BAB 17 - Suami Sejati

Begitu perasaan tenang membanjiri ku karena ucapan Mas Sam, Aku melepaskan pelukannya. Mata Mas Sam memerah seperti langit jingga yang terang.

Dengan sekali pandang dia mengamatiku, perempuan yang mungkin telah membuatnya kecewa setengah mati andai dia tahu kebohongan yang kusembunyikan selama ini. Tetapi, Mas Sam seolah ingin menangis untukku, di hadapan ku.

"Aku akan ambilkan air minum untukmu," katanya sambil mengusap wajah. "Aku harap ini pertama dan terakhir kalinya, sebab aku benar-benar tak tahu bagaimana untuk memperbaikinya andai terjadi masalah besar."

Aku melirik sekilas ke arahnya, kemudian mengamati Mas Sam. "Maaf Mas."

Mas Sam hanya berlalu, tak memperdulikan permohonan maaf yang kuucapkan. Ketika Mas Sam pergi dari balik pintu, aku terdiam sambil memandang langit yang gelap, hujan masih terus mengguyur dari atas sana.

"Aku sungguh berdosa, Maafkan aku Mas, Maafkan aku Mbak Aina. Aku terpaksa berbohong, kalau bukan demi Laras, aku pun tak ingin menyakiti siapa pun." Kataku pelan.

Sekilas aku teringat pada kejadian di dapur saat aku memasak bubur kacang hijau tadi. Lebih tepatnya saat aku tinggal sendiri di dapur, dan hendak memasukkan jamu laknat ini ke dalam bubur yang tadinya sangat baik untuk Mbak Aina.

Mula-mula kupegang botol jamu yang ada di saku celanaku erat-erat, sementara tangan kanan ku mengaduk bubur. Kemudian setelah keadaan makin sepi dan aku yakin semua aman, mulai kuangkat botol itu keluar, ku buka tutupnya, lalu ketika ia berada di bibir panci... Ada sesuatu dalam hatiku... yang membuatku ragu-ragu.

Kamu harus buat Aina keguguran. Biarkan dia dan Angkasa tahu bagaimana rasanya kehilangan! Tiba-tiba datang bisikan, semacam suara Laras dalam pikiranku.

Tapi tak lama dari situ, muncul pula wajah Mbak Aina yang cantik dan dia tersenyum padaku dengan semangat positif yang diberikannya.

Berlian jangan terjebak kisah yang lalu ya, Aku dan Kak Sam tidak punya hubungan apa pun, jadi kami pun tidak akan terikat dengan perasaan macam cemburu atau yang lain. Sekarang kita sudah memiliki jalan cerita masing-masing. Bukankah sekarang semua ini berjalan sangat indah? Kita hidup berdampingan sebagai keluarga, dan saling mendoakan untuk kebaikan adalah salah satu bentuk kita menempatkan cinta ... Kuingat lagi bagaimana Mbak Aina berkata padaku tadi, saat mencuci piring. Sangat menyenangkan hatiku.

Bagaimana aku harus memutuskan?

Botol jamu yang kupegang jadi bergetar, ia heran melihat tuannya kebingungan.

Jam sudah menunjukkan pukul 19.00 malam, dan waktu ku semakin sedikit andai memang harus kulakukan kejahatan ini.

"Membalas dendam tidak harus dengan menghilangkan nyawa orang kan?" Pikirku. "Melakukan perbuatan yang tidak sesuai hati nurani, sama saja dengan mengkhianati diriku sendiri. Lalu apa bedanya aku dengan orang-orang yang jahat itu?"

Ku tarik lagi botol itu, menjauh dari panci.

Mbak Aina, sejahat apa pun dirimu pada saudariku, aku sungguh tak sanggup menyakiti kamu dan anakmu... Bagaimana caranya aku membencimu? sementara di pertemuan pertama kita, kamu sungguh baik hati mendukungku dan Mas Samudera.

"Tidak!" Kataku sambil menutup kembali jamu itu. "Tidak bisa, Bayi Mbak Aina tidak salah! Apanya yang buat mereka merasa kehilangan, Aku memang bilang mau membalas dendam, tapi itu bukan tugasku mencabut nyawa!"

Botol jamu kusimpan kembali di saku celana, dan kutinggalkan bubur kacang hijau di atas kompor sendirian.

Aku memikirkan kejadian yang lalu itu sampai Mas Sam akhirnya kembali lagi dari dapur membawakan aku air minum satu gelas.

