Jamu itu sudah ku keluarkan dari persembunyian tanganku. Kuteguk saliva kuat-kuat, sekuat debaran jantungku bagai kuda di pacuan lepas. Oh, bagaimana aku harus mengatakan perasaan tak karuan ini.
Niatku sungguh kuat untuk Laras, membantunya membalas dendam. Tapi arkh! Aku mendesis. Bagaimana aku sanggup?
"Ini mungkin terlalu cepat, waktuku kan masih panjang mungkin bisa ku lakukan pembalasan ini minggu depan, atau bulan depan. Mungkin lebih baik aku fokus dulu membuat Mas Sam mencintaiku---kalau diselesaikan satu-satukan lebih teratur." Kataku. Ku perhatikan lagi panci kecil berisi bubur kacang hijau itu, tapi kali ini pemandangannya berbeda, tiba-tiba saja ada wajah Laras muncul memantul di dalam panci.
Kamu mengabaikan aku? Mereka itu jahat! Aku begini karena mereka. Angkasa dan Aina patut merasakan bagaimana rasanya kecewa dan kehilangan. Samudera dan Angkasa wajib tahu bagaimana rasanya seseorang saat dicampakkan! Itu semua setimpal, untuk segala rasa sakit ku. Lalu dengan semua kenyataan itu kamu masih ragu padaku? tidak cukupkah penderitaan ini kualami untuk meyakinkan kamu? Andai aku bisa bergerak sendiri, aku tak akan mengemis apa pun padamu. Kamu adalah keluargaku, dengan begitu bantulah aku...
Tuhan!!! Aku berkhayal seperti nyata. Mungkin kepalaku sudah terlalu banyak berpikir, sampai semua terbawa dari segala arah.
"Mbak Aina, aku sungguh minta maaf... "
Aku bergegas memasukkan kembali jamu itu ke saku, tak lama kemudian Mama kembali datang dan aku cepat-cepat menuju kamar Mandi.
Kami mulai dipanggil untuk makan malam sekitar lima menit kemudian. Aku membantu tuangkan makanan. Setelah berdoa bersama, semua orang menyendok masakan kami dan tak lama kemudian percakapan mengalir di sekeliling meja.
Mas Sam makan, kemudian meneguk air putih dinginnya, dan hanya setengah hati mendengarkan percakapan di meja makan. Berkali-kali ku pindah-pindahkan pandangan, pada semua orang lalu pada Mas Sam, mencuri-curi pandang.
Lalu Mama memintaku membawa bubur kacang hijau yang tadi kami buat, membuatku jadi sangat gugup. Aku tak banyak komentar, hanya ku percepat gerakku agar yang lain tak lama menunggu. Dengan hati-hati dan agak gemetar, ku bawa bubur itu menuju meja makan.
"Mama masak bubur kacang hijau ini untuk penutup, dibantu Berlian. Sam, pasti bangga punya istri yang tekun seperti Berlian ini, Kan?" Puji Mama sambil tersenyum padaku.
Mas Sam langsung mengangkat kepalanya, lalu menoleh padaku, menatapku dengan tatapan yang---dingin. Tatapan yang seolah-olah tengah memperingatkan aku.
"Ini masakan istriku, berarti aku harus mencicipinya sekarang!" Sahut Mas Sam seraya menarik mangkuk kecil yang ku sediakan di sampingnya, lalu meraih gagang centong bubur.
Semua orang memandangi sikap Mas Sam yang ugal-ugalan. Bagaimana tidak? dia makan sangat tergesa-gesa, lalu nambah dengan hitungan menit. Di luar akal sehat, dan melebihi kebiasaannya sehari-hari. Dua kali, tiga kali, sampai semua bubur di panci itu sesaat lagi mengering.
"Mas, jangan dihabiskan, sisakan untuk orang-orang. Terutama Mbak Aina," kataku memperingatkan.
Namun Mas Sam seolah tak mendengar itu, ia masih memasukkan makanan manis itu ke dalam mulutnya, dengan lahap dan cepat.
"Tidak, tidak. Jangan sungkan begitu," Ucap Mbak Aina tersenyum padaku. "Kalau Kak Sam suka, dihabiskan saja. Nanti aku bisa buat lagi kalau mau."
"Sam, makanlah pelan-pelan. Kalau kamu tersedak bisa gawat. Lagi pula tidak biasanya kamu makan berkali-kali begini, sampai tidak mau berbagi dengan yang lain." Sahut Mama.
"Terima kasih, Na." ucap Mas Sam sambil melirik ipar kami itu. Kemudian kembali melirik Mama lalu menundukkan kepala.
"Berlian sudah susah payah belajar membuat masakan ini, jadi aku harus menghormati usahanya." Kata Mas Sam begitu tenang, beda dengan hatiku yang berdebar hebat, berputar layaknya dinamo.
Aku menjawabnya hanya dengan seringai.
"Kalian ini sungguh luar biasa, tolonglah jaga sikap atas kecemburuan ku ini." Kata Mbak Rania dari sudut meja, menggerutu untuk menggoda kami.
Mas Sam sungguh menghabiskan bubur itu sendiri, baru kali ini kulihat sisi buruknya sebagai seorang yang egois. Tidak biasanya... dan itu membuatku takut...
"Mas---sudah ya? lebih baik habiskan nasi dulu. Kamu sudah makan terlalu banyak," kataku cemas.
"Aku menyukai masakan kamu, rasanya lezat."
Mas Sam hanya menjawab begitu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Ass Yfa
Sam tahu niat istrinya sedang dia masih mencintai Aina
2024-09-04
0
Regita Regita
mungkin Sam tau niat terselubung istrinya
2023-12-13
0
Nitha Arzella Icon'zgirl
buat pov nya kang sam dong thor,jadi penasaran banget aku sm sosoknya kang sam,,,
2023-12-13
0