BAB 07 - Ruang Makan

"Mau makan malam sekarang, Mas? Aku akan siapkan--"

"Baiklah, tapi aku akan mandi dulu. Kamu duluan saja ke dapur, aku nanti menyusul."

Aku mengangguk dan kembali beranjak menuju dapur untuk menyiapkan makan malam. Di muka pintu aku masih sempat memperhatikan Mas Sam, ia memandang ke luar jendela beberapa kali. Jendela kamar kami menghadap ke halaman belakang yang mungil milik kami sekaligus tetangga. Aku masih terus menatapnya, dengan tatapan tajam karena merasa agak tertekan. Kemudian kuikuti arah pandangannya di luar sana, melihat langit yang gelap penuh awan kelabu. Tidak ada seorangpun, hanya rintik mulai berhamburan dari puncak cakrawala.

Tanpa dijelaskan pun, semua orang tahu persis bagaimana perasaan Mas Samudera sekarang. Semakin hujan di luar sana menderas, Mas Sam semakin murung. Memang tidak ada yang salah dalam penglihatannya, namun kini dia mulai bangkit dari duduknya di atas ranjang. Jadi, sebelum ketahuan olehnya, aku pun langsung bergegas ke dapur.

Setelah mandi, Mas Samudera datang menghampiriku. Ia mengenakan celana panjang warna abu-abu dan atasan baju sulaman berwarna putih, bahkan ia masih membawa gulungan sweater lain ditangannya. Biasanya ia tidak pernah mengenakan baju tebal begitu, tetapi malam ini ia membuat pengecualian, mungkin untuk menghindari hawa dingin yang menyiksa.

"Malam ini hujan deras," katanya, tak lama setelah aku menuangkan makan malam di piringnya. "Pakailah sweater ini agar tubuhmu tetap hangat," Mas Sam mengeluarkan sweater rajut dari benang wol yang tebal lalu memakaikannya di tubuhku; ini pakaian miliknya? harum tubuhnya langsung tercium hadir lebih dekat sampai membuat ku sesak. Dadaku langsung terasa panas, terutama saat dia mengangkat kedua tanganku dan mengoleskannya dengan balsam yang ia keluarkan dari saku celananya.

"Aku lupa memberitahu mu," ujarnya sambil menunduk. "Kita tinggal dekat laut. Jadi, kalau hujan dinginnya bukan main seperti mau membunuh."

Selama beberapa saat yang mendebarkan itu, sorot terkejut dalam mataku beradu dengan tatapan Mas Samudera saat ia mengangkat kepalanya. Sementara menyerap pemandangan indah sosok pria ini, aku nyaris tak berkedip di depannya.

Mas Sam tertawa, membuatku jadi heran, tetapi justru karena tawanya itu juga aku bisa sadar dari lamunan.

"Kamu kenapa bengong begitu?"

Dia mengejekku, oh malunya aku. Dengan cepat aku membuang muka, terlalu cepat! terkutuk lah dunia jika sampai dia menyadari diriku yang sempat terbuai.

"Aku ingat waktu pertama bertemu kamu," ujarnya.

Dia tersenyum manis, hampir membuatku jatuh pingsan. Angin malam yang berhembus dari laut nampaknya telah membawa rasa sedihnya menjauh, ia menjadi sangat manis padaku, inikah sifat aslinya? atau mungkin ia sedang menjadikan aku pelarian karena sakit hatinya pada Aina?

Aku menyunggingkan senyum masam untuk menutupi rasa gugup dan mendebarkan ini. "Tidak ada hal yang mengesankan saat pertama kali kita bertemu. Mas selalu menatapku dingin saat itu, sementara aku---"

"Kamu cantik dengan wajah polosmu," jawabnya, lagi-lagi untuk menggodaku. "Dan aku menyukai gadis yang seperti itu."

"Bohong!" Ujarku singkat.

Mas Sam diam saja, hanya tersenyum. Lalu menutup kembali botol balsamnya dan meletakkannya di atas meja. "Jangan sampai demam, di sini sangat dingin. Bahkan bisa membuat flu."

Dan disaat yang sama juga, aku menangkap sorot matanya yang cemerlang. Senyumnya terlalu hangat melebihi balsam yang ia oleskan di tanganku. Jarang sekali bahkan belum pernah kulihat dari awal bertemu dengannya.

"Sepertinya sekarang aku tahu alasan Mas mau menerima perjodohan kita. Pasti mau jadikan aku pelarian ya?" kataku pelan.

Tetapi, Mas Sam lebih memilih berpaling, mengalihkan pertanyaanku. Dia sibuk memandang makan malam yang aku siapkan, pada akhirnya aku menyadari bahwa Mas Sam enggan aku membahas perihal yang menyangkut tentang alasannya menikahiku. Sungguh membuatku penasaran.