"Kamu menangis lagi?" Kata Mas Sam, sehingga dengan cepat kuusap kedua pipi dan kelopak mataku dengan lengan baju.

"Tidak... " Jawabku sambil menyambut air minum yang diberikan olehnya. "Aku hanya merasa tak enak hati dengan kejadian yang baru terjadi di antara kita ini."

Lantas Mas Sam duduk di ujung ranjang dan kedua tangannya menyatu, menopang dagunya yang lonjong. "Sudahlah, setidaknya masalah yang paling buruk itu tidak terjadi."

Aku memilih diam, aku takut salah bicara. Dan hanya memperkeruh keadaan.

"Besok kita pulang, ya?"

"Besok?" Aku mengulangi ucapan Mas Sam. "Tapi kita di sini baru sehari, bukannya kita akan menginap sampai tiga hari di sini? Acara syukuran Mbak Aina juga belum di mulai, Mas?"

"Aku tahu, tapi aku berpikir mungkin lebih baik kita pulang lebih awal."

"Kamu masih marah denganku?"

Mas Sam menggeleng-geleng. "Tidak, itu lain hal."

"Jadi kamu masih meragukan aku, Mas? Maksudku kamu ingin kita pulang lebih awal karena kamu takut aku membahayakan Mbak Aina?"

Mas Sam memutar badannya, dan menatapku datar. Sorot matanya yang dalam, seolah mengisyaratkan padaku bagaimana pikirannya tentangku sekarang.

"Aku tidak menuduhmu, Berlian. Pantang bagiku menuduh orang lain tanpa bukti yang pasti. Tetapi... "

Kusimak tiap kata yang diucapkan Mas Sam, agar hatiku tak cemas ketakutan, atau bahkan berpikir berlebihan. Aku harus paham apa yang dijelaskan Mas Sam, dan aku harus tahu apa yang ia maksudkan.

"Tetapi kamu pun tak salah, aku hanya takut Aina dalam bahaya, jika kita terus di sini."

"Itu berarti kamu masih tidak mempercayai ku Mas?"

Mas Sam menghela napas, kemudian menjawab. "Bagaimana aku bisa percaya, sedangkan yang keluar dari mulutmu sepenuhnya adalah kebohongan? Sungguh niat ku baik padamu, Berlian. Tetapi, agaknya langkah ku sudah salah membawamu kemari."

"Mas---"

"Kalau kamu mau jujur dengan ku, segalanya akan lebih mudah." Mas Sam kembali bicara, anehnya walaupun ucapannya sungguh tengah menuduhku tetapi aku tidak tersinggung, atau meluap marah, takut atau gelisah seperti sebelumya.

Aku merasa seolah Mas Sam tengah memegangi tanganku, membimbing ku berjalan.

"Percayalah Berlian, Aku masih setia menunggu kejujuran darimu. Jauh dari yang kamu tahu... jauh dari kesadaranmu sendiri, kamu adalah gadis yang sangat berharga di hati seseorang, karena itu aku ingin menjagamu---dengan niat yang tulus."

Mas Sam, membuatku tersesat. Dia lebih pandai bersikap yang menunjukkan bagaimana ia lahir dan dibesarkan. Dan malam ini, dia menunjukkan itu di hadapan ku, kata-katanya jauh lebih menghanyutkan di banding segala kebohongan yang pernah kudengar dari mulut lelaki.

Aku pun beranjak dari tempat dudukku untuk menghampirinya. Kemudian, aku berlutut di hadapannya, meraih tangannya dan kucium dengan penuh khidmat. Ku telungkupkan wajahku di pahanya, lalu sekali lagi ku cium tangannya.

"Mas---" kataku terisak. "Maafkan aku, maaf karena sudah bicara kelewatan dari tadi. Maafkan segala salahku yang berani menjawab ucapanmu. Maafkan aku karena lantang bicara dengan nada tinggi padamu... "

Dia lantas memelukku, dan aku terbenam di dadanya, penuh haru. Ketika aku tenggelam dalam dekapannya yang hangat dan harum, ku dengar Mas Sam berbisik:

"Kumaafkan... "

Terpopuler

Comments

@🍀BuNdE𝆯⃟🚀ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@🍀BuNdE𝆯⃟🚀ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

sebaiknya berliana menyelidiki sendiri kejadian yg sebenarnya daripada termakan hasutan laras & menyesal kelak

