BAB 10 - Jejak Pertama

Pagi harinya aku dan Mas Sam segera bersiap untuk pergi ke utara kota. Aku sempat gugup, memikirkan akan berkumpul dengan keluarga besar Mas Samudera, sebab sebelumnya aku hanya bertemu kedua kakak Mas Sam setelah dua minggu lalu, saat kami menikah. Ada perasaan tak kerasan dalam hatiku.

Mas Sam menikmati sarapan yang kubuat barusan, tapi aku tidak menemaninya di meja makan. Aku masih sibuk mengemas pakaian lalu menutup pintu dan jendela. Rumah ini akan kami tinggalkan selama 3 hari 2 malam. Pagi yang syahdu, sementara gelisah terus menguasai ku. Namun, aku tak bisa berbuat apa-apa selain duduk dan melipat pakaian, dipanggang rasa cemas.

Mbak Aina... bagaimana caranya aku menyakiti dirimu? Aku menggumam sambil sejenak menatap langit kamar.

Di saat itulah tiba-tiba muncul dua telapak tangan dari belakangku dan menutup mataku dengan erat. Kupegang telapak tangan itu, besar sekali. Ini jelas tangan seorang lelaki. Dan milik siapa lagi kalau bukan Mas Samudera ...

"Kamu membuatku terkejut, Mas."

"Sudah selesai berkemas pakaian?"

"Belum, sebentar lagi ya?!" jawabku.

"Kamu lebih banyak melamun pagi ini, gugup ya?"

Dia bertanya padaku dengan menyunggingkan senyum, manis sekali. Kulihat dia sudah siap setelah mengenakan pakaian seperti yang ku saksikan saat pertama kali kami bertemu. Kemeja hitam yang lengannya digulung setengah, membuatnya tampak lebih jantan dan classy. Inikah pakaian andalannya? rambutnya disisir rapi pakai minyak rambut yang membuatnya klimis dan wangi. Aku jadi terlupa dengan rasa gugup dan cemas ku dari semalam. Walau sejenak

Mas Sam menarik kursi rias di samping ranjang, lalu duduk di sana.

"Ada yang di pikirkan? dari semalam kamu tidak tidur dengan baik, sekarang mengemas pakaian juga lama sekali."

"Tidak, tidak." jawab ku sambil berpaling.

"Kenapa? Belum bisa berbagi dengan ku, ya?"

"Tidak, tidak. Maksudku, begini Mas; dari tadi aku memikirkan oleh-oleh untuk dibawa ke rumah mama dan papa nanti, sejujurnya aku tak tahu selera mereka bagaimana, aku juga sedikit gugup bertemu Mbak Rania, ini pertama kalinya untukku akan bertemu secara intim dengannya. Belum lagi, aku takut---canggung mengobrol dengan Mbak Aina dan Mas Angkasa..." Aku berkata ngawur, sekadar untuk mengalihkan perhatian tentang rencana yang diinginkan Laras.

"Kamu ini ada-ada saja, bukannya kemarin sudah bertemu dengan Asa dan Aina? Kamu tidak canggung sedikit pun, malah sangat pandai memanjangkan obrolan."

"Oh, ya. Be-begitu kah Mas?" jawabku. "Omong-omong pakaian Mas bagus sekali. Seperti yang kulihat waktu kita pertama kali ketemu."

"Memang pakaian ini yang kupakai waktu itu?"

"Benarkan? tapi bawahannya beda, Mas tidak pakai celana ini."

"Kamu detail sekali, tapi aku senang saat kamu memperhatikan ku begini." Ujar Mas Sam, menghanyutkan.

Dia menatapku tersenyum dan aku balik menatapnya sambil melipat kembali pakaian ku.

Setelah merasa beres, aku dan Mas Sam segera melangkah ke luar rumah. Mas Sam menyusun barang di bagasi mobil, sementara aku sudah duduk rapi di kursi.

