan Mas Sam.
Pada saat Mas Sam mendekap ku tiba-tiba, dia nampak seperti bukan pria yang sabar, sambil memelukku dia meraba, kiri kanan pinggul ku, lebih tepatnya kedua sisi saku celana yang aku kenakan. Kemudian, ke atas punggung, badan, hampir seluruhnya. Jelas sudah dia meragukan aku, dan apa maksud dari yang dilakukannya barusan? Dia berpikir aku menyimpan semacam obat-obatan yang membahayakan untuk keluarganya.
"Kamu masih ingin mencurigai aku Mas?" Kataku lesu.
"Karena rahasia yang kamu miliki itu."
"Aku tidak punya rahasia."
"Kamu pembohong amatir, Berlian."
Dia memandangku dengan pandangan yang paling rendah, mencampakkan hatiku. Belum pernah kudapatkan Mas Sam yang begini, bohong jika aku mengatakan tak sedih, dan bila aku tersenyum atas perlakuan Mas Sam ini, maka katakanlah aku sebagai wanita munafik.
Lekas kuambil sendok di dalam lemari piring, dan tanpa ragu-ragu kuambil sayur di panci itu lalu ku makan, kukunyah dan kutelan di depannya.
"Aku berani bersumpah, makanan ini bersih dan tidak kusentuh sama sekali." Kataku sambil mengangkat dagu, diam-diam mencoba menantang Mas Sam jika berani menyebutku pembohong lagi.
"Dan Mas sendiri?" Balasku. "Mas juga punya rahasia kan di belakangku? Mas juga pembohong yang payah!"
Mas Sam mengernyitkan dahi, kemudian bertanya; "Maksudnya?"
"Coba jawab pertanyaan ku ini dengan jujur," Kataku berhenti sejenak untuk menghela napas, kemudian melanjutkan. "Kapan sebenarnya pertemuan pertama kita?"
"Di toko kue Mama." Jawab Mas Sam cepat.
"Tunggu dulu, belum selesai Mas."
"Oh, ku pikir sudah."
"Mas sudah kenal denganku ya, sebelumnya?"
Mas Sam diam. Diamnya ini sungguh membuatku meyakini sesuatu---Berarti benar dugaanku, Mas Samudera sudah tahu tentangku.
"Kenapa kamu diam saja Mas? Ayo jawab!" tuntut ku.
"Oh, sudah selesai?" Jawabnya menggodaku.
"Mas----" Aku tersenyum kecut seraya mencubitnya pelan.
"Baiklah, baiklah. Hmm... " Ujar Mas Sam berpikir, kulihat bola matanya memutar menerawang jawaban yang pas. "Jadi begini, sebenarnya aku kenal denganmu dari seseorang."
"Seseorang?" tanyaku melotot. "Siapa?"
Lantas Mas Sam mendekatkan bibirnya di telingaku, ia berbisik seolah ini adalah rahasia yang wajib hanya aku dan dirinya saja yang tahu. "Seseorang yang paling menyayangimu." Katanya. "Seseorang yang menganggapmu berharga lebih dari segalanya di dunia."
Seseorang yang paling menyayangiku?
Seseorang yang menganggap ku berharga lebih dari segalanya di dunia?
Siapa yang menganggap ku se istimewa itu?
Laras kah?
Mungkinkah itu artinya Mas Sam sudah tahu tentang hubunganku dan Laras? Dan itu artinya dia juga sudah tahu tentang pembalasan dendam ini?
"Aku tidak berharga untuk siapa pun, Mas---" sergah ku. Dan memang itu lah kenyataannya. Aku bukan orang yang berharga. Kendati mungkin, Laras satu-satunya orang yang menganggapku keluarga. Dan aku tak akan kecewa soal itu.
"Kalau kamu tidak berharga, mungkin aku tidak akan bertindak sejauh ini untuk bersamamu."
Berdegup dadaku dengan irama jantung yang tak karu-karuan, seolah dalam tubuhku tersimpan bintang beribu-ribu yang bila kusentuh akan meledak menghancurkan jiwa dan ragaku. Ku pandangi Mas Sam, debarannya makin hebat, sulit ku kendalikan. Mungkinkah ini rasanya jatuh hati? Apakah semua sesederhana ini?
"Mas---"
"Ada orang lain yang bahkan dalam jauhnya jarak, masih tetap memandangmu dan menantikan kamu di dekatnya. Saat itu, maka kamu berdosa menganggap dirimu tak berharga... Sebab ada seseorang yang siap menengadah tangan, merapalkan puji pada Tuhan untuk selalu mendoakanmu bahkan saat ajalnya mendekat." Ujarnya penuh teka-teki.
"Dan karena kamu sangat berharga itu, aku ingin menjaga dan melindungi kamu."
Aku terdiam, mataku lurus menatap Mas Sam yang tersenyum singkat padaku. Tidak ada kebohongan di matanya, dan aku tiba-tiba jadi gamang, seakan tak mampu lagi berdiri dengan tegar. Mas Sam membuatku gemetar dan tersesat...hanya setelah kupikir-pikir lagi... aku belum mendapatkan jawaban yang kuinginkan tentang pengetahuan Mas Sam.
Semua masih mengawang dan mungkin aku masih diminta untuk menunggu semuanya lebih sabar.
Hatiku berdebar, masih sama hebatnya dengan yang tadi. Mataku memandang semua kosong, termasuk Mas Sam yang berdiri di hadapanku.
Tadinya aku teguh dengan pendirian untuk Laras. Tapi sekarang aku khawatir, bagaimana jika aku justru berkhianat?
"Mas, kamu memintaku untuk membuatmu jatuh cinta, tapi bagaimana jika ternyata aku yang jatuh cinta lebih dulu padamu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
lili
disini banyak teka teki smangat maraton baca.
2024-01-21
0
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
penasaran. apakah sam tau asal-usul berlian? mungkinkah yg dimaksud sam adalah orang tua berliana?
2023-12-18
0
Yus Warkop
ya udah berlian meskipun kamu setia sama laras sbgsi saudaramu lebih baik lupakan s laras , suamimu lebih berharga ,
2023-12-18
1