2023-12-17

0

n4th4n14e4

n4th4n14e4

😍😍😍

2023-12-17

1

Deuis Lina

Deuis Lina

makananya jgn mau d perdata sama Laras kamu harus punya pendirian

2023-12-17

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 00 - Pintu Cerita
2 BAB 01 - Pertemuan Pertama
3 BAB 02 - Kita Menikah
4 BAB 03 - Samudera Yang Misterius
5 BAB 04 - Teka-Teki Dendam Ini
6 BAB 05 - Ipar
7 BAB 06 - Buatlah Dia Cinta
8 BAB 07 - Ruang Makan
9 BAB 08 - Saudari Jahat Hati
10 BAB 09 - Usaha Yang Tak Biasa
11 BAB 10 - Jejak Pertama
12 BAB 11 - Balas Dendam
13 BAB 12 - Siapa Sangka
14 BAB 13 - Tidak Baik-Baik Saja
15 BAB 14 - Yang Tak Terduga
16 BAB 15 - Hatimu Tak Seindah Namamu
17 BAB 16 - Lebih Baik Berpisah
18 BAB 17 - Suami Sejati
19 BAB 18 - Seluas Samudera, Banyak Yang Tak Terduga
20 BAB 19 - Siapa yang Berharga?
21 BAB 20 - Menggoda Dia
22 BAB 21 - Permohonan Ulang Tahun
23 BAB 22 - Istri Tentara
24 BAB 23 - Masa Lalu
25 BAB 24 - Perempuan Jahat
26 BAB 25 - Mencari Jalan Yang Benar
27 BAB 26 - Soal Cerita Yang Lalu
28 BAB 27 - Dinginnya Angin, Malam Ini
29 BAB 28 - Menyambut Pagi Bersama?
30 BAB 29 - Teka Teki yang Masih Mengawang
31 BAB 30 - Aku Akan Mundur
32 BAB 31 - Suara Ghaib
33 BAB 32 - Ketahuan
34 BAB 33 - Tolong Jaga!
35 BAB 34 - Kabar Buruk
36 BAB 35 - Kiamat Angkasa
37 BAB 36 - Bagaimana Perasaanmu?
38 BAB 37 - Kepercayaan Yang Sudah Pudar
39 BAB 38 - Dia Menjauh, Aku terluka
40 BAB 39 - Diam-Diam Kami Datang
41 BAB 40 - Tekad Ini Berubah
42 BAB 41 - Momen (Terakhir) Kita
43 BAB 42 - Pelampiasan
44 BAB 43 - Emosi Membakar Diri
45 BAB 44 - Makan Batunya
46 BAB 45 - Mengejar Maaf Kamu
47 BAB 46 - Lelaki Misterius
48 BAB 47 - Istri Terbaik
49 BAB 48 - Tanda tanda Kejujuran Samudera
50 BAB 49 - Mahesa
51 BAB 50 - Semesta Dia
52 BAB 51 - Prajurit Terbaik Negara
53 BAB 52 - Cinta Sejati
54 BAB 53 - Cinta Samudera
55 BAB 54 - Penyesalan Terdalam
56 BAB 55 - Kehilangan Aina
57 BAB 56 - Mulai Dari Awal
58 BAB 57 - Mari Hidup Bersama
59 BAB 58 - Kejujuran
60 BAB 59 - Naluri Wanita
61 BAB 60 - Cemburu
62 BAB 61 - Suami, Pendamping Terhebat
63 BAB 62 - Pengemis Maaf
64 BAB 63 - Goresan di Hati Sebening Kristal
65 BAB 64 - Bukan untuk Berlian, Tapi Karena Kepercayaan
66 BAB 65 - Aku Tidak Buta, Aku Tidak Tuli
67 BAB 66 - Adil yang Bagaimana Bagi Mereka?
68 BAB 67 - Sentuhan Terakhir
69 BAB 68 - Air Mata dan Air Hujan
70 BAB 69 - Hari Pertama Sebelum Perpisahan
71 BAB 70 - Mengukir Kenangan di Hari Kedua
72 BAB 71 - Hari Ketiga Dan Perpisahan Kita
73 BAB 72 - Sayonara Samudera Ananta
74 BAB 73 - Masih Dengan Usahanya
75 BAB 74 - Di Malam yang Kelabu, Air Matanya Samar
76 BAB 75 - Karunia Terindah Dari Tuhan
77 BAB 76 - Yang Hadir Saat Dia Pergi
78 BAB 77 - Semua Menjadi Asing
79 Kok Ga Up, Thor ? 🫵
80 BAB 78 - Dia Masih Menjagamu
81 BAB 79 - Saudari Ku Kembali
82 BAB 80 - Saudari Sejati Yang Baik Hati
Episodes