Sepanjang jalan, di dalam mobil, pikiranku melayang-layang tidak keruan, bertubrukan dengan semrawutnya pemandangan kota yang riuh-rendah oleh kendaraan dan orang-orang yang berlalu-lalang. Mampukah aku melakukan rencana itu? Benarkah jalan yang sudah kuambil ini? jika benar kulakukan, bagaimana caraku menghadapi kegaduhan rumah saat Mbak Aina tiba-tiba sakit dan keguguran?

"Berhenti sebentar!" seruku kepada Mas Sam.

Mobil berhenti di depan sebuah mini market. Aku izin membeli minum dan kemudian berangkat lagi.

Apa pun yang terjadi maka terjadilah. Bukankah Mbak Aina juga melakukan yang sama kejinya ke Laras? Kalau nanti ribut-ribut, aku tinggal pura-pura tak tahu saja. Intinya, selama aku belum melaksanakan rencana itu, aku tidak usah terlalu banyak berpikir.

"Sebenarnya aku sudah belikan susu almond untuk Papa dan Mama." Mas Sam membuka obrolan.

"Sungguh? Kapan Mas beli?"

"Tadi pagi, sudah maraton subuh aku sempat mampir ke rumah Mas Rudi. Beruntung kita bertetangga, jadi beliau tidak masalah kalau beli sebelum tokonya buka."

Aku menghela napas lega. Entah untuk apa!

Mobil melaju pelan dan tiba-tiba hatiku berdebar-debar hebat. Apa yang akan terjadi? dari kejauhan dapat kembali kulihat rumah mertuaku yang klasik dan rimbun. Mobil terus melaju, sejauh aku mencoba tenang dengan suasana tempat tinggal mertua, aku tetap saja merasa cemas dan gelisah.

perasaan berdebar-debar itu kian kencang ketika mobil memasuki rumah dengan cat putih, tepatnya di depan gerbang rumah Papa Mama. Rasanya jantungku mau copot.

Keluar dari mobil, pemandangan pagi tampak begitu indah dan tenang, dengan langit yang sedikit cerah serta udara yang terasa cukup bersih. Aku masuk ke dalam rumah, dan rupanya yang lain sudah menunggu. Mama segera menyambut ku dan membantu membawakan tas dan koper ke dalam.

"Anak-anak Mama akhirnya sudah sampai, kita kumpul lagi. Kemari, kemari biar Mama bantu."

"Tidak, Ma. Biar Berlian saja. Terima kasih, bagaimana kabar Mama?"

Mama tersenyum dan menjawab, "baik, seperti yang kamu lihat."

"Akhirnya kalian datang juga. Sini Aku saja yang bantu bawakan." Sambut seseorang yang aku ketahui dialah Mbak Rania, perempuan jangkung dengan rambut panjang bergelombang ini; dalam pikiranku-- sungguh sangat nampak seperti orang berkelas yang begitu ramah.

Aku memandang Mas Sam di belakang, sehingga ia pun beranjak dari tempatnya tegak untuk menghampiri kami. Aku sedikit terkejut saat dia menepuk pundakku sedangkan tangan satunya masih tersembunyi di pinggang belakangnya.

"Maaf dan Terima kasih Mbak Rania, tapi ini tidak begitu menyulitkan ku. Aku tidak mau merepotkan." kataku.

"Kamu ini baik sekali, bagaimana bisa adikku beruntung bertemu perempuan seperti kamu, Berlian?" tanyanya.

Aku hanya tersenyum kaku, mengiyakan, tapi dengan perasaan berat, karena aku tahu dia masih tidak sepenuhnya tahu siapa aku yang dianggapnya baik? siapa aku, sampai lelaki beruntung mendapatkan ku? Penilaian Mbak Rania itu sepenuhnya salah.

"Mbak Rania ini cerewet sekali ya..."

Tiba-tiba Mas Sam menyambung dari sampingku, dia mengulurkan tangannya begitu sopan dan penuh hormat untuk mencium telapak tangan Mbak Rania. Sepintas kurasakan kebanggaan melihat sikap Mas Samudera, sungguh dia sangat pandai menghormati dan mencintai perempuan. Tidak ada gengsi, bisa kulihat bagaimana Mama dan Papa mendidiknya saat kecil. Rasanya hampir tak masuk akal, keluarga besar penuh kehangatan ini bisa berbuat jahat pada orang lain...

"Di mana Asa dan Aina?" Tanya Mas Sam kemudian. Benar, aku pun sesunggugnya penasaran.

"Asa dan Aina sedang ke pemakaman. Ziarah ke makam kedua orang tua Aina." Sahut Papa dan Mas Sam pun mengangguk. "Ayo masuk, kalian pasti sudah lelah. Papa dan Mama sudah siapkan kamar untuk kalian."

Papa menarik ku dan merangkul Mas Sam masuk ke ruang tengah. Dia terlihat begitu hangat berbeda dari yang ku pikirkan setelah diberitahu Laras.

"Terima kasih, Pa." kataku.

Sempat aku merenungkan suasana pagi ini. Bahkan dari hal yang kecil saja, semua orang bahkan menyambut kedatangan kami. Mama dan Papa yang selalu tersenyum, sungguhkah mereka adalah mertua culas yang menolak wanita karena kelas sosial?

Dan Mbak Rania yang bahkan tak segan untuk membawakan tas pakaian ku? Sungguhkah dia akan bersikap pilih kasih untuk iparnya seperti yang dikatakan Laras?

Sikap Mas Sam yang mampu menghormati kakak perempuannya, walau dalam usia yang tidak lagi muda ini, kasih sayang mereka tidak berubah atau pun berkurang karena terkikis gengsi. Sungguhkah Lelaki ini pula yang dengan ringan hati memasukkan Laras ke dalam bui, untuk alasan yang tidak terbukti tak adil?

Pemandangan yang jarang, bahkan tidak pernah kudapatkan dari dulu, sejak kecil. Keluarga ini terlalu hangat untuk hati ku dan Laras yang terlalu dingin.

Terpopuler

Comments

Nuy

Nuy

Si laras mah tukang bohong jahat dia 🥴🥴🥴🥴🥴

2024-09-21

0

Sri Rahayu

Sri Rahayu

harusnya kamu bisa menilai bagaimana kel suami mu....mereka tdk seperti yg dikatakan Laras...jd kamu harus mikir utk melakukan apa yg Laras minta 😇😇😇😇😇

2023-12-13

0

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

puaskanlah menilai, berlian. gunakan nuranimu.

2023-12-12

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 00 - Pintu Cerita
2 BAB 01 - Pertemuan Pertama
3 BAB 02 - Kita Menikah
4 BAB 03 - Samudera Yang Misterius
5 BAB 04 - Teka-Teki Dendam Ini
6 BAB 05 - Ipar
7 BAB 06 - Buatlah Dia Cinta
8 BAB 07 - Ruang Makan
9 BAB 08 - Saudari Jahat Hati
10 BAB 09 - Usaha Yang Tak Biasa
11 BAB 10 - Jejak Pertama
12 BAB 11 - Balas Dendam
13 BAB 12 - Siapa Sangka
14 BAB 13 - Tidak Baik-Baik Saja
15 BAB 14 - Yang Tak Terduga
16 BAB 15 - Hatimu Tak Seindah Namamu
17 BAB 16 - Lebih Baik Berpisah
18 BAB 17 - Suami Sejati
19 BAB 18 - Seluas Samudera, Banyak Yang Tak Terduga
20 BAB 19 - Siapa yang Berharga?
21 BAB 20 - Menggoda Dia
22 BAB 21 - Permohonan Ulang Tahun
23 BAB 22 - Istri Tentara
24 BAB 23 - Masa Lalu
25 BAB 24 - Perempuan Jahat
26 BAB 25 - Mencari Jalan Yang Benar
27 BAB 26 - Soal Cerita Yang Lalu
28 BAB 27 - Dinginnya Angin, Malam Ini
29 BAB 28 - Menyambut Pagi Bersama?
30 BAB 29 - Teka Teki yang Masih Mengawang
31 BAB 30 - Aku Akan Mundur
32 BAB 31 - Suara Ghaib
33 BAB 32 - Ketahuan
34 BAB 33 - Tolong Jaga!
35 BAB 34 - Kabar Buruk
36 BAB 35 - Kiamat Angkasa
37 BAB 36 - Bagaimana Perasaanmu?
38 BAB 37 - Kepercayaan Yang Sudah Pudar
39 BAB 38 - Dia Menjauh, Aku terluka
40 BAB 39 - Diam-Diam Kami Datang
41 BAB 40 - Tekad Ini Berubah
42 BAB 41 - Momen (Terakhir) Kita
43 BAB 42 - Pelampiasan
44 BAB 43 - Emosi Membakar Diri
45 BAB 44 - Makan Batunya
46 BAB 45 - Mengejar Maaf Kamu
47 BAB 46 - Lelaki Misterius
48 BAB 47 - Istri Terbaik
49 BAB 48 - Tanda tanda Kejujuran Samudera
50 BAB 49 - Mahesa
51 BAB 50 - Semesta Dia
52 BAB 51 - Prajurit Terbaik Negara
53 BAB 52 - Cinta Sejati
54 BAB 53 - Cinta Samudera
55 BAB 54 - Penyesalan Terdalam
56 BAB 55 - Kehilangan Aina
57 BAB 56 - Mulai Dari Awal
58 BAB 57 - Mari Hidup Bersama
59 BAB 58 - Kejujuran
60 BAB 59 - Naluri Wanita
61 BAB 60 - Cemburu
62 BAB 61 - Suami, Pendamping Terhebat
63 BAB 62 - Pengemis Maaf
64 BAB 63 - Goresan di Hati Sebening Kristal
65 BAB 64 - Bukan untuk Berlian, Tapi Karena Kepercayaan
66 BAB 65 - Aku Tidak Buta, Aku Tidak Tuli
67 BAB 66 - Adil yang Bagaimana Bagi Mereka?
68 BAB 67 - Sentuhan Terakhir
69 BAB 68 - Air Mata dan Air Hujan
70 BAB 69 - Hari Pertama Sebelum Perpisahan
71 BAB 70 - Mengukir Kenangan di Hari Kedua
72 BAB 71 - Hari Ketiga Dan Perpisahan Kita
73 BAB 72 - Sayonara Samudera Ananta
74 BAB 73 - Masih Dengan Usahanya
75 BAB 74 - Di Malam yang Kelabu, Air Matanya Samar
76 BAB 75 - Karunia Terindah Dari Tuhan
77 BAB 76 - Yang Hadir Saat Dia Pergi
78 BAB 77 - Semua Menjadi Asing
79 Kok Ga Up, Thor ? 🫵
80 BAB 78 - Dia Masih Menjagamu
81 BAB 79 - Saudari Ku Kembali
82 BAB 80 - Saudari Sejati Yang Baik Hati
83 BAB 81 - Mas, Aku Minta Maaf
84 BAB 82 - Mata Samudera
85 BAB 83 - Masa Depan
86 BAB 84 - Kembar Jilid 2
87 POV Author unchihah sanskeh
88 Nah, Author Kembali Lagi
89 BONUS VIDEO VISUALISASI
Episodes

Updated 89 Episodes

1
BAB 00 - Pintu Cerita
2
BAB 01 - Pertemuan Pertama
3
BAB 02 - Kita Menikah
4
BAB 03 - Samudera Yang Misterius
5
BAB 04 - Teka-Teki Dendam Ini
6
BAB 05 - Ipar
7
BAB 06 - Buatlah Dia Cinta
8
BAB 07 - Ruang Makan
9
BAB 08 - Saudari Jahat Hati
10
BAB 09 - Usaha Yang Tak Biasa
11
BAB 10 - Jejak Pertama
12
BAB 11 - Balas Dendam
13
BAB 12 - Siapa Sangka
14
BAB 13 - Tidak Baik-Baik Saja
15
BAB 14 - Yang Tak Terduga
16
BAB 15 - Hatimu Tak Seindah Namamu
17
BAB 16 - Lebih Baik Berpisah
18
BAB 17 - Suami Sejati
19
BAB 18 - Seluas Samudera, Banyak Yang Tak Terduga
20
BAB 19 - Siapa yang Berharga?
21
BAB 20 - Menggoda Dia
22
BAB 21 - Permohonan Ulang Tahun
23
BAB 22 - Istri Tentara
24
BAB 23 - Masa Lalu
25
BAB 24 - Perempuan Jahat
26
BAB 25 - Mencari Jalan Yang Benar
27
BAB 26 - Soal Cerita Yang Lalu
28
BAB 27 - Dinginnya Angin, Malam Ini
29
BAB 28 - Menyambut Pagi Bersama?
30
BAB 29 - Teka Teki yang Masih Mengawang
31
BAB 30 - Aku Akan Mundur
32
BAB 31 - Suara Ghaib
33
BAB 32 - Ketahuan
34
BAB 33 - Tolong Jaga!
35
BAB 34 - Kabar Buruk
36
BAB 35 - Kiamat Angkasa
37
BAB 36 - Bagaimana Perasaanmu?
38
BAB 37 - Kepercayaan Yang Sudah Pudar
39
BAB 38 - Dia Menjauh, Aku terluka
40
BAB 39 - Diam-Diam Kami Datang
41
BAB 40 - Tekad Ini Berubah
42
BAB 41 - Momen (Terakhir) Kita
43
BAB 42 - Pelampiasan
44
BAB 43 - Emosi Membakar Diri
45
BAB 44 - Makan Batunya
46
BAB 45 - Mengejar Maaf Kamu
47
BAB 46 - Lelaki Misterius
48
BAB 47 - Istri Terbaik
49
BAB 48 - Tanda tanda Kejujuran Samudera
50
BAB 49 - Mahesa
51
BAB 50 - Semesta Dia
52
BAB 51 - Prajurit Terbaik Negara
53
BAB 52 - Cinta Sejati
54
BAB 53 - Cinta Samudera
55
BAB 54 - Penyesalan Terdalam
56
BAB 55 - Kehilangan Aina
57
BAB 56 - Mulai Dari Awal
58
BAB 57 - Mari Hidup Bersama
59
BAB 58 - Kejujuran
60
BAB 59 - Naluri Wanita
61
BAB 60 - Cemburu
62
BAB 61 - Suami, Pendamping Terhebat
63
BAB 62 - Pengemis Maaf
64
BAB 63 - Goresan di Hati Sebening Kristal
65
BAB 64 - Bukan untuk Berlian, Tapi Karena Kepercayaan
66
BAB 65 - Aku Tidak Buta, Aku Tidak Tuli
67
BAB 66 - Adil yang Bagaimana Bagi Mereka?
68
BAB 67 - Sentuhan Terakhir
69
BAB 68 - Air Mata dan Air Hujan
70
BAB 69 - Hari Pertama Sebelum Perpisahan
71
BAB 70 - Mengukir Kenangan di Hari Kedua
72
BAB 71 - Hari Ketiga Dan Perpisahan Kita
73
BAB 72 - Sayonara Samudera Ananta
74
BAB 73 - Masih Dengan Usahanya
75
BAB 74 - Di Malam yang Kelabu, Air Matanya Samar
76
BAB 75 - Karunia Terindah Dari Tuhan
77
BAB 76 - Yang Hadir Saat Dia Pergi
78
BAB 77 - Semua Menjadi Asing
79
Kok Ga Up, Thor ? 🫵
80
BAB 78 - Dia Masih Menjagamu
81
BAB 79 - Saudari Ku Kembali
82
BAB 80 - Saudari Sejati Yang Baik Hati
83
BAB 81 - Mas, Aku Minta Maaf
84
BAB 82 - Mata Samudera
85
BAB 83 - Masa Depan
86
BAB 84 - Kembar Jilid 2
87
POV Author unchihah sanskeh
88
Nah, Author Kembali Lagi
89
BONUS VIDEO VISUALISASI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!