"Maaf,"

"Tidak masalah." Jawab Mas Sam yang masih sibuk mengedarkan pandangan di atas meja, "Terkadang ada takdir yang tidak bisa kita duga, sehingga perlu kita tata. Segala urusan yang ada di dunia ini akan saling bertemu dengan berbagai cara kalau Tuhan sudah berkehendak. Semesta itu luas, hanya manusia saja yang suka berpikiran sempit."

Desa-han resah terlontar dari bibir hatiku. Oh, apa yang sebenarnya aku harapkan? Ini bukan kuasa ku. Tapi mengapa tiba-tiba aku berharap ia menyangkal soal menjadikan ku pelarian, mengapa sepintas aku berharap ia--- ah sudahlah! aku menepuk pipi sambil menggeleng-geleng.

Aku menarik napas kuat-kuat kemudian menjawab. "Mari kita makan sekarang, Mas! Aku masak sop buntut, enak dimakan di cuaca dingin begini... "

Selagi Mas Sam menarik kursinya, aku menuangkan air putih di gelas.

"Nasinya terlalu banyak," sela Mas Samudera. "Aku ingin lebih banyak makan sup."

Dengan hati-hati dan agak gemetar kutarik kembali piring makan Mas Samudera, untuk menuruti kehendaknya. Sampai tanganku di sana, langsung kutahan sebentar sehingga aroma rambut dan badan Mas Samudera tertangkap hebat oleh hidungku. Demi Tuhan, dia bukan manusia! Harum, maskulin, dan sangat menyesakkan. Kupejamkan mata. Namun, ketika kusadari bahwa aku lagi-lagi terbuai, aku membuka kembali mataku. Dan tepat di depanku, Mas Sam muncul dengan mata berbinar seperti bunga yang mekar. Membuatku jadi salah tingkah.

"Sudah?" tanyanya.

"Ma-maaf Mas, segini cukup?"

Dia mengangguk, hal lain yang membuatku makin terkesan tentangnya adalah dia menungguku duduk di kursi dan berdoa bersama sebelum makan.

Udara semakin dingin, dan angin berdesir, berkitar memenuhi ruangan, menemani kebersamaan kami di atas meja makan. Beberapa saat kemudian debit hujan mulai turun, airnya tinggal rintik. Sementara suasana sekitar sepi, tidak ada tanda-tanda kehidupan di rumah-rumah. Hanya lampu rumah yang hidup remang, baru kemudian mati total.

Aku teriak meraih lengan Mas Sam, Reflek saja. bersamaan dengan itu, Mas menatap tanganku yang menyentuh tubuhnya hingga kemudian beralih ke mataku. "Maaf Mas, aku terkejut tiba-tiba gelap." Tetapi Mas Sam segera menggenggamnya, menenangkan hatiku yang jelas merasa tersesat dan malu.

"Tidak apa-apa, bukan hal aneh, hujan terlalu deras tadi, jadi listrik memang biasa mati." Ujarnya menenangkan aku, "Aku akan ambil lilin di laci ruang tengah, kamu mau tunggu di sini?"

"Aku mau ikut Mas saja."

Mas Samudera, aku menggumam. Seandainya Tuhan menjanjikan kehidupan lain setelah kita mati nanti, kupastikan akan ada satu tempat untukmu bila aku diizinkan masuk nirwana. Sesungguhnya di dalam hatiku, andai tiada hal lain di pernikahan kita, mungkin bukan hanya membuatmu jatuh cinta saja yang akan kulakukan. Tapi, aku akan mencintaimu seumur hidup, sampai maut nanti memisahkan.

Mataku mengerjap-ngerjap melawan ruangan yang hampa dan gelap, tetapi di depan bisa kupastikan ada punggung Mas Sam yang gagah bagai benteng yang memberikan ku perlindungan dan rasa tenang.

Mas... tanpa ku sadari, ada bagian lain yang membuat hatiku gugup. Aku tidak sedang mengira, sebab bukan pertama kali kualami, tapi ini adalah kali kedua aku merasa begini saat bersama lelaki ....

Terpopuler

Comments

Haku

Haku

sedikit mulai tanda tanda untuk melapangkan dada ni

2023-12-11

0

Regita Regita

Regita Regita

Berlian selalu terpesona pada Samudra. yakin, gak bakal jatuh cinta?

2023-12-11

0

Eva Karmita

Eva Karmita

mas Samudra memang paling romantis perhatian nya walau sederhana tapi bisa buat hati meleleh dan buat jantung berdebar ngak karuan kan Berliana 🥰🥰🥰🥰

2023-12-10

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 00 - Pintu Cerita
2 BAB 01 - Pertemuan Pertama
3 BAB 02 - Kita Menikah
4 BAB 03 - Samudera Yang Misterius
5 BAB 04 - Teka-Teki Dendam Ini
6 BAB 05 - Ipar
7 BAB 06 - Buatlah Dia Cinta
8 BAB 07 - Ruang Makan
9 BAB 08 - Saudari Jahat Hati
10 BAB 09 - Usaha Yang Tak Biasa
11 BAB 10 - Jejak Pertama
12 BAB 11 - Balas Dendam
13 BAB 12 - Siapa Sangka
14 BAB 13 - Tidak Baik-Baik Saja
15 BAB 14 - Yang Tak Terduga
16 BAB 15 - Hatimu Tak Seindah Namamu
17 BAB 16 - Lebih Baik Berpisah
18 BAB 17 - Suami Sejati
19 BAB 18 - Seluas Samudera, Banyak Yang Tak Terduga
20 BAB 19 - Siapa yang Berharga?
21 BAB 20 - Menggoda Dia
22 BAB 21 - Permohonan Ulang Tahun
23 BAB 22 - Istri Tentara
24 BAB 23 - Masa Lalu
25 BAB 24 - Perempuan Jahat
26 BAB 25 - Mencari Jalan Yang Benar
27 BAB 26 - Soal Cerita Yang Lalu
28 BAB 27 - Dinginnya Angin, Malam Ini
29 BAB 28 - Menyambut Pagi Bersama?
30 BAB 29 - Teka Teki yang Masih Mengawang
31 BAB 30 - Aku Akan Mundur
32 BAB 31 - Suara Ghaib
33 BAB 32 - Ketahuan
34 BAB 33 - Tolong Jaga!
35 BAB 34 - Kabar Buruk
36 BAB 35 - Kiamat Angkasa
37 BAB 36 - Bagaimana Perasaanmu?
38 BAB 37 - Kepercayaan Yang Sudah Pudar
39 BAB 38 - Dia Menjauh, Aku terluka
40 BAB 39 - Diam-Diam Kami Datang
41 BAB 40 - Tekad Ini Berubah
42 BAB 41 - Momen (Terakhir) Kita
43 BAB 42 - Pelampiasan
44 BAB 43 - Emosi Membakar Diri
45 BAB 44 - Makan Batunya
46 BAB 45 - Mengejar Maaf Kamu
47 BAB 46 - Lelaki Misterius
48 BAB 47 - Istri Terbaik
49 BAB 48 - Tanda tanda Kejujuran Samudera
50 BAB 49 - Mahesa
51 BAB 50 - Semesta Dia
52 BAB 51 - Prajurit Terbaik Negara
53 BAB 52 - Cinta Sejati
54 BAB 53 - Cinta Samudera
55 BAB 54 - Penyesalan Terdalam
56 BAB 55 - Kehilangan Aina
57 BAB 56 - Mulai Dari Awal
58 BAB 57 - Mari Hidup Bersama
59 BAB 58 - Kejujuran
60 BAB 59 - Naluri Wanita
61 BAB 60 - Cemburu
62 BAB 61 - Suami, Pendamping Terhebat
63 BAB 62 - Pengemis Maaf
64 BAB 63 - Goresan di Hati Sebening Kristal
65 BAB 64 - Bukan untuk Berlian, Tapi Karena Kepercayaan
66 BAB 65 - Aku Tidak Buta, Aku Tidak Tuli
67 BAB 66 - Adil yang Bagaimana Bagi Mereka?
68 BAB 67 - Sentuhan Terakhir
69 BAB 68 - Air Mata dan Air Hujan
70 BAB 69 - Hari Pertama Sebelum Perpisahan
71 BAB 70 - Mengukir Kenangan di Hari Kedua
72 BAB 71 - Hari Ketiga Dan Perpisahan Kita
73 BAB 72 - Sayonara Samudera Ananta
74 BAB 73 - Masih Dengan Usahanya
75 BAB 74 - Di Malam yang Kelabu, Air Matanya Samar
76 BAB 75 - Karunia Terindah Dari Tuhan
77 BAB 76 - Yang Hadir Saat Dia Pergi
78 BAB 77 - Semua Menjadi Asing
79 Kok Ga Up, Thor ? 🫵
80 BAB 78 - Dia Masih Menjagamu
81 BAB 79 - Saudari Ku Kembali
82 BAB 80 - Saudari Sejati Yang Baik Hati
83 BAB 81 - Mas, Aku Minta Maaf
84 BAB 82 - Mata Samudera
85 BAB 83 - Masa Depan
86 BAB 84 - Kembar Jilid 2
87 POV Author unchihah sanskeh
88 Nah, Author Kembali Lagi
89 BONUS VIDEO VISUALISASI
Episodes

Updated 89 Episodes

1
BAB 00 - Pintu Cerita
2
BAB 01 - Pertemuan Pertama
3
BAB 02 - Kita Menikah
4
BAB 03 - Samudera Yang Misterius
5
BAB 04 - Teka-Teki Dendam Ini
6
BAB 05 - Ipar
7
BAB 06 - Buatlah Dia Cinta
8
BAB 07 - Ruang Makan
9
BAB 08 - Saudari Jahat Hati
10
BAB 09 - Usaha Yang Tak Biasa
11
BAB 10 - Jejak Pertama
12
BAB 11 - Balas Dendam
13
BAB 12 - Siapa Sangka
14
BAB 13 - Tidak Baik-Baik Saja
15
BAB 14 - Yang Tak Terduga
16
BAB 15 - Hatimu Tak Seindah Namamu
17
BAB 16 - Lebih Baik Berpisah
18
BAB 17 - Suami Sejati
19
BAB 18 - Seluas Samudera, Banyak Yang Tak Terduga
20
BAB 19 - Siapa yang Berharga?
21
BAB 20 - Menggoda Dia
22
BAB 21 - Permohonan Ulang Tahun
23
BAB 22 - Istri Tentara
24
BAB 23 - Masa Lalu
25
BAB 24 - Perempuan Jahat
26
BAB 25 - Mencari Jalan Yang Benar
27
BAB 26 - Soal Cerita Yang Lalu
28
BAB 27 - Dinginnya Angin, Malam Ini
29
BAB 28 - Menyambut Pagi Bersama?
30
BAB 29 - Teka Teki yang Masih Mengawang
31
BAB 30 - Aku Akan Mundur
32
BAB 31 - Suara Ghaib
33
BAB 32 - Ketahuan
34
BAB 33 - Tolong Jaga!
35
BAB 34 - Kabar Buruk
36
BAB 35 - Kiamat Angkasa
37
BAB 36 - Bagaimana Perasaanmu?
38
BAB 37 - Kepercayaan Yang Sudah Pudar
39
BAB 38 - Dia Menjauh, Aku terluka
40
BAB 39 - Diam-Diam Kami Datang
41
BAB 40 - Tekad Ini Berubah
42
BAB 41 - Momen (Terakhir) Kita
43
BAB 42 - Pelampiasan
44
BAB 43 - Emosi Membakar Diri
45
BAB 44 - Makan Batunya
46
BAB 45 - Mengejar Maaf Kamu
47
BAB 46 - Lelaki Misterius
48
BAB 47 - Istri Terbaik
49
BAB 48 - Tanda tanda Kejujuran Samudera
50
BAB 49 - Mahesa
51
BAB 50 - Semesta Dia
52
BAB 51 - Prajurit Terbaik Negara
53
BAB 52 - Cinta Sejati
54
BAB 53 - Cinta Samudera
55
BAB 54 - Penyesalan Terdalam
56
BAB 55 - Kehilangan Aina
57
BAB 56 - Mulai Dari Awal
58
BAB 57 - Mari Hidup Bersama
59
BAB 58 - Kejujuran
60
BAB 59 - Naluri Wanita
61
BAB 60 - Cemburu
62
BAB 61 - Suami, Pendamping Terhebat
63
BAB 62 - Pengemis Maaf
64
BAB 63 - Goresan di Hati Sebening Kristal
65
BAB 64 - Bukan untuk Berlian, Tapi Karena Kepercayaan
66
BAB 65 - Aku Tidak Buta, Aku Tidak Tuli
67
BAB 66 - Adil yang Bagaimana Bagi Mereka?
68
BAB 67 - Sentuhan Terakhir
69
BAB 68 - Air Mata dan Air Hujan
70
BAB 69 - Hari Pertama Sebelum Perpisahan
71
BAB 70 - Mengukir Kenangan di Hari Kedua
72
BAB 71 - Hari Ketiga Dan Perpisahan Kita
73
BAB 72 - Sayonara Samudera Ananta
74
BAB 73 - Masih Dengan Usahanya
75
BAB 74 - Di Malam yang Kelabu, Air Matanya Samar
76
BAB 75 - Karunia Terindah Dari Tuhan
77
BAB 76 - Yang Hadir Saat Dia Pergi
78
BAB 77 - Semua Menjadi Asing
79
Kok Ga Up, Thor ? 🫵
80
BAB 78 - Dia Masih Menjagamu
81
BAB 79 - Saudari Ku Kembali
82
BAB 80 - Saudari Sejati Yang Baik Hati
83
BAB 81 - Mas, Aku Minta Maaf
84
BAB 82 - Mata Samudera
85
BAB 83 - Masa Depan
86
BAB 84 - Kembar Jilid 2
87
POV Author unchihah sanskeh
88
Nah, Author Kembali Lagi
89
BONUS VIDEO VISUALISASI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!