Updated 82 Episodes

1
BAB 00 - Pintu Cerita
2
BAB 01 - Pertemuan Pertama
3
BAB 02 - Kita Menikah
4
BAB 03 - Samudera Yang Misterius
5
BAB 04 - Teka-Teki Dendam Ini
6
BAB 05 - Ipar
7
BAB 06 - Buatlah Dia Cinta
8
BAB 07 - Ruang Makan
9
BAB 08 - Saudari Jahat Hati
10
BAB 09 - Usaha Yang Tak Biasa
11
BAB 10 - Jejak Pertama
12
BAB 11 - Balas Dendam
13
BAB 12 - Siapa Sangka
14
BAB 13 - Tidak Baik-Baik Saja
15
BAB 14 - Yang Tak Terduga
16
BAB 15 - Hatimu Tak Seindah Namamu
17
BAB 16 - Lebih Baik Berpisah
18
BAB 17 - Suami Sejati
19
BAB 18 - Seluas Samudera, Banyak Yang Tak Terduga
20
BAB 19 - Siapa yang Berharga?
21
BAB 20 - Menggoda Dia
22
BAB 21 - Permohonan Ulang Tahun
23
BAB 22 - Istri Tentara
24
BAB 23 - Masa Lalu
25
BAB 24 - Perempuan Jahat
26
BAB 25 - Mencari Jalan Yang Benar
27
BAB 26 - Soal Cerita Yang Lalu
28
BAB 27 - Dinginnya Angin, Malam Ini
29
BAB 28 - Menyambut Pagi Bersama?
30
BAB 29 - Teka Teki yang Masih Mengawang
31
BAB 30 - Aku Akan Mundur
32
BAB 31 - Suara Ghaib
33
BAB 32 - Ketahuan
34
BAB 33 - Tolong Jaga!
35
BAB 34 - Kabar Buruk
36
BAB 35 - Kiamat Angkasa
37
BAB 36 - Bagaimana Perasaanmu?
38
BAB 37 - Kepercayaan Yang Sudah Pudar
39
BAB 38 - Dia Menjauh, Aku terluka
40
BAB 39 - Diam-Diam Kami Datang
41
BAB 40 - Tekad Ini Berubah
42
BAB 41 - Momen (Terakhir) Kita
43
BAB 42 - Pelampiasan
44
BAB 43 - Emosi Membakar Diri
45
BAB 44 - Makan Batunya
46
BAB 45 - Mengejar Maaf Kamu
47
BAB 46 - Lelaki Misterius
48
BAB 47 - Istri Terbaik
49
BAB 48 - Tanda tanda Kejujuran Samudera
50
BAB 49 - Mahesa
51
BAB 50 - Semesta Dia
52
BAB 51 - Prajurit Terbaik Negara
53
BAB 52 - Cinta Sejati
54
BAB 53 - Cinta Samudera
55
BAB 54 - Penyesalan Terdalam
56
BAB 55 - Kehilangan Aina
57
BAB 56 - Mulai Dari Awal
58
BAB 57 - Mari Hidup Bersama
59
BAB 58 - Kejujuran
60
BAB 59 - Naluri Wanita
61
BAB 60 - Cemburu
62
BAB 61 - Suami, Pendamping Terhebat
63
BAB 62 - Pengemis Maaf
64
BAB 63 - Goresan di Hati Sebening Kristal
65
BAB 64 - Bukan untuk Berlian, Tapi Karena Kepercayaan
66
BAB 65 - Aku Tidak Buta, Aku Tidak Tuli
67
BAB 66 - Adil yang Bagaimana Bagi Mereka?
68
BAB 67 - Sentuhan Terakhir
69
BAB 68 - Air Mata dan Air Hujan
70
BAB 69 - Hari Pertama Sebelum Perpisahan
71
BAB 70 - Mengukir Kenangan di Hari Kedua
72
BAB 71 - Hari Ketiga Dan Perpisahan Kita
73
BAB 72 - Sayonara Samudera Ananta
74
BAB 73 - Masih Dengan Usahanya
75
BAB 74 - Di Malam yang Kelabu, Air Matanya Samar
76
BAB 75 - Karunia Terindah Dari Tuhan
77
BAB 76 - Yang Hadir Saat Dia Pergi
78
BAB 77 - Semua Menjadi Asing
79
Kok Ga Up, Thor ? 🫵
80
BAB 78 - Dia Masih Menjagamu
81
BAB 79 - Saudari Ku Kembali
82
BAB 80 - Saudari Sejati Yang Baik Hati